14 research outputs found

    DIVERSITY OF FERNS (PTERIDOPHYTA) IN THE SEVERAL MOUNTAINS OF WEST JAVA

    Get PDF
    The diversity of ferns (Pteridophyta) in the five mountainous in West Java (Mt. of Patuha, Papandayan, Tangkuban Perahu, Pangrango, and Guntur) has not been widely reported. The aim of this research was to obtain data on diversity and similarity of fern species in the five mountains in West Java. This research was conducted by exploring and descriptive analysis method. Comparison of species diversity among all reseach field were calculated by the index of species similarity according to Sorenson. The diversity of ferns in Mt. Patuha, Papandayan, Tangkuban Perahu, Pangrango, and Guntur were 27, 14, 26, 40 and 5 species, respectively. The total number of ferns species in five locations are 83 species from 25 families. Comparison of species diversity among fileds based on the Sorenson similarity index is low ( 50%)

    Analisis Kekerabatan Jamur Ordo Agaricales Berdasarkan Karakter Morfologi di Kawasan Kamojang (Berdasarkan Data Sekunder)

    Get PDF
    Lima belas spesies jamur Agaricales di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang, Jawa Barat, koleksi Arko et al. (2017), memiliki beragam karakter morfologi. Jamur tersebut telah dianalisis hubungan kekerabatannya dengan taksonomi numerik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur dengan menganalisis data sekundernya menggunakan program SPSS 26.0. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan kekerabatan terdiri dari lima kelompok. Hubungan kekerabatan terdekat yaitu Marasmius sp. 1 dan Marasmius sp. 2 dengan nilai kemiripan sebesar 97,8%. Hubungan kekerabatan terjauh yaitu Armilaria sp. dan Schizophyllum commune dengan nilai kemiripan sebesar 39%. Karakter morfologi penentu hubungan kekerabatan ialah karakteristik lamela, tangkai, dan volva. Kata k

    ETNOLICHENOLOGY OF OLD MENS BEARD (Usnea spp) AT PRIANGAN

    Get PDF
    Usnea has been used for a long time in Indonesia for traditional medicine and crude material for jamu. The study of taxonomy and local knowledge at Priangan are less information. The research was conducted between March 2011–April 2012. The aim of this research was to explore the local knowledge of species Usnea conducted by emic and ethic approaches. The specimens collection was done by survey along the pine forest at Bandung, Sumedang, Garut, Ciamis and Tasikmalaya in Priangan areas. The specimens were analysis morphological, anatomy and chemical. The etnolichenology study was done by descriptive qualitative, survey and interview also observation participative at Gunung Gelap Village and Kamojang area of Garut Regency and Cibunar village,Sumedang Regency in West Java. The interview was done with key informants. The taxonomical study found the 11 species of Beard lichens found in pine forest at Priangan, belong to 3 subgenus. They are subgenus Dilichousnea, consist of Usnea filipendula, U. hirta,U. longisima and U. trichodea. Subgenus Eumitra consist of U.baileyi and U. ceratina. Subgenus Usnea consist of U. cornuta, U. flexilis, Usnea. flexuosa, U. florida and U.glabra. The dominant species growing on pine in different location are U. baileyi and U. flexilis. They have thalli colour dark green, yellow-green, pale green and reddish brown. Thallus branching is dichotomous in all species with difference in the thickness form the isotomic or anisotomic dichotomous types. Species Usnea is fructicose with habits erect type or subpendent type or pendent type.The lichenic acid contain in Usnea species are different and dominant by usnic acid and protocetoric acid. The stictic acid only found in U.flexuosa. The result of interview known that Usnea was called janggot kai by the Sundanese. People grouping the Usnea based on colour, growth pattern and surface of thallus, so known “Janggot kai hejo, janggot kai koneng, janggot kai rubak, janggot kai ngaruntuy, janggot kai kesrak and janggot kai lemes”. Mostly the people used Usnea as raru for preservative nira, medicine and spices. The Sudanese used Usnea in formula oj jamu or ubar kampong to treat mouth ulcer, dysentery, catch a cold, skin eruption, stiff, menstruation painful, hemorrhoids,child birth ease and in making mahinum (jamu for mother after utter) and used as face powder of noble woman.Keywords: Usnea, local knowledge, raru, ubar kampong

