7 research outputs found

    Konflik dan Penyelesaian dalam Penelitian Arkeologi di Wilayah Kerja Balai Arkeologi Manado.

    Get PDF
    Abstract. Conflicts and Solutions in Archaeological Research at Archaeological Research Office of Manado Area. The conflict between local people and the research team of archaeology wastriggered because the people did not understand the importance of archaeological research, in addition to lacking of communication between the two parties. The conflicts in the research areasof Archaeological Research Office of Manado namely happened during the research at Loga Site, Pada Village, Poso, and Leang Tuo Mane’e site in Talaud. This research aimed at mapping the conflict occurring during archaeological researches in working areas of Archaeological Research Office of Manado and inventing the solution so that it is expected that such conflict may not appear in the future. To obtain the data used are observational and interview methods. The conflict mapping was made to see clearly the relations among many parties; therefore, it is possible to identify the beginning of the conflict as well as its solutions. Aside from conflict mapping, communication with the local people is no less important. The research model of archaeology should be changed into multiple perspective model or democratic model. Abstrak. Konflik antara masyarakat dengan tim penelitian arkeologi dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat akan nilai penting penelitian arkeologi dan komunikasi yang tidak terjalin dengan baik. Konflik yang pernah terjadi pada kegiatan penelitian di wilayah Kerja Balai Arkeologi Manado berupa penelitian Situs Loga Desa Pada, Kabupaten Poso dan Situs Leang Tuo Mane’e di Kabupaten Talaud. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan konflik yang terjadi dalam penelitian arkeologi di wilayah kerja Balai Arkeologi Manado dan mencari jalan keluarnya sehingga dapat diselesaikan, serta tidak terjadi lagi pada masa mendatang. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data adalah metode observasi (pengamatan) dan wawancara. Dalam mengurai konflik, penting dilakukan pemetaan, sehingga dapat terpecahkan dengan baik. Pemetaan konflik bertujuan untuk melihat hubungan di antara berbagai pihak secara lebih jelas, sehingga dapat diidentifikasi awal konflik dan tindakan yang akan dilakukan dalam memecahkan konflik. Selain pemetaan konflik, perlu menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar situs, sehingga tidak terjadi salah komunikasi dalam kegiatan penelitian. Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian arkeologi ini perlu diganti dengan model multiple perspective model atau democratic model

    Potensi Tinggalan Arkeologis di Kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi Manado: Upaya Pelestarian, Pemanfaatan, dan Pengembangan bagi Masyarakat

    Get PDF
    The area of Sam Ratulangi airport’s Manado has archaeological heritage which has been know as it is closed for public. This research used descriptive method, using inductive reasoning. Meanwhile, the analysis method used morphologyl, technology, and contextual analysis. This research aimed to find out the potential of archaeological heritage in Sam Ratulangi airport area of Manado. In addition to its strategy of preservation the haritage included veilbox, bungker, and waruga. The preservation can be conducted by doing protection, development, and utilization. The preservation both physical and non physical protection. The effort for its development and utilization was conducted for the purpose of science, education, culture, and tourism.Kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi Manado mempunyai potensi tinggalan arkeologis yang selama ini tidak diketahui masyarakat luas, dikarenakan letak tinggalan yang berada dalam kawasan tertutup untuk umum. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan penalaran induktif. Metode analisis menggunakan analisis morfologi, teknologi dan kontekstual. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi tinggalan arkeologis yang terdapat di kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi dan strategi pelestariannya. Tinggalan arkeologis yang terdapat di kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi meliputi veilbox, bungker, dan waruga. Upaya pelestarian dapat dilakukan dengan cara perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Upaya perlindungan meliputi perlindungan secara fisik dan non fisik. Upaya pengembangan dan pemanfaatan dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata

    AMERTA 33 nomor 2

    Get PDF
    Ingrid H.E. Pojoh, Dian Sulistyowati, Rizky Fardhyan, Arie Nugraha, dan Dicky Caesario Sistem lnformasi Arkeologi: Pangkalan Data Berbasis Daring untuk Perekaman Data Artefak Tembikar dan Keramik di Kawasan Percandian Muarajambi Kegiatan perekaman data arkeologi sampai sekarang masih menjadi permasalahan tersendiri baik dari segi keterbukaan informasi maupun ketersediaan sarana perekaman data yang terintegrasi. Sistem pangkalan data merupakan salah satu pemecahan mengenai permasalahan tersebut. Manajemen data dan pembuatan konten pangkalan data menunjukan integrasi dari dua ilmu yang berbeda sehingga dapat menghasilkan suatu instrumen perekaman data berbasis dalam jaringan (daring), yaitu suatu cara berkomunikasi yang penyampaian dan penerimaan pesan dilakukan dengan atau melalui jaringan internet. Untuk pengguna, aplikasi ini dapat berfungsi sebagai wadah untuk melakukan penjajakan dalam rangka melakukan penelitian. Untuk pengisi, pangkalan data ini merupakan salab satu instrumen perekaman data yang dapat menghemat waktu dan tenaga. Untuk mabasiswa, pangkalan data ini juga merupakan sarana pembelajaran untuk mempertajam kemampuan analisis. Kegiatan ini berfokus pada pembuatan sistem pangkalan data berbasis daring untuk temuan-temuan tembikar dan keramik yang ditemukan di Kawasan Percandian Muarajambi. Hariani Santiko Ragam Hias Ular-Naga di Tempat Sakral Periode Jawa Timur Tinggalan Arkeologi dari masa Hindu-Buddha di Jawa Timur ( a bad ke-10-16), di antaranya berupa rag am bias ular­naga (ular dengan ciri-ciri fisik naga) yang digambarkan sendiri, maupun bersama tokoh garu<;la. Ragam bias ular­naga ini ditemukan di kompleks percandian, pemandian suci (patirthan), dan di gua-gua pertapaan. Menarik perbatian adalah, ragam bias jenis ini tidak ditemukan pada kepurbakalaan masa sebelurnnya, yaitu masa Hindu­Buddha di Jawa Tengah (abad ke-6 sampai awal abad ke- 10). Untuk mengetabui gagasan yang melatari dipilihnya artefak tersebut, akan diterapkan metode arkeologi­sejarah, yaitu metode yang menggunakan data artefaktual dan data tekstual, berupa naskah-naskah atau prasasti. Kemunculan garu<;la bersama ular-naga ini, dikemukakan babwa para seniman Jawa Kuno menggunakan cerita Samudramantbana (Amrtamanthana) dan cerita Garu<;leya. Kedua cerita tersebut menceritakan pengambilan dan perebutan air suci amrta (air suci, air penghidupan) antara dewa (.fora) dan asura. Ragam bias ular-naga terdapat pada Pemandian Jalatunda, Candi Kida! dan Candi Jabung, Candi Panataran, Candi Kedaton dan sebagainya. Dipilihnya cerita Samudramanthana dan Garu<;leya terkait dengan mitologi gunung dalam agama Hindu, yang merupakan "tangga naik" ke tempat dewa-dewa di puncaknya. Candi adalah bentuk miniatur dari Mahameru tersebut, tempat amrta yang dijaga oleh ular-naga. Atina Winaya Peran Museum Majapahit sebagai Mediator Pelesta­rian Warisan Budaya dan lndustri Pembuatan Bata Trowulan, situs arkeologi yang diduga merupakan ibukota Kerajaan Majapahit, mengalami kerusakan yang semakin hari semakin parah seiring dengan perkembangan industri pembuatan bata oleh masyarakat setempat. Museum Majapahit adalab salah satu pibak yang dapat tampil dalam upaya menekan, atau bahkan mengbentikan, laju pertumbuban dan perkembangan industri pembuatan bata tersebut. Penelitian dilakukan untuk memberikan suatu rekomendasi terhadap pengembangan Museum Majapahit pada masa mendatang agar dapat berperan sebagai mediator yang menjembatani kepentingan pelestari budaya (baik pemerintah, arkeolog, akademisi, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat) dengan masyarakat Trowulan, khususnya para pembuat bata. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif melalui observasi dan studi literatur, disertai analisis berdasarkan pendekatan new museology dan pendekatan cultural resources management. Berdasarkan basil penelitian, Museum Majapahit diharapkan berperan sebagai media yang mampu menanamkan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat mengenai pentingnya kelestarian Situs Trowulan. Situs yang lestari akan memberikan manfaat dan dampak positif terhadap tiga aspek di dalam kehidupan masyarakat, yaitu aspek ideologis, akademis, dan ekonomis. Libra Hari lnagurasi Tambang Batu Bara Oranje Nassau, Kalimantan Selatan, dalam Pandangan Arkeologi Industri Aktivitas pertambangan batu bara di Indonesia dimulai pada a bad ke-19. Dalam tulisan ini dikemukakan tinggalan arkeologi dari situs tambang batu bara tertua di Indonesia, yakni tambang batu bara Oranje Nassau. Lokasi situs berada di Desa Pengaron, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Kronologi situs berasal dari tahun 1849 (abad ke-19). Oranje Nassau merupakan tambang batu bara yang diusahakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ketika didirikan, lokasi tambang itu menempati wilayah milik Kesultanan Banjarmasin. Tulisan ini bermaksud memberikan gambaran mengenai awal perkembangan industri di Indonesia melalui tambang batu bara tertua Oranje Nassau. Adapun tujuan tulisan ini adalah mengidentifikasi jenis, fungsi, dan hubungan antar tinggalan tambang batu bara dengan menggunakan pendekatan Arkeologi lndustri (Industrial Archaeology). Metode yang digunakan adalah deskriptif, historis, dan analisis kontekstual. Hasil yang telah diperoleh yakni teridentifikasinya peninggalan-peninggalan tambang batu bara kuno berasal dari masa Hindia Belanda. Peninggalan peninggalan tersebut merupakan fasilitas kegiatan penambangan batu bara seperti bangunan monumental untuk menempatkan mesin, sumur lubang galian batu bara, lorong, terowongan, lantai dibuat dari bahan bata, dan roda besi. Berdasarkan basil penelitian diketahui bahwa tambang batu bara merupakan teknologi yang berasal dari luar atau teknologi yang diimpor dari Eropa, bukan asli Indonesia. lrfanuddin W. Marzuki Konflik dan Penyelesaian dalam Penelitian Arkeologi di Wilayah Kerja Balai Arkeologi Manado Konflik antara masyarakat dengan tim penelitian arkeologi dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat akan nilai penting penelitian arkeologi dan kornunikasi yang tidak terjalin dengan baik. Konflik yang pernah terjadi pada kegiatan penelitian di wilayah Kerja Balai Arkeologi Manado berupa penelitian Situs Loga Desa Pada, Kabupaten Poso dan Situs Leang Tuo Mane'e di Kabupaten Talaud. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan konflik yang terjadi dalam penelitian arkeologi di wilayah kerja Balai Arkeologi Manado dan mencari jalan keluamya sehingga dapat diselesaikan, serta tidak terjadi lagi pada masa mendatang. Metod

