14 research outputs found

    Studi Alternatif Pembuatan Bakpao dengan Menggunakan Tepung Suweg sebagai Pengganti Tepung Terigu

    Full text link
    Tepung suweg adalah hasil olahan dari umbi suweg yang dihilangkan kulitnya, dikeringkan, dihaluskan, dan diayak halus. Tepung suweg digunakan sebagai pengganti tepung terigu dalam pembuatan bakpao. Pada penelitian ini tepung suweg diolah menjadi suatu makanan yaitu kulit bakpao. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari pengaruh perbandingan komposisi tepung terigu dan tepung suweg, ragi, dan mentega terhadap warna, rasa, tekstur, dan kekenyalan kulit bakpao. Dalam hal ini penelitian terbagi dalam dua tahap. Tahap yang pertama adalah mencari faktor, dan level yang berpengaruh pada kulit bakpao terhadap respon warna, rasa, tekstur, dan kekenyalan. Tahap yang kedua adalah memperoleh kombinasi yang berpengaruh pada respon warna, rasa, tekstur, dan kekenyalan. Berdasarkan hasil analisis data pada desain faktorial yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh bahwa semua faktor secara statistik adalah signifikan. Residual dari masing-masing respon telah memenuhi asumsi IIDN (0,σ2 ), yaitu bahwa residual tersebut independent, dan berdistribusi normal(0,σ2 ). Hasil analisis data menunjukkan dari empat respon sifatnya signifikan semua, maka dipilih salah satu respon yaitu respon rasa. Kombinasi rasa yang didapat yaitu perbandingan antara komposisi tepung terigu dan tepung suweg 200 gram:100 gram, komposisi ragi 2 sendok teh, dan komposisi mentega 50 gram. Selanjutnya dilakukan perancangan USAha bakpao suweg

    Usulan Perbaikan Sistem Persediaan dan Tata Letak Gudang di PT. GG Nasional Indonesia

    Full text link
    PT. GG Nasional Indonesia merupakan Perusahaan manufaktur yang memproduksi alat-alat rumah tangga. Permasalahan yang ada adalah pada gudang bahan baku, penempatan barang-barang yang tidak teratur, jumlah stok tidak dapat dihitung, dan barang banyak yang rusak karena sistem penyimpanan barang yang hanya ditumpuk begitu saja. Prosedur yang dilakukan adalah perhitungan perkiraan permintaan tahun 2009, perhitungan lot pemesanan yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ untuk Joint Order, penentuan profil aktivitas barang, perhitungan dimensi wadah penyimpanan, perhitungan jumlah wadah penyimpanan, penentuan sistem penyimpanan bahan baku, perhitungan dimensi rak, penentuan posisi rak, perhitungan space, dan pembuatan denah gudang. Pengaturan tata letak didasarkan popularitas, volume perpindahan, dan kesamaan (similarity). Ukuran performansi yang digunakan adalah rasio pemakaian luas gudang, cube utilization, accessibility, jarak penyimpanan bahan baku dari pintu dibandingkan dengan frekuensi pengambilan. Tata letak usulan akan lebih baik, jika dilihat dari ukuran-ukuran performansinya, yaitu peningkatan rasio pemakaian gudang sebesar 20,830% dari tata letak awal, pemakaian luas gudang yang efisien berdasarkan cube utilization yang tinggi, accessibility yang baik, dan jarak yang ditempuh untuk pengambilan bahan baku yang berfrekuensi pengambilan tinggi lebih dekat dibandingkan dengan tata letak awal

    Perancangan Usulan Tata Letak Gudang Bahan Baku Penunjang di PT. Multi Manao Indonesia

    Full text link
    PT. Multi Manao Indonesia adalah sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang ekspor furniture. Sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang furniture membutuhkan bahan baku penunjang yang beraneka macam. Oleh karena itu gudang bahan baku penunjang tersebut perlu dilakukan penataan agar proses mencari bahan baku yang diminta menjadi lebih mudah. Perbaikan tata letak gudang ini membutuhkan data permintaan, penempatan pada layout awal, dan kebutuhan luas. Untuk merancang tata letak yang baru digunakan prinsip kesamaan (similarity) dan keseringan (popularity). Bahan baku penunjang yang memiliki kesamaan jenis dikelompokkan menjadi satu kelompok. Bahan baku penunjang yang memiliki frekuensi pengambilan besar diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau. Dari hasil perhitungan kebutuhan luas diperoleh perbandingan antara tata letak awal dan usulan adalah penambahan pemakaian kebutuhan luas gudang sampai 12,39%. Penempatan bahan baku penunjang pada tata letak awal berdasarkan kategori jarak tempuh dan frekuensi pengambilan diperoleh penambahan sebesar 4,75% dari bahan baku penunjang keseluruhan pada kategori dekat, pengurangan sebanyak 7,30% dari bahan baku penunjang keseluruhan pada kategori sedang dan penambahan 2,55% dari bahan baku penunjang keseluruhan pada kategori jauh. Secara keseluruhan jarak tempuh pada tata letak usulan untuk proses pengambilan bahan baku penunjang berkurang sebesar 4,77% dari jarak tempuh pada tata letak awal. Untuk mendukung perencanaan tata letak gudang maka dibandingkan antara tata letak awal dan usulan berdasarkan prinsip kesamaan (similarity) dan keseringan (popularity)