    KEANEKAAN DAN DISTRIBUSI TUMBUHAN PAKU TERESTRIAL DI CAGAR ALAM PANANJUNG PANGANDARAN KAB. CIAMIS JAWA BARAT

    No full text
    This study was done to known the species composition, distribution, dominantion and diversity of species in Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Ciamis Residence. Transect Line Plots Method collected data. The result of research that species composition of terrestrial fern contains six of species is Diplazium esculentum, Dryopteris integriloba, Dripteris sparsa, Hemionitis arifolia, Lygodium circinatum, and Selaginella plana. Species of fern that distribution with higher is Dryopteris sparsa and Selaginella wildenovii. The dominant species with higher of importance value 47,8% is Selaginella plana. Diversity of species of fern very lower, with diversity index (H’) 0,7

    KONDISI TERUMBU KARANG DAN STRUKTUR KOMUNITAS KARANG PERAIRAN KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT

    No full text
    Penelitian  mengenai  kondisi  terumbu  karang  dan  struktur  komunitas  karang  telah  dilakukan  di perairan Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat pada bulan April 2017. Tujuan penelitian mengumpulkan data-data yang diharapkan akan merupakan data dasar bagi penelitian lebih lanjut dan pengelolaan lingkungan daerah tersebut. Penelitian dilakukan dengan jalan menjelajahi perairan dan mengecek keberadaannya pada lokasi yang ditunjukan oleh peta pelayaran Indonesia. Metode yang digunakan: Manta Taw dan Line Intercept Transect (LIT). Terumbu karang tersebar mulai dari tepian pantai sampai lebih kurang 5 km ke tengah laut, dikenal dengan sebutan Karang-Karang Sedulang, merupakan karang takat (patch reefs) dangkal yang sering menyebabkan perahu nelayan kandas, sebagian muncul ke permukaan pada saat laut surut. Sebagian gugusan terumbu karang telah hilang tertutup  lumpur,  sebagian  lain  kondisinya  termasuk  dalam  kategori  buruk/rusak  memerlukan pengelolaan. Teridentifikasi 21 species karang keras (hard coral), biota lainnya terdiri dari karang lunak (soft coral), Algae makro: Padina dan Halimeda; sponge, Tridacna (giant clam), bintang ular, gorgonia,  hydroid  dan  zooanthid.  Species  karang  yang  dominan:  Montipora  informis,  Acropora tenuis, A. aspera, A. palifera dan Montipora sp. yang dominan di suatu gugusan terumbu tetapi tidak dominan atau bahkan tidak ditemukan di gugusan terumbu lainnya. Berdasarkan ukuran koloni (=coverage) hanya Montipora informis dan Acropora aspera yang dominan.Penelitian  mengenai  kondisi  terumbu  karang  dan  struktur  komunitas  karang  telah  dilakukan  di perairan Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat pada bulan April 2017. Tujuan penelitian mengumpulkan data-data yang diharapkan akan merupakan data dasar bagi penelitian lebih lanjut dan pengelolaan lingkungan daerah tersebut. Penelitian dilakukan dengan jalan menjelajahi perairan dan mengecek keberadaannya pada lokasi yang ditunjukan oleh peta pelayaran Indonesia. Metode yang digunakan: Manta Taw dan Line Intercept Transect (LIT). Terumbu karang tersebar mulai dari tepian pantai sampai lebih kurang 5 km ke tengah laut, dikenal dengan sebutan Karang-Karang Sedulang, merupakan karang takat (patch reefs) dangkal yang sering menyebabkan perahu nelayan kandas, sebagian muncul ke permukaan pada saat laut surut. Sebagian gugusan terumbu karang telah hilang tertutup  lumpur,  sebagian  lain  kondisinya  termasuk  dalam  kategori  buruk/rusak  memerlukan pengelolaan. Teridentifikasi 21 species karang keras (hard coral), biota lainnya terdiri dari karang lunak (soft coral), Algae makro: Padina dan Halimeda; sponge, Tridacna (giant clam), bintang ular, gorgonia,  hydroid  dan  zooanthid.  Species  karang  yang  dominan:  Montipora  informis,  Acropora tenuis, A. aspera, A. palifera dan Montipora sp. yang dominan di suatu gugusan terumbu tetapi tidak dominan atau bahkan tidak ditemukan di gugusan terumbu lainnya. Berdasarkan ukuran koloni (=coverage) hanya Montipora informis dan Acropora aspera yang dominan

    PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS TAHU PADA MEDIA BIBIT INDUK JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN MISELIUM DAN BOBOT BIBIT INDUK JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus (Jacq. ex Fr.) Kummer)

    No full text
    Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan ampas tahu pada media bibit induk jagung terhadappertumbuhan miselium dan bobot bibit induk jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq. ex Fr.) Kummer).Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan takaran penambahan ampas tahu yang tepat pada media bibit indukjagung, guna menghasilkan pertumbuhan miselium dan bobot bibit induk jamur tiram putih yang maksimum.Metode yang digunakan adalah ekperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitupenambahan ampas tahu (P) terdiri dari enam taraf perlakuan dan diulang sebanyak empat kali. Perlakuan tersebutterdiri dari komposisi media bibit induk jagung (MBIJ) 100% dan ditambahkan ampas tahu 0% (p0), 5% (p1),10% (p2), 15% (p3), 20% (p4) dan 25% (p5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ampas tahu padamedia bibit induk jagung berpengaruh terhadap rata-rata pertambahan panjang miselium dan waktu pertumbuhanmiselium mencapai 100%, namun tidak berpengaruh terhadap bobot bibit induk. Penambahan ampas tahu 25%(p5) merupakan perlakuan terbaik dengan rata-rata pertambahan panjang miselium sebesar 10,95%/hari dan waktupertumbuhan miselium mencapai 100% selama 11 hari

    KEANEKARAGAMAN DAN KEKERABATAN JENIS ANGGREK EPIFIT BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI DI WILAYAH TAMAN NASIONAL MANUSELA KABUPATEN MALUKU TENGAH

    No full text
    Penelitian mengenai keanekaragaman dan kekerabatan jenis anggrek epifit yang terdapat di wilayah TamanNasional Manusela, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis-jenisanggrek epifit dan mengetahui perbedaan karakter jenis anggrek berdasarkan ciri morfologi. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif secara dua tahap. Jenis-jenis anggrek yang ditemukan,diamati ciri morfologi serta dibuat pertelaan berdasarkan terminologi dengan metode deskriptif. Data ciri-cirimorfologi yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis kekerabatannya menggunakan program NTSYS PCversion 2.0. Analisis komponen utama (PCA) digunakan untuk mengetahui karakter yang berkontribusi dalampengelompokan anggrek. Jenis-jenis anggrek yang ditemukan di wilayah Taman Nasional Manusela sebanyak 54jenis (8 puak dan 23 marga). Hasil analisis fenetik menghasilkan dendrogam yang membagi jenis anggrek kedalamdua cabang. Cabang I dan cabang II terpisah karena ciri morfologi 0 (tipe pertumbuhan) dengan nilai kesamaan0.23. Cabang I terbagi menjadi kelompok I dan kelompok II, kelompok ini terpisah karena ciri morfologi 1 (bentukakar), 2 (tipe batang), 3 (bentuk daun), 4 (tepi daun) dan 5 (ujung daun) dengan nilai kesamaan 0.42. Kelompok Idan II terpisah menjadi sub kelompok karena ciri morfologi 6 (pangkal daun) dengan nilai kesamaan 0.62. CabangII terbagi menjadi kelompok I. Kelompok I pada cabang II terpisah karena ciri 0 (tipe pertumbuhan), 6 (pangkaldaun), 7 (tekstur daun) dan 8 (susunan daun) dengan nilai kesamaan 0.23, 0.62, dan 0.81. Hasil analisis komponenutama (PCA) menunjukkan bahwa komponen (PC1) memberikan kontribusi terhadap variasi sebesar 31,60 %yang diberikan oleh tipe pertumbuhan, bentuk akar, ujung daun, dan susunan daun

    PENGARUH PENAMBAHAN BK KEDELAI PADA MBIC MILET DAN SGK ALBASIA TERHADAP PERTUMBUHAN MISELIUM DAN BOBOT BIBIT INDUK JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr.) Kummer)

