9 research outputs found

    Model Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Penentuan Strategi Pemilihan Lokasi Mata Air untuk Pembangunan Infrastruktur Irigasi di Kota Batu

    Get PDF
    Potensi mata air di Kota Batu yang digunakan sebagai sumber air irigasi secara keseluruhan belum memiliki infrastruktur irigasi sehingga perlu adanya pengembangan mata air. Pengembangan dilakukan dengan melakukan pembangunan infrastruktur irigasi. Mata air sejumlah 15 lokasi diidentifikasi berdasarkan aspek dari parameter yang meliputi kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan jarak. Aspek parameter-parameter yang diidentifikasi digunakan sebagai pedoman dalam pemilihan lokasi mata air yang akan dibangun infrastruktur irigasi. Pemilihan lokasi mata air yang akan dibangun infrastruktur irigasi dilakukan dengan menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP digunakan untuk menentukan nilai bobot dari setiap parameter dan alternatif. Berdasarkan nilai bobot dari setiap parameter dan alternatif kemudian dilakukan tahapan Sintesis Model AHP. Hasil dari sintesis menunjukkan bahwa dari ke-15 mata air nilai prioritas tertinggi berada di MA-15 (Mata Air Rembyung) dengan nilai 0,119. Hasil dari pemodelan AHP ini yang berupa nilai skala prioritas dapat digunakan dalam penentuan mata air yang akan dikembangkan terlebih dahulu

    Studi Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Baru Banyuwangi Dengan Menggunakan Program Linier

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara yang memiliki fokus khusus terhadap beberapa hal, salah satunya dibidang pertanian. Provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu daerah yang berperan penting dalam produksi pertanian adalah Jawa Timur. Pada daerah Jawa Timur Daerah Irigasi Baru terletak di wilayah Sungai Kalibaru, sedangkan secara administratif pemerintahan terletak di Kabupaten Banyuwangi. Daerah Irigasi Baru pada wilayah Cluring yang memiliki luas 5.945  Ha, mendapatkan suplai air dari Sungai Kalibaru melalui penyadapan Dam Karangdoro.Daerah Irigasi Baru merupakan salah satu daerah irigasi yang mengalami penurunan kinerja. Daerah Irigasi Baru mengalami penurunan kinerja diantaranya dikarenakan pembagian air yang kurang proporsional sehingga menyebabkan tidak meratanya pembagian air. Kondisi yang terjadi di Daerah Irigasi Baru, saat musim kemarau terdapat sawah yang tidak terairi sehingga menyebabkan gagal panen ataupun sawah tidak bisa ditanami. Dikarenakan hal tersebut dilakukan optimasi agar didapatkan keuntungan maksimum dengan luas lahan yang optimal berdasarkan jenis tanaman dan keersediaan air. Untuk analisa ini digunakan program linier dengan program bantu POM-Quantity Methods for Windows 3. Debit andalan Sungai Kalibaru, kebutuhan air tiap alternatif pola tanam yang direncanakan, dan luas lahan maksimal dijadikan batasan pada program liniernya. Hasil dari iterasi program linier dapat mengetahui luas sawah yang bisa ditanami berdasarkan jenis tanaman dan musim tanamnya, serta keuntungan hasil usaha tani maksimal yang akan diperoleh selama satu tahunDari beberapa alternatif pola tanam yang direncanakan, diperoleh pola tanam yang menghasilkan luasan terbesar yaitu pada awal tanam November I dan November II dengan intensitas tanam yaitu 300% . Terjadi peningkatan sebesar 8,97 % dari intensitas tanam eksisting 291,07 %. Dengan pola tanam padi/polowijo/tebu – padi/tebu – padi/polowijo/tebu. Keuntungan maksimal hasil usaha tani yang diperoleh selama setahun adalah Rp 224.826.400.000,00 dengan awal tanam November I

