9 research outputs found

    Detection of Candida albicans biofilm proteins induced by glucose, lactose, soy protein, and iron

    Get PDF
    Background: Oral candidiasis is one of the most common fungal infections, which attack the mucosa of the oral cavity. These lesions are mostly caused by the fungal species Candida albicans. Candida albicans is included in the normal oral microorganisms that are opportunistic pathogens, and its presence is quite large, which can reach 75% of the total oral fungal population. Research on specific proteins of Candida biofilm can be an alternative to early prevention of oral infections such as Oral Candidiasis. This biofilm protein can be used as a reference in making kits to detect the presence of microbes that cause infectious diseases. The purpose of this study was to determine molecular weight of Candida albicans biofilm protein induced by 5% glucose, 5% lactose, soy protein, and 5% iron. Material and Methods: This experimental laboratory study used SDS-PAGE electrophoresis to determine the molecular weight of Candida albicans biofilm proteins induced by glucose 5%, lactose 5%, soy protein, and iron 5%. Results: Biofilm induced by 5% glucose shows four protein bands: 71,6 kDa; 56,1 kDa; 49,7 kDa; and 41 kDa. Biofilm induced by 5% lactose shows seven protein bands: 71 kDa; 61,2 kDa; 57,7 kDa; 55,3 kDa; 48,9 kDa; 39,5 kDa; and 29,8 kDa. Biofilm induced by soy protein shows one protein band: 49,4 kDa. Biofilm induced by 5% iron shows one protein band: 51,1 kDa Conclusions: Candida albicans biofilm induced by 5% glucose has four protein band candidates, 5% lactose has seven candidates of protein band, and soy protein and 5% iron each has a candidate of protein band, which can be used as a target for the detection of oral Candidiasis

    Perbedaan flow dan pH saliva pada subyek karies dan bebas karies

    Get PDF
    Latar Belakang: Flow saliva memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan jaringan keras dan lunak rongga mulut. Saliva berperan sebagai buffer yang membantu menetralkan pH plak setelah makan. Penurunan flow saliva dapat memperburuk kesehatan rongga mulut, misalnya karies gigi yang biasanya terjadi pada anak-anak. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati perbedaan flow dan pH saliva pada subyek karies dan bebas karies. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Status karies 28 siswa sekolah dasar diperiksa berdasarkan index DMF-T dan def-t, kemudian subyek dikelompokkan menjadi dua kelompok, kelompok karies dan kelompok bebas karies. Saliva dari tiap subyek dikumpulkan dengan cara kepala ditundukkan dan mulut sedikit terbuka kemudian saliva ditampung dalam gelas ukur sampai volume 4 ml. Waktu dan volume pengumpulan saliva digunakan untuk menghitung flow saliva. Segera setelah saliva dikumpulkan, saliva kemudian diperiksa pH dengan menggunakan kertas indikator pH. Nilai flow dan pH saliva kemudian dianalisis dengan program SPSS. Hasil: Terdapat perbedaan signifikan flow dan pH saliva pada subyek karies dibandingkan subyek bebas karies. Kesimpulan: Flow dan pH pada subyek karies lebih rendah dibandingkan subyek bebas karies

    The Difference in Biofilm Molecular Weight in Streptococcus mutans and Aggregatibacter actinomycetemcomitans Induced by Sucrose and Soy Protein (Glycine Soja)

    Get PDF
    Context: Biofilms consist of microbial cells and extracellular polymeric substance (EPS). Streptococcus mutans and Aggregatibacter actinomycetemcomtans are bacteria that can form biofilms and generate EPS. Biofilm formation can be induced by specific substances such as sucrose and protein. Aims: To identify the molecular weight that determines biofilm protein profile expression of S. mutans and A. actinomycetemcomitans induced by sucrose (carbohydrate) and soy protein (glycine soja). Settings and Design: Experimental laboratory study. Materials and Methods: Sodium dodecyl sulfate–polyacrylamide gel electrophoresis (SDS‑PAGE) was used to determine the molecular weight. Statistical Analysis Used: Nil. Results: The results of analysis of protein SDS‑PAGE showed the presence of 28 protein bands on A. actinomycetemcomitans biofilm in the media trypticase soy broth (TSB), 20 protein bands on biofilms of S. mutans in the media TSB, 29 protein bands on biofilm A. actinomycetemcomitans in the media brain heart infusion (BHI) + sucrose 2%, and 13 protein bands on biofilms of S. mutans in the media BHI + sucrose 2%. Conclusion: There are differences in biofilm protein profile expression that determine the molecular weight of S. mutans biofilm and A. actinomycetemcomitans induced by sucrose (carbohydrate) and soy protein (glycine soja)

    Daya Perlekatan Adhesin Aggregatibacter actinomycetemcomitans Isolat Lokal pada Kultur Sel Hela

