4 research outputs found
Karakteristik batugamping Formasi Wapulaka dan pemanfaatannya sebagai bahan galian industri di Desa Wuna, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara
Daerah penelitian merupakan kawasan karst yang tersusun atas batugamping terumbu berumur Plistosen. Secara administrasi, daerah penelitian terletak pada Desa Wuna, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Hamparan batugamping terumbu tidak hanya dapat dimanfaatkan dalam geokonservasi, namun juga sebagai bahan industri. Metode yang digunakan adalah metode lapangan geologi dan pekerjaan laboratorium dengan data luaran utama adalah deskripsi sayatan tipis batugamping dan kandungan senyawa mayor batugamping. Pengolahan data lapangan menggunakan analisis petrografi dalam pemerian batuan dan analisis geokimia senyawa mayor untuk mengetahui jenis pemanfaatan batugamping. Batugamping dijumpai pada satuan perbukitan karst dan pedataran. Litologi penyusun berupa wackestone dan packstone yang kaya akan fragmen bioclast, kalsit, aragonit, mineral sekunder, dan porositas yang intens. Batugamping didominasi oleh CaO (kalsium oksida) dengan kadar rata-rata 94,44%. Beberapa sampel memiliki kadar MgO (magnesium oksida) tinggi hingga mencapai 4,4% yang mengindikasikan proses dolomitisasi. Data geokimia menunjukkan batugamping dapat digunakan untuk berbagai keperluan bahan industri seperti: industri semen, bata silika, soda abu, karbit, dan pemurnian baja. Batugamping packstone dan wackstone untuk bahan industri dicirikan oleh kelimpahan lumpur karbonat dan aragonit, serta minimnya mineral sekunder
Studi Pengaruh Variabel Proses dan Kinetika Ekstraksi Nikel dari Bijih Nikel Laterit Menggunakan Larutan Asam Sulfat pada Tekanan Atmosferik
Leaching at atmospheric pressure is one of the leaching methods of concern because it has several advantages, namely that it can process low-level nickel ore, can operate at temperatures >100 ⁰C at atmospheric pressure, and can be used in saprolite and limonite ores. In this research, nickel extraction from nickel laterite ore was carried out using sulfuric acid solution (H2SO4) as a leaching agent. The variables that were varied in the leaching process were temperature (30, 60, and 90 ⁰C), sulfuric acid concentration (0.2, 0.5, and 0.8 molar) and leaching time (30, 60, and 90 minutes). In this study, a 3-factor analysis of variance (ANOVA) was used to see the significance of the variable effects and the order of the most influential variables. In addition, leaching kinetics was studied by shrinking core models to determine rate determining step. The results showed that the increase in temperature, sulfuric acid and leaching time produced a higher percentage of extracted nickel. Based on the 3-factor ANOVA, the order of the most influential variables was obtained, namely temperature, acid concentration and leaching time. The kinetics analysis showed that rate determining step of leaching ore nickel laterite with H2SO4 solution on atmospheric pressure is controlled by diffusion through solid layer product.Keywords: analysis of variance; leaching; saprolit; limonitA B S T R A KLeaching pada tekanan atmosfer adalah salah satu metode pelindian yang menjadi perhatian karena memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat mengolah bijih nikel kadar rendah, dapat beroperasi pada temperatur >100 ⁰C pada tekanan atmosfer serta dapat digunakan pada bijih saprolit dan limonit. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) sebagai agen pelindi. Variabel yang divariasikan dalam proses pelindian yaitu temperatur (30, 60, dan 90 ⁰C), konsentrasi asam sulfat (0,2; 0,5; dan 0,8 molar) dan waktu pelindian (30, 60, dan 90 menit). Dalam penelitian ini digunakan analysis of variance (ANOVA) 3 faktor untuk melihat signifikansi variabel dan urutan variabel yang paling berpengaruh. Selain itu, dilakukan studi kinetika pelindian menggunakan shrinking core model untuk mengetahui pengendali laju reaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan variabel temperatur, konsentrasi asam sulfat dan waktu pelindian menyebabkan meningkatnya persen ekstraksi nikel. Berdasarkan hasil ANOVA 3 faktor diperoleh urutan variabel yang paling berpengaruh yaitu temperatur, konsentrasi asam dan waktu pelindian. Hasil analisis kinetika menunjukkan bahwa pengendali laju reaksi pelindian bijih nikel laterit menggunakan larutan H2SO4 pada tekanan atmosfer yaitu difusi melalui lapisan produk padat.Kata kunci: analysis of variance; pelindian; limonit; saproli