    Perencanaan Jaringan Drainase Sub Sistem Kalidami Surabaya

    Get PDF
    Saluran Kalidami berada di kawasan Surabaya bagian timur. Saluran ini memiliki panjang 4270 meter dengan lebar bervariasi antara 11-33 meter. Saluran Kalidami membentang dari Kelurahan Airlangga, Gubeng dan berakhir di Selat Madura. Berdasarkan Peta Genangan Kota Surabaya Tahun 2013 terdapat beberapa daerah genangan di sekitar saluran Kalidami, diantaranya pada kawasan Kertajaya, Pucang anom, Dharmawangsa, Gubeng, Mojo, dan Airlangga. Genangan yang terjadi memiliki tinggi yang bervariasi antara 10-50 cm. Pada saluran primer kalidami terdapat buzem yang dilengkapi dengan pintu air dan rumah pompa untuk pengendalian banjir. Namun, saat pompa air dihidupkan pada saat hujan, daerah hilir saluran tidak mampu mengalirkan debit buangan pompa sehingga air pada saluran meluber.Dalam Tugas Akhir ini dilakukan perencanaan drainase pada sub sistem Kalidami dengan meninjau kondisi saluran eksisting dan menggunakan program bantu HEC-HMS dalam analisa hidrologinya. Kemudian debit hasil dari HEC-HMS digunakan sebagai input debit banjir rencana pada analisa hidrolika. Dilakukan dua kali analisa hidrolika, yang pertama dengan kondisi eksising dan yang kedua dengan dengan saluran hasil rencana. Analisa hidrolika untuk saluran tersier menggunakan perhitungan analitik sedangkan untuk saluran sekunder dan primer menggunakan program bantu HEC-RAS.Berdasarkan hasil analisa kondisi eksisting diperoleh bahwa genangan air yang terjadi pada DAS Kalidami terjadi karena kapasitas saluran yang tidak mampu mengalirkan debit banjir, baik akibat dimensi saluran yang kurang lebar, adanya sedimentasi maupun banyaknya sampah di saluran. Kapasitas saluran primer Kalidami saat ini tidak dapat mengalirkan debit banjir rencana, sehingga dibutuhkan perencanaan baru. Lebar saluran sekunder yang diperlukan berkisar antara 2 meter sampai 7 meter dengan kedalaman 2,5 meter. Sedangkan lebar saluran primer yang diperlukan adalah 12 meter pada bagian hulu kemudian melebar hingga 40 meter pada bagian hilir yang berbatasan dengan laut dengan kedalaman 2,5 meter. Kapasitas boezem dengan 5 buah pompa berkapasitas 1,5 m3/dt serta 2 buah pompa berkapasitas 3 m3/dt yang ada saat ini dapat berfungsi mengalirkan debit banjir rencana

    Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

    Get PDF
    Waduk Batu Tegi terletak di DAS Way Sekampung,SWS Way Seputih-Way Sekampung, Batu Tegi, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Waduk ini berfungsi sebagai penyedia air untuk irigasi, penyedia air baku, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).Dengan keterbatasan volume air yang tersedia di waduk, dilakukan optimasi agar dapat mengoptimalkan kebutuhan air untuk irigasi yang menentukan intensitas tanam suatu lahan, air baku untuk sektor domestik dan non-domestik, dan potensi PLTA. Tujuan dari optimasi pola tanam adalah menentukan harga maksimal hasil panen yang dapat dihasilkan suatu lahan dengan jenis tanaman yang berbeda. Optimasi dalam kasus ini dilakukan dengan menggunakan program linier program bantu Quantity Methods for Windows. Perhitungan optimasi dengan pola tanam rencana dilakukan agar optimasi berupa intensitas tanam menghasilkan panen yang lebih maksimal jika dibandingkan dengan pola tanam eksistingDari hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa debit andalan 80%  waduk yang terbesar adalah 76,7 m3/detik yang terjadi pada Bulan Februari dan yang terkecil adah 4,30 m3/detik yang terjadi pada Bulan Oktober, model alternatif pola tanam yang menghasilkan luas lahan dan keuntungan hasil panen paling optimum adalah Alternatif 5, besar kebutuhan air untuk irigasi dari alternatif 5 adalah 346,2 x 10 6 m3dalam satu tahun, besar kebutuhan air untuk air baku saat kondisi jam puncak pada tahun 2010 adalah 27,69 m3 x 10 6 m3 dan kebutuhan air untuk PLTA adalah 734,8 m3 x 10 6 m3, serta keuntungan maksimal yang didapatkan dari hasil produksi lahan sawah dengan menggunakan pola tanam alternatif 5 adalah Rp 1.890.843.057.506,00

    Prediksi dan Pemetaan Kekeringan Menggunakan Metode Thomas Fiering dan Standartdized Precipitation Indexs (SPI) di Kabupaten Tuban

    Get PDF
    Pada bulan Oktober 2021 tedapat berita yang menyebutkan bahwa 9 kecamatan di Kabupaten Tuban terdampak kekeringan. Kabupaten Tuban merupakan daerah rawan terjadi kekeringan sehingga perlu dilakukan analisa serta prediksi kekeringan pada daerah tersebut. Standardized Precipitation Index (SPI) adalah metode untuk mengukur indeks kekeringan dengan menggunakan data curah hujan. Analisa kekeringan dilakukan dengan melakukan validasi antara kondisi kekeringan pada bulan Oktober 2021 terhadap hasil analisa SPI yang telah dipetakan menggunakan aplikasi Geographic Information System (GIS). Hasil validasi menunjukan SPI masih dalam kategori normal, yang berarti curah hujan bukan faktor utama terjadinya kekeringan. Untuk prediksi kekeringan dilakukan hingga 2030 sebagai implementasi SDG’s dengan memanfaatkan metode thomas fiering untuk memprediksi curah hujan.  Hasil prediksi permodelan thomas fiering tidak dapat digunakan secara mentah karena dari hasil uji eror training dan validasi menggunakan RMSE tergolong tinggi secara timeseries, tetapi bagus secara probabilistik dimana untuk tahun 2022 sampai 2030 memiliki indeks dengan kategori normal