    Get PDF
    Kontak langsung antara agen infeksius dengan sel host diawali dengan proses adesi. Proses adesi merupakan salah satu sifat virulensi dad bakteri patogen yang berperan penting untuk terjadinya kolonisasi, invasi sampai timbulnya penyakit infeksi. Apabila bakteri tidak dapat melekat pada lingkungannya maka tidak akan dapat bertahan hidup. Adesi merupakan mekanisme pertahanan hidup yang kuat dan juga merupakan mekanisme virulensi untuk bakteri patogen. Adhesin bakteri merupakan media bagi bakteri untuk melakukan invasi pada host. Untuk melakukan adesi pada host" adhesin bakteri tergantung pada interaksi ligan sebagai mediator signaling yang akan mempengaruhi invasi dan peningkatan pro dan anti intlamasi karena pengaruh dari reseptor respons imun innate. Dari penelitian sebelumnya telah dilakukan isolasi dan karakterisasi protein adhesin Aggregatibacler actinomycetemcomirans (A.actillolllycetcmcomilans) isolat lokal dengan berat molekul (BM) 24 kDa. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kemampuan perlekatan protein adhesin A.actinomycetemcomitans dengan BM 24 kDa pada set epitel yaitu pada kultur scI HeLa dcngan uji adesi.Penelitian ini merupakan studi eksperimental laboratories. Pada uji adesi. protein adhesin dcngan berat molekul 24 kDa yang akan diuji sebagai variabel bebas dibuat 6 macam dosis yaitu dosis 0 (kontrol). dosis 25 µg. 50 µg. 100 µg. 200 µg dan 400 µg dcngan pengulangan masing-masing 3 kali, sebagai variabel tergantung adalah indeks adesi. Untuk menghitung indeks adhesi ini diperlukan pewarnaan sediaan dengan Gram dan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x. Indeks Adesi merupakan jumlah bakteri A.actinomycetemcomitans yang menempel pada tiap 100 sel HeLa. Hasil analisis menunjukkan kemampuan perlekatan protein adhesin A. actinomycelemcomitans dengan berat molekul 24 kDa akan meningkat sesuai meningkatnya dosis adhesin yang diberikan. Kesimpulan penelitian ini adalah protein adhesin A. actinomycetemcomitalls dengan berat molekul 24 kDa mempunyai daya perlekatan pada sel epitel yaitu sel HeLa., dan dengan meningkatnya dosis protein adhesin maka semakin rendah indeks adesinya

    Increased Number of Fibroblasts and Neovascularization after Tooth Extraction in Wistar Rats with Moderate-Intensity Continuous Exercise

    Get PDF
    Rapid wound healing after tooth extraction is expected to occur. Continuous moderate intensity exercise can improve the tissue oxygenation, that is required by fibroblasts and neovascularization to form granulation tissue which is an important process in wound healing. This study aimed to examine the increased number of fibroblasts and neovascularization after tooth extraction in wistar rat after continuous exercise with moderate intensity. Wistar rats were divided into 4 groups, control group and the other 3 is the treatment group. The treatment group was given moderate intensity continuous exercise for 6 weeks (swim test). In control group (K1), the number of fibroblast and neovascularization was observed five day after tooth extraction. In the treatment group (K2, K3, and K4), observation was conducted on day 3, 5, and 7 after tooth extraction. The number of fibroblasts and neovascularization of the control group was less than the treatment group. The data show a significant difference in control group (K1) with treatment group (K4) seven days after tooth extraction. There was increase in the number of fibroblasts and neovascularization in the group was given moderate intensity continuous exercise, and rapid wound healing process correlate with increased the number of fibroblasts and neovascularization

    The ability of A.actinomycetemcomitans adhesin protein in activating acute and chronic inflammatory cells on aggressive periodontitis

    Get PDF
    Background: Adhesion of bacteria in eukaryotes or tissue surface requires two (2) factors, namely receptor and adhesin. Adhesin is the first bacterial molecule that contacts and invades the host. Bacterial adhesin depends on ligand interaction as the signaling mediator which influences the invasion and improvement of pro and anti inflammation due to the influence from the innate immune response receptor.On A.actinomycetemcomitans, some adhesins plays in the adhesion of bacteria on the epithelial cells with multifactorial nature. Purpose: This research aims to prove that A.actinomycetemcomitans adhesion proteins that have been obtained from the previous research can influence the amount of acute and chronic inflammatory cells in experimental animals (Wistar rat). Methods: Samples are divided into four groups of rat, each consisting of ten rats; the control group is induced withNaCl 0,9%, group 2,3 and 4 is the groups that are induced consecutively by adhesion protein, adhesion protein + A.actinomycetemcomitans and whole cellA.actinomycetemcomitanswhich are induced in gingival sulcus in experimental animals for seven (7) days. The counting of the number of acute and chronic inflammatory cells are performed by staining of Hematoxylin Eosin (HE). Result:This study shows an increase in the number of PMN and macrophages in the four treatment groups given to the experimental animals. Conclusion:This phenomenon shows that there is an antigen and immunogenic epitope of A.actinomycetemcomitansthat play a role in this condition

    ANTIBODI MONOKLONAL STREPTOCOCCUS MUTANS DALAM PASTA GIGI TANPA DETERJEN SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS MUTANS

