"The End of Immortality!" Eternal Life and the Makropulos Debate

Responding to a well-known essay by Bernard Williams, philosophers (and a few theologians) have engaged in what I call “the Makropulos debate,” a debate over whether immortality—“living forever”—would be desirable for beings like us. Lacking a firm conceptual grounding in the religious contexts from which terms such as “immortality” and “eternal life” gain much of their sense, the debate has consisted chiefly in a battle of speculative fantasies. Having presented my four main reasons for this assessment, I examine an alternative and neglected conception, the idea of eternal life as a present possession, derived in large part from Johannine Christianity. Without claiming to argue for the truth of this conception, I present its investigation as exemplifying a conceptually fruitful direction of inquiry into immortality or eternal life, one which takes seriously the religious and ethical surroundings of these concepts

Zen Tiada Penderitaan

Zen merupakan jalan untuk memahami jati diri kita yang sebenarnya. Seringkali, kita mengira, bahwa jati diri kita terkait dengan nama, agama, ras, suku bangsa dan pekerjaan. Padahal, itu semua berubah, dan tidak bisa dipahami sebagai jati diri sejati kita sebagai manusia. Di dalam jalan Zen, pertanyaan terkait dengan jati diri sejati ini dijawab tidak menggunakan nalar, melainkan dengan menggunakan pengalaman „sebelum pikiran“, atau pengalaman langsung manusia dengan kenyataan sebagaimana adanya.Zen mengajak orang bertanya, siapa diri mereka sebenarnya. „Siapakah aku?“ „Siapa ini yang sedang bertanya?“ Ketika orang bisa menyentuh sumber dari segala pertanyaan dan pikiran yang muncul, ia sedang berjumpa dengan jati diri sejatinya

Ch'an (Gerbang Tanpa Gerbang) : Sebuah Panduan Praktek Ch'an (Chinese Zen)

xx, 229 hal., index; 21c