    Penjadwalan Preventive Maintenance di PT. Wahana Lentera Raya

    Full text link
    PT. Wahana Lentera Raya didirikan pada tahun 2002 dan merupakan Perusahaan yang bergerak di bidang Furniture. PT. Wahana Lentera Raya mengalami kesulitan dengan sering terjadinya kerusakan yang tidak terduga pada mesin, sehingga mengakibatkan mesin harus berhenti untuk berproduksi. Oleh karena itu PT. Wahana Lentera Raya meminta dilakukan penelitian untuk penjadwalan preventive maintenance. Dari 18 jenis mesin yang dimiliki oleh PT. Wahana Lentera Raya, yang dapat dilakukan penjadwalan maintenance-nya hanya 3 jenis mesin karena data yang dimiliki Perusahaan masih kurang. Ketiga jenis mesin tersebut, yaitu BST, HPL dan BHC. Dari 3 jenis mesin ini dicari yang termasuk mesin kritis, dengan melihat tingkat utilitas mesin. Kemudian dari waktu antar kerusakan dicari distribusi data waktu antar kerusakannya agar dapat dilakukan perhitungan untuk menemukan nilai mean time of failure (MTTF), tingkat keandalan mesin, dan nilai ekspektasi kerusakan dari masing-masing mesin. Perhitungan nilai MTTF, tingkat keandalan mesin dan nilai ekspektasi kerusakan mesin ini nantinya digunakan dalam menentukan penjadwalan preventive maintenance. Penjadwalan preventive maintenance dilakukan dalam 3 skenario yang berbeda. Dari ketiga skenario penjadwalan maintenance ini, yang disarankan untuk Perusahaan adalah skenario ketiga, karena effisiensi biaya yang cukup tinggi dan tingkat keandalan mesin yang di atas 80%

    Scheduling Preventive Maintenance on Auto Rooting Machine at Toys Manufacturer Company

    Get PDF
    Maintenance cost becomes one of the problems that manufacturing company is facing nowadays due tolack of maintenance system. The main objective of this research is to reduce the maintenance cost on autorooting machine in toy manufacturer by developing a scheduled preventive maintenance. Data of machinebreakdowns and costs related to maintenance, components, and the interval time of failure for each machinewere collected. To develop a preventive maintenance system, the interval of component replacement must bedetermined. The minimum cost model is attained by finding the right interval time. The result of this researchshows that by implementing proposed maintenance schedule the machine reliability has 45% increase andmaintenance cost decreases by 48%

    Perbaikan Sistem Produksi di PT. X dengan Memperhatikan Lintasan Perakitan dan Tata Letak Fasilitas

    Full text link
    PT. X merupakan sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang konveksi yang bersifat job order. Produk yang dihasilkan antara lain adalah baju, kaos kerah, dan kaos oblong/olahraga. Akhir-akhir ini demand/permintaan meningkat, sehingga PT. X mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan pasar. Hal ini disebabkan Perusahaan belum mengatur keseimbangan lini perakitan, dan tata letak mesin di lintasan penjahitan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sistem usulan yang dapat mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengatur keseimbangan lintasan di bagian penjahitan agar lebih seimbang, dan dengan jarak momen perpindahan yang kecil

    Weighting Methods In The Construction Of Area Deprivation Indices

    Get PDF
    This study applies and compares several weighted average (WA) methods and Principal Component Analysis (PCA) for the construction of composite area-based deprivation index. The WA methods are based on weights that depend on standard deviation, correlation and data entropy. This paper also proposes three new approaches of WA method by suggesting their respective weights to depend on mean absolute deviation, inter-quartile range and data entropy where the probability is estimated by empirical density function and Gaussian kernel function. The deprivation indices produced by WA methods and PCA are then utilized to rank deprivation level of eighty-one administrative districts in Peninsular Malaysia
    corecore