    Get PDF
    Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang mengakibatkan kerusakan struktur gigi dan bersifat kronis. Dan beberapa hasil penelitian di Jakarta dan Surabaya menunjukkan tingginya prevalensi karies gigi. Oleh karena itulah sampai saat ini usaha-usaha pencegahan karies gigi masih terus dilakukan, karena prevalensi karies yang masih tinggi. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk pencegahan karies gigi, yaitu dengan memberikan penyuluhan (Dental Health Education/DHE), pemeliharaan kebersihan rongga mulut, menyikat gigi, pemberian fluor dalam air minum, fissure sealant dan yang terus dikembangkan saat ini adalah imunisasi pasif dengan antibodi monoklonal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat pasta gigi tanpa deterjen dengan penambahan antibodi monoklonal IgA, IgG1 dan IgG3 Streptococcus mutans 1 (c) 67 kDa terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan cara: pasta gigi tanpa deterjen diformulasikan dengan antibodi monoklonal IgA, IgG1, dan IgG3 pada suhu kamar (27°C), kemudian diamati zona hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menggunakan cara dari Wistreich dan Lechtman. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan statistik non parametrik Kruskal Wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna zona hambatan pasta gigi tanpa deterjen dengan dan tanpa penambahan antibodi monoklonal IgG3. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil formulasi pasta gigi tanpa deterjen dengan antibodi monoklonal IgG3 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang ditunjukkan dengan adanya zona hambatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang formulasi pasta gigi tanpa deterjen dengan antibodi monoklonal Streptococcus mutans untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yang nantinya dapat dipakai untuk usaha prevensi karies gigi

    ANTIBODI MONOKLONAL STREPTOCOCCUS MUTANS DALAM PASTA GIGI TANPA DETERJEN SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS MUTANS

    No full text
    Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang mengakibatkan kerusakan struktur gigi dan bersifat kronis. Dan beberapa hasil penelitian di Jakarta dan Surabaya menunjukkan tingginya prevalensi karies gigi. Oleh karena itulah sampai saat ini usaha-usaha pencegahan karies gigi masih terus dilakukan, karena prevalensi karies yang masih tinggi. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk pencegahan karies gigi, yaitu dengan memberikan penyuluhan (Dental Health Education/DHE), pemeliharaan kebersihan rongga mulut, menyikat gigi, pemberian fluor dalam air minum, fissure sealant dan yang terus dikembangkan saat ini adalah imunisasi pasif dengan antibodi monoklonal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat pasta gigi tanpa deterjen dengan penambahan antibodi monoklonal IgA, IgG1 dan IgG3 Streptococcus mutans 1 (c) 67 kDa terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan cara: pasta gigi tanpa deterjen diformulasikan dengan antibodi monoklonal IgA, IgG1, dan IgG3 pada suhu kamar (27°C), kemudian diamati zona hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menggunakan cara dari Wistreich dan Lechtman. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan statistik non parametrik Kruskal Wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna zona hambatan pasta gigi tanpa deterjen dengan dan tanpa penambahan antibodi monoklonal IgG3. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil formulasi pasta gigi tanpa deterjen dengan antibodi monoklonal IgG3 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang ditunjukkan dengan adanya zona hambatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang formulasi pasta gigi tanpa deterjen dengan antibodi monoklonal Streptococcus mutans untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yang nantinya dapat dipakai untuk usaha prevensi karies gigi

    Correlation between human neutrophil peptide 1–3 secretion and azurophilic granule (CD63) expression in early childhood caries

    No full text
    Background: In saliva, neutrophil constitutes the most prominent first-line defense of immune cells against pathogenic microbes. The importance of neutrophils to the host immune systems of neutropenic or patients disabled with regard to their neutrophil function results in a tendency toward serious infections, such as early childhood caries (ECC). The cytoplasmic granules present in neutrophils play a major role in neutrophil-mediated inflammation. Azurophilic granules contain antimicrobial proteins, such as defensin, a human antimicrobial peptide (HNP 1–3). The aim of this study is to analyze the correlation of HNP 1–3 secretion with CD63 expression on the surface of salivary neutrophils. Materials and Methods: This study constituted a cross-sectional, analytical observational study. Saliva taken from preschoolchildren between the ages of 4–6 years who had been divided into two groups, i.e., early childhood caries group with decayed, extracted, filled teeth (def-t) index >6 and caries free with def-t = 0, was subjected to a HNP 1–3 secretion test using ELISA assay and an expression test for CD63 by means of a flow cytometry test. The results obtained were analyzed using independent t-test and Pearson correlation (P < 0.05). Results: The secretion of HNP 1–3 in the saliva of ECC was higher (172.6 ± 41.64) compared to that of caries-free cases (140.39 ± 31.91), whereas the level of CD63 salivary expression in ECC was lower (2.32 ± 0.57) than in the presence of caries (2.67 ± 0.46). Conclusion: In ECC cases, saliva increases HNP 1–3 secretion but decreases CD63 expression on the surface of salivary neutrophils
    corecore