PRESIPITASI BESI DARI LARUTAN HASIL PELINDIAN BIJIH NIKEL LATERIT
Presipitasi besi dari larutan hasil pelindian bijih nikel laterit merupakan tahapan yang harus dilakukan sebelum larutan diolah lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh varibel proses terhadap presipitasi besi serta mempelajari kinetika proses presipitasi. Dalam penelitian ini, presipitasi besi dilakukan menggunakan senyawa natrium hidroksida (NaOH). Variabel yang diamati yaitu temperatur (25, 40, 55, 70, dan 85°C) konsentrasi NaOH (10, 20, 30, dan 40% w/v), dan waktu (15, 30, 45, 60, dan 75 menit). Studi kinetika mengacu pada persamaan reaksi homogenous irreversible orde I, orde II dan orde III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan temperatur, konsentrasi NaOH, dan waktu meningkatkan persentase presipitasi besi. Persentase presipitasi besi tertinggi sebesar 84,868% dicapai pada pada temperatur 85°C, konsentrasi NaOH 40% w/v, dan waktu 75 menit. Studi kinetika menunjukkan bahwa reaksi presipitasi besi dari larutan hasil pelindian mengikuti reaksi irreversible orde III
POTENSI DAN PROBABILITAS KELONGSORAN LERENG TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH MORAMO UTARA, SULAWESI TENGGARA
Demolition of limestone fragments in quarries can cause slope stability issues. This study aims to identify the potential for rock failures and determine the probability of failures on three quarry slopes. The type of rock failures was identified using kinematics analysis. Determining the probability of failures is also required to accommodate the uncertainty of input parameters in the factor of safety calculation. The probability of failure was determined using the limit equilibrium method and chi-square tests to fit shear strength curves on the discontinuities. The Barton-Bandis criterion was used to determine the shear strength of the discontinuities. On the slopes, the discontinuity types are bedding, joint, and shear fractures. Kinematics analysis of slope-1 and slope-2 revealed the possibility of wedge failures with an occurrence probability ranging from 19.80 to 20.81%. On slope 3, a planar failure possibility with a 69.49% of occurrence probability was identified. Even though the kinematics analysis suggested the possibility of rock failures, the factor of safety on all three slopes was above the threshold (7.28 – 30.58) with probability of failure ranging from 0 – 6.14%. Based on sensitivity analysis, factor of safety is most influenced by changes in the bedding cohesion. Variations in groundwater recharge at discontinuities also influence the factor of safety and the probability of failures, particularly in planar failures. It is recommended to evaluate other types of rock failures, such as the potential of rockfalls.Pemberaian fragmen batugamping pada tambang kuari dapat menyebabkan isu kestabilan lereng. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi longsoran dan menentukan besar probabilitas kelongsoran pada tiga lereng tambang kuari. Tipe potensi longsoran diidentifikasi menggunakan analisis kinematika. Penentuan probabilitas kelongsoran juga dilakukan untuk mengakomodir ketidakpastian dan variabilitas data masukan pada perhitungan faktor keamanan. Probabilitas kelongsoran ditentukan dengan metode kesetimbangan batas disertai uji baik suai chi-square pada kuat geser set diskontinuitas. Penentuan kuat geser diskontinuitas menggunakan nilai ekivalensi pada Kriteria Barton-Bandis. Diskontinuitas pada lereng berupa perlapisan, kekar tarik, dan rekahan gerus. Analisis kinematika pada lereng 1 dan lereng 2 menunjukkan potensi longsoran baji dengan probabilitas sebesar 19,80% - 20,81%. Pada lereng 3 dijumpai potensi longsoran planar dengan probabilitas sebesar 69,49%. Meskipun pada analisis kinematika dijumpai potensi longsoran, faktor keamanan pada ketiga lereng bernilai di atas nilai ambang (7.28 – 30.58) dengan probabilitas kelongsoran berkisar 0 – 6,14%. Uji sensitivitas menunjukkan nilai faktor keamanan sangat dipengaruhi oleh perubahan kohesi perlapisan. Variasi pengisian airtanah pada diskontinuitas juga turut memengaruhi nilai faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran, khususnya pada longsoran planar. Direkomendasikan untuk mengevaluasi tipe longsoran batuan lain, seperti potensi kehadiran jatuhan batuan (rockfalls)