    No full text
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan memperoleh takaran penambahan bungkil kacang kedelai yang maksimal pada media bibit induk (campuran biji milet dan serbuk gergaji kayu albasia) terhadap pertumbuhan dan bobot miselium jamur tiram putih (P. ostreatus (Jacq.Ex.Fr.) Kummer). Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 6 taraf perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan tersebut yaitu penambahan bungkil kacang kedelai sebesar 6%, 9%, 12%, 15% dan 18% pada media bibit induk campuran biji milet 60% dan serbuk gergaji kayu albasia 40%. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penambahan bungkil kacang kedelai memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap waktu pertumbuhan miselium mencapai 100% dan persentase pertambahan panjang miselium. Penambahan bungkil kacang kedelai sebesar 9% memberikan pengaruh terbaik dalam pertumbuhan miselium yang persentase pertambahan panjangnya sekitar 7,33%/hari. Sedangkan pada bobot bibit induk, penambahan bungkil kacang kedelai tidak memberikan pengaruh

    Pengaruh Penambahan Eceng Gondok dengan Berbagai Konsentrasi Pada Media Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae (Bull. Ex. Fr.) Sing.)

    No full text
    Penelitian mengenai pengaruh penambahan eceng gondok dengan berbagai konsentrasi pada media jerami paditerhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang telah dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2013.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan eceng gondok pada media jerami padi terhadappertumbuhan dan produksi jamur merang (V. volvaceae (Bull.Ex.Fr.)Sing.) serta mendapatkan konsentrasipenambahan eceng gondok yang tepat pada media jerami padi sebagai media tanam. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 6 perlakuan dan empat ulangan. Penambahan konsentrasi media tanam eceng gondok dan jerami padi yang diujikan masing-masing P(0% + 100%), P1 (5% + 100%), P2 (10% + 100%), P3 (15% + 100%), P4 (20% + 100%), P (25% + 100%). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa penambahan eceng gondok pada media jerani padi tidak memberikan pengaruhyang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang dalam meningkatkan jumlah tubuh buah dan bobotsegar yang dihasilkan. Perlakuan dengan penambahan eceng gondok pada media jerami padi yang paling tepatmemberikan hasil jumlah tubuh buah jamur merang terbaik adalah P1 5(5% + 100%), yaitu 278 buah. Perlakuandengan penambahan eceng gondok 10% dan jerami padi 100% (P) memberikan hasil tertinggi terhadap totalbobot basah jamur merang, yaitu 1928 gram

    PENGARUH PERBANDINGAN TAKARAN MEDIA PRODUKSI (SERBUK GERGAJI KAYU ALBASIA DAN DAUN PISANG KERING) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM COKLAT (PLEUROTUS CYSTIDIOSUS O.K MILLER) AT2

    No full text
    Jamur tiram coklat (Pleurotus cystidiosus O.K Miller)merupakansalah satu jenis jamur tiram yang perlu ditingkatkanpertumbuhan, produksijenis dan takaran media yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan perbandingan takaran optimal media serbuk gergaji kayu albasia dan daun pisang keringyang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasjamur tiram coklat (Pleurotus cystidiosus O.K Miller)AT2.Metode yangdigunakanadalahmetode eksperimental denganRancangan Acak Lengkap(RAL)satu faktor penambahan daun pisang kering dengan lima taraf perlakuan, yaitu P0(100% SGKA + 0%DPK), P1(95% SGKA + 5%DPK),P2(90% SGKA + 10%DPK),P3(85% SGKA + 15%DPK), P4 (80% SGKA + 20%DPK),dan P5 (75% SGKA + 25%DPK), dengan empat ulangan.Parameter yang diamati adalahrata-rata waktu pertumbuhan miselium mencapai 100% (HSI), rata-rata waktu munculnya primordia jamur (HSI), rata-rata umur panen pertama (HSI), rata-rata total bobot segar (gram), dan Rasio Efisiensi Biologi (REB) (%). Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisia Sidik Ragam (ANAVA). Apabila terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Berdasarkan hasil penelitian, takaran media serbuk gergaji kayu albasia 75% dan daun pisang kering 25% merupakan takaran terbaikuntuk pertumbuhan dan produktivitasjamur tiram coklatAT2 yang menghasilkan rata-rata waktu pertumbuhan miselium selama 20 HSI, rata-rata waktu muncul primordia tercepat selama 24 HSI dengan total bobot paling tinggi yaitu sebesar 83,52 gram dan rasio efisiensi biologi sebesar 38,36%. Kebaharuan dalam penelitian ini menambahkan daun pisang kering dalam media pertumbuhan dan produksijamur tiram coklat(Pleurotus cystidiosus O.K Miller) AT2
    corecore