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.14 No.2 Tahun 2009

    Get PDF
    Dalam terbitan kali ini berisi lima artikel, Artikel Nurhadi Rangkuti menyoroti hasil penelitian arkeologi di Pulau Bangka sejak tahun 1990-2008. Artikel kedua ditulis oleh Irfanuddin Wahud Marzuki mengungkapkan hasil survei tinggalan perang dunia II di Halmahera Utara khususnya Kecamatan Kao dan di Kecamatan Malifut. Artikel Retno Purwanyi menyoroti Museum Sriwijaya Palembang belum berfungsi sebagai pusat informasi sejarah dan arkeologi Kerajaan Sriwijaya. Kristantina Indriastuti tertarik dengan pemanfaatan atau revitalisasi sumber daya budaya.Penulis menilai dalam pengelolaan yang profesional maka tinggalan budaya prasejarah Sumsel dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan kebudayaan nasional. Pemanfaatan sumber daya arkeologi menjadi sorotan Sondang M Siregar yang mencoba penerapannya pada sumber daya arkeologi di kawasan Danau Ranau Kab Ogan Komering Ulu Selatan Propinsi Sumatera Selatan

    Nisan Tua Kompleks Pekuburan Islam Tuminting, Manado

    No full text
    No Abstrac

    Pelestarian dan Pemanfaatan Kuburan Batu Waruga di Kabupaten Minahasa Utara

    No full text
    No Abstrac
    corecore