51 research outputs found

    SINTESIS BIOPLASTIK DARI PATI BIJI ALPUKAT DENGAN BAHAN PENGISI KITOSAN

    Get PDF
    Penelitian bioplastik dari pati biji alpukat telah berhasil dilaksanakan, hal ini dilakukan tidak lain adalah untuk berkontribusi dalam usaha meminimasi masalah tumpukan limbah plastik sintetik. Biji alpukat dapat dijadikan sebagai prekursor bioplastik karena kandungan patinya yang cukup tinggi. Bioplastik berbahan dasar pati alpukat memberikan karakteristik mekanik yang rendah sehingga perlu ditambah kitosan dan gliserol sebagai penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari komposisi optimal terhadap kualitas bioplastik dari pati biji alpukat. Pelarut yang digunakan pada pembuatan bioplastik kitosan yaitu asam asetat 1% serta plasticizer gliserol sebanyak 7 ml dan 10 ml. Penelitian ini terdiri dari ekstraksi pati biji alpukat beserta karakterisasinya, pembuatan bioplastik, uji mekanik, uji daya serap air, dan uji biodegradasi. Nilai kuat tarik bioplastik paling tinggi adalah 4,00 Mpa, didapat pada sampel BPS 10 dengan komposisi kitosan 2,5 gr dan volume gliserol 10 ml.  Untuk nilai persen pemanjangan (elongasi) terbaik didapat pada sampel BPS 6 yaitu sebesar 54,5% juga dengan komposisi kitosan 0,5 gr dan volume gliserol 10 ml. Kuat tarik berbanding terbalik dengan persen pemanjangan. Hasil yang didapat dari indeks swelling yang terbaik terdapat pada sampel BPS 6 yaitu sebesar 10,32% dengan komposisi kitosan 0,5 gr dan volume gliserol 10 ml. Proses penguraian bioplastik sampai dengan 100% membutuhkan waktu degradasi selama 16 hari.Kata kunci:Bioplastik, biji alpukat, biodegradabel, Kitosan

    Kajian Penggunaan Pestisida Endosulfan Pada Tambak Udang Di Kelurahan Keputih Surabaya

    Get PDF
    Endosulfan adalah bahan aktif Insektisida golongan Organoklor yang diperuntukan untuk tanaman dan dalam perdagangannya telah diperingatkan agar tidak digunakan untuk lingkungan perairan. Namun oleh petani tambak di Kelurahan Keputih justru digunakan pada tambak mereka. Penggunaan pestisida endosulfan pada lahan berair merupakan pelanggaran dari Instruksi Presiden No.3 Tahun 1986 tentang insektisida yang memakai bahan aktif endosulfan dilarang digunakan untuk lahan berair. Apa yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi?. Pada penelitian ini akan dikaji 3 aspek, yaitu : aspek lingkungan, sosial budaya dan kelembagaan. Pada aspek lingkungan dikaji sejauh mana tingkat pencemaran tambak yang disebabkan oleh pestisida Endosulfan, yang dianalisis dengan menggunakan metode Kromatografi Gas. Aspek sosial budaya dikaji perilaku dan persepsi petani terhadap penggunaan pestisida endosulfan. Dalam aspek ini diukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani terhadap endosulfan. Sedangkan aspek kelembagaan disusun suatu strategi sebagai upaya pengelolaan pestisida dengan menggunakan analisa SWOT. Dari hasil penelitian didapatkan konsentrasi terendah residu pestisida endosulfan pada air tambak adalah 0,0051 ppm, dan konsentrasi tertinggi 0,0094 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran air tambak telah melebihi dari batas aman hidup untuk ikan yaitu 0,00009 ppm, tetapi masih dibawah konsentrasi mematikan LCso sebesar 0.0112 ppm. Dari aspek sosial budaya, temyata petani masih memiliki tingkat pengetahuan tentang pestisida endosulfan yang rendah yaitu sebesar 15 %, sikap yang setuju untuk penggunaan pestisida endosulfan adalah 78% dan tindakan pelaksanaan yang tidak bersedia terhadap penggantian pestisida endosulfan dengan pestisida yang alami adalah 89 %. Hal ini menunjukkan bahwa petani berperilaku kurang baik terhadap penggunaan pestisida endosulfan. Dalam aspek kelembagaan berdasarkan analisis SWOT dihasilkan strategi tindakan turn-around (Strategi WO), yang berusaha meminimalkan kelemahan yang ada untuk merebut peluang yang lebih baik. ==================================================================================================================================== Endosulfan is an active insecticide which belongs to Organochlor class. It was meant to be used for plant . and there's strong precaution for this agent not to be used in aquatic environment. However. Keputih tish farmers had used it on their fish farm. This was against government's rule (lnstruksi Presiden No.3 Tahun 1986. about prohibition of any insecticide using active endosulfan to be used in aquatic environment). This study evaluated the use of endosulfan from 3 different aspects. namely : environmental. sosio-cultmal and institutional aspects. From environmental point of view. we leamt how far this endosulfan pesticide polluted the fish farms. For this purpose we used Gas Chromatography to analize it. From sosio-cultural point of viev·:, we leamt about fish farmer behaviour and perception against the use of endosulfan pesticide. At last from institutional aspect. we developed pesticide usage strategy by using SWOT technigue. The lowest endosulfan pesticide concentration in fish farm water was 0,0051 ppm. and the highest was 0,0094 ppm . This showed that the pollution rate of fish farm water exceeded the safe level for fish of 0,00009 ppm, but still below the lethal concentration LC5o 0,0112 ppm. From the sosio-cultural aspect, we found that fish farmer had low knowledge on endosulfan pesticide. About 89 % of the respondents were against the idea to change endosulfan with other natural pesticides. . This showed that fish farmer behaviour against endosulfan pesticide was not good .Enough from the institutional aspect, we developed turn-around action strategy (WO Strategy) which was meant to minimize the weaknesses to get the better results

    PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH PADAT HASIL PENYULINGAN MINYAK NILAM TERHADAP BERAT BAHAN BAKU DAN TEMPERATUR PIROLISIS DENGAN METODE PIROLISIS

    Get PDF
    Limbah dari hasil penyulingan minyak nilam jumlahnya berkisar 98-98,5%  dari bahan baku. Limbah padat hasil penyulingan  minyak nilam memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan baku untuk memperoleh bahan bakar alternatif melalui proses pirolisis dan proses pengempaan seperti briket. Briket merupakan material mudah terbakar yang terbentuk dari proses pengempaan atau pemampatan material menjadi bentuk padatan dan digunakan sebagai bahan bakar, dimana briket yang dihasilkan harus memiliki sifat kuat dan saling merekat satu sama lain sehingga briket tidak mudah hancur. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang belum pernah dilakukan yaitu pembuatan briket bioarang dengan menggunakan  limbah padat hasil penyulingan minyak nilam terhadap berat bahan baku dan temperatur pirolisis menggunakan metode pirolisis. Pada penelitian ini, diamati pengaruh berat bahan baku dan suhu pirolisis pada pembuatan briket bioarang dari limbah padat hasil penyulingan minyak nilam. Proses pirolisis dilakukan pada berat bahan baku 600 gr, 1200 gr dan 1800 gr serta pada  suhu pirolisis  300 ºC, 350 ºC dan 400 ºC dengan waktu pirolisis 90 menit. Analisa yang dilakukan adalah analisis proksimat dan nilai kalor. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kadar air briket bioarang yang terbaik terletak pada berat bahan baku 1800 dan suhu 400oC yaitu  5,0%, kadar abu briket bioarang yaitu  3,5%, kadar zat terbang yaitu  8,3% dan kadar karbon terikat yaitu  83,19%, dan nilai kalor sebesar 5.291 kal/g.

    Spatial Approach Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

    Get PDF
    Studi ini bertujuan untuk mengkaji Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kota Denpasar menggunakan metode pendekatan keruangan. Analisis menggunakan data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai acuan perencanaan pengembangan wilayah dan data existing penggunaan lahan. Kota Denpasar memiliki kearifan lokal yang tercantum dalam perda pembangunan kota mempertimbangkan kawawan suci/ pura. Hasil kajian menunjukkan IPAL telah sesuai dengan RTRW dan baku mutu air limbah untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. IPAL dapat mendukung upaya pembangunan berkelanjutan di Kota Denpasar

    PENGARUH WAKTU DAN KUAT ARUS PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