    Evaluation of Irrigation Performance at Tertiary Level (A Case Study in Padi Pomahan Irrigation Area Mojokerto East Java)

    Get PDF
    Padi Pomahan Irrigation Area has a lack of sufficient amount of water at the downstream area in dry season. This problem is caused by some factors such as the exploitation of drinking water, climate change, land use change, and the damage of irrigation channel. The performance of irrigation channel and its facilities compared with the situation nearly 20 years later has never been evaluated and measured due to the limited of the preliminary data. With the area of 4309 hectares managed by two offices (UPT Pugeran and UPT Tangunan), the coordination become more complex to manage the irrigation water in this area. This paper aims to analyze the irrigation performance at tertiary level to measure the performance of six indicators/criterions such as physical infrastructure, plant productivity, personnel organization, operation and maintenance (OM), documentation, and institutional condition of water user associations (P3A / GP3A / IP3A). The results of its performance are expected to obtain the handling priority at the tertiary level in this irrigation system by Indonesian government. The total irrigation performance In Padi Pomahan obtains 61.0%. The result model of AHP (Analytic Hierarchy Process) obtains the result of personnel organization 28.9% (rank 1), plant productivity 20.3% (rank 2),  physical infrastructures 16.8% (rank 3), operation and maintenance (OM 14.2% (rank 4), institutional condition of water user associations ( P3A / GP3A / IP3A) 10.5% (rank 5) and   documentation 9.3% (rank 6). The ARP model obtains CGI value 0.13 and Consistency Ratio (CR) 0.036

    Analisis Banjir Rancangan dengan Mempertimbangkan Karakteristik Fraktal Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus: Bendungan Way Apu di Pulau Buru, Provinsi Maluku)

    Get PDF
    Penelitian ini menyajikan permodelan matematika untuk mensimulasikan banjir rancangan pada  bendungan Way Apu dengan mempertimbangkan karakteristik fraktal dari DAS. Bendungan Way Apu yang terletak di Sungai Way Apu, Maluku, Indonesia di bangun sebagai bendungan multiguna seperti irigasi, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), air baku, dan  untuk pengendali banjir sebagai tujuan utama. Analisa banjir rancangan pada bendungan ini mendapatkan beberapa kendala karena besarnya curah hujan di wilayah timur Indonesia, terutama di Pulau Buru Provinsi  Maluku. Desain banjir untuk Dam tipe urugan di bawah 40 m di Indonesia mengacu pada SNI-3432-1994, menggunakan kemungkinan banjir maksimum periode ulang 1000 tahun untuk perencanaan risiko besar. Makalah ini akan menganalisis desain banjir Bendungan Way Apu dengan periode ulang 1000 tahun  dengan mempertimbangkan karakteristik fraktal dari DAS menggunakan hidrograf sintetik ITS-2. Hasil perhitungan menggunakan HSS ITS-2 diperoleh nilai banjir rancangan sebesar 2454,15 m3/dt. Perhitungan penelusuran banjir (flood routing) diperoleh penurunan debit outflow sebesar 3,65% dengan Panjang pelimpah (spillway) 60 m, dengan elevasi mercu pada elevasi +134

    Analisa Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Dan ITB Pada Sub DAS Konto, Jawa Timur

    Get PDF
    Perhitungan debit banjir rencana merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam merencanakan bangunan air. Dengan perencanaan debit banjir yang tepat dan sesuai akan menyebabkan pembangunan sarana prasarana keairan menjadi efektif dan efisien serta dapat mengurangi resiko akan kegagalan bangunan akibat bencana alam seperti banjir. Selain pemilihan periode ulang rencana yang tepat sesuai dengan resiko yang akan dihadapi oleh suatu bangunan keairan, dalam perhitungan debit banjir rencana juga diperlukan metode yang tepat untuk dapat menggambarkan hidrograf yang sesuai dengan karakteristik suatu daerah aliran sungai (DAS) dimana suatu bangunan keairan tersebut akan dibangun.Sub DAS Konto, salah satu anak Sungai Brantas, yang merupakan sungai besar dan penting di Jawa Timur. Sehingga keberadaan debit airnya juga sangat menentukan kebermanfaatannya untuk kehidupan masyarakat sekitar. Didalam penelitian akan menggunakan metode Nakayasu dan ITB yang dibandingkan dengan hasil pengukuran debit di lapangan
    corecore