    Get PDF
    Air payau biasa terjadi akibat intrusi air asin ke air tanah. Hal ini karena degradasi lingkungan. Air payau yang mengandung pencemaran logam tingkat tinggi seperti Fe, Cl, Mn, Zn, dll. Air payau juga biasanya memiliki kadar TDS (Total Dissolved Solid), total kesadahan yang tinggi dan nilai pH air payau bersifat asam. Oleh karena itu, air payau harus diolah terlebih dahulu agar layak untuk digunakan sebagai air tawar. Instalasi pengolahan air payau dijalankan berdasarkan elektrokoagulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menkaji pengaruh waktu dan kuat arus terhadap menetralkan pH, dan menurunkan kadar TDS, total kesadahan dan Mn pada air payau. Parameter yang diuji meliputi pH, TDS, total kesadahan dan Mn menggunakan AAS. Proses elektrokoagulasi menggunakan daya listrik yang mengalir searah dengan elektroda. Reaktor elektrokoagulasi dipasangkan dengan kabel yang dihubungkan ke catu daya kemudian dihubungkan ke arus listrik dengan variasi waktu (20, 50, 80 dan 110 menit) dan variasi arus (1,2 ; 1,6 ; 2 ; 2,2 ; dan 2,6A). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi terbaik penurunan TDS  pada waktu 110 menit dan kuat arus 2,2 A yaitu 940 mg/l, total kesadahan pada waktu 110 menit dan kuat arus 1,6 A yaitu 480 mg/l, dan nilai pH yang terbaik pada waktu 80 menit dan 110 menit dengan kuat arus 0,8 A yaitu 7. Terjadi penurunan pada konsentrasi Mn pada waktu 110 menit dan kuat arus 1,6 A yaitu 0.0124 mg/l dan perubahan warna setelah elektrokoagulasi

    PEMBUATAN GLUKOSA DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH BONGGOL JAGUNG

    Get PDF
    Jagung adalah salah satu bahan makanan yang sangat potensial dijadikan produksi berbagai makanan. Hasil panennya melimpah di Indonesia, begitu pula dengan limbah bonggol jagung yang dihasilkan. Bonggl jagung merupakan bahan lignoselulosa yang berpotensi tinggi untuk diolah menjadi berbagai produk. Gula sederhana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan antara lain untuk bioetanol, asam karboksila tdan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan glukosa dari limbah bonggol jagung. Hidrolisis asam encer dari bonggol jagung untuk produksi glukosa mengalami hambatan karena adanya lignin. Untuk menghilangkan lignin yang terkandung didalam bonggol jagung digunakan proses delignifikasi basa menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% dengan waktu selama 4 jam. Dari penelitian yang telah dilakukan hasil menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH yang optimal untuk pengurangan lignin adalah konsentrasi 15% dengan kadar lignin yang diperoleh yaitu sebesar 5%. Bonggol jagung yang telah didelignifikasi selanjutnya dihidrolisis menggunakan larutan H2SO4dengan konsentrasi 0.75%. Waktu yang digunakan bervariasi yaitu 60 menit, 120 menit, 180 menit dan 240 menit dan suhu yang digunakan yaitu 80oC, 90 oC dan 100oC. Setelah dianalisis kandungan glukosanya menggunakan spectrometer didapatkan glukosatertinggi yaitu sebesar 19% pada suhu 100oC dan pada waktu 240 menit.

    PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PENYERAPAN LOGAM DAN KESADAHAN PADA AIR SUMUR

    Get PDF
    Ampas tebu mengandung berbagai komponen biomassa, selulosa dan lignin yang berpotensi untuk dikonversikan menjadi sumber arang pada proses adsorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah ampas tebu sebagai adsorben penyerapan logam besi dan kesadahan dalam air sumur. Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan adsorben, uji kinerja adsorben dengan memvariasikan massa dan waktu kontak yang bertujuan untuk melihat kadar dan kapasitas penyerapan. Penelitian ini hanya memvariasikan massa adsorben ampas tebu dengan jumlah 2,5; 3; 3,5; dan 4 gram dengan memvariasikan waktu kontak yaitu 30, 60, 90, dan 120 menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar penyerapan logam besi maksimum diperoleh 99,81%, sedangkan pada kesadahan diperoleh 53,846% dengan massa adsorben 4 gr. Lalu kapasitas penyerapan logam besi diperoleh 0,042 mg/gr, sedangkan pada kesadahan diperoleh 0,07 mg/gr.Kata Kunci : Adsorpsi, Ampas Tebu, Arang Aktif, Logam Besi (II) , Ion Ca2
    corecore