5 research outputs found

    GAMBARAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PADA PENJAHIT DI KOMPLEKS GEDUNG PRESIDENT PASAR 45 KOTA MANADO

    Get PDF
    Latar belakang: Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustin Puryani Wulandari, (2010) pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas kerja bagian produksi di PT. Indofood Cbp Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. Penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh intensitas cahaya pada proses kerja yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan akan mengakibatkan gangguan ketidaknyamanan pada aktivitas kerja. Pencahayaan adalah faktor lingkungan kerja yang termasuk dalam kelompok faktor risiko. Oleh karenanya sama seperti faktor lingkungan yang lain (seperti kadar debu yang banyak, intensitas bising yang tinggi, panas yang berlebihan, radiasi mengion ataupun radiasi yang tidak mengion), apabila intensitas pencahayaan tidak memadai (suram ataupun menyilaukan), maka dapat menyebabkan produktivitas tenaga kerja menurun ataupun menjadi rendah. Pencahayaan yang kurang baik dapat mengakibatkan pekerjaan menjadi lebih rumit dan sukar karena mengganggu penglihatan dari penjahit pakaian. Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.  Yaitu  memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyikapan suatu fakta dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan. Dalam laporan ini, penulis memaparkan hasil peninjauan, pengamatan dan pengukuran tentang intensitas penerangan pada penjahit di kompleks Gedung President Pasar 45 Kota Manado. Populasi dari penelitian ini adalah semua penjahit di kompleks Gedung President Pasar 45 yang berjumlah 31 penjahit. Sampel  dari penelitian ini adalah semua populasi penjahit di kompleks Gedung President Pasar 45 yang berjumlah 31 penjahit. Intensitas pencahayaan ini di ukur menggunakan alat ukur pencahayaan (Lux meter) dengan satuan pengukuran 200 Lux. Hasil penelitian: Distribusi frekuensi gambaran intensitas pencahayaan terdapat 29 Orang (93,5%) pekerja dengan umur 15-49 tahundan 2 orang (6,5%) pekerja dengan umur ≥ 50 tahun, 16 orang (51,6%) pekerja laki-laki dan 15 (48,4%) pekerja perempuan, 25 orang (80,6%) pekerja berpendidikan terkahir SMA dan 6 Orang (19,4%) pekerja berpendidikan terakhir SMP, dan 21 Orang (67,7%) dengan masa kerja> 4 Tahun dan 10 Orang (32,3%) dengan masa kerja ≤ 4 Tahun. Dari Intensitas pencahayaan, terdapat 18 orang (58,1%) pekerja yang bekerja dengan memenuhi persyaratan Luks minimal untuk bekerja dan 13 Orang (41,9%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan intensitas pencahayaan pada penjahit di Kompleks Gedung President Pasar 45 Kota Manado yang dimana ada sejumlah 13 penjahit yang intensitas pencahayaannya tidak memenuhi syarat ( 4 years and 10 people (32.3%) with a working period ≤ 4 years. From the intensity of the lighting, there are 18 persons (58.1%) workers working with Luks are eligible to work on and at least 13 people (41.9%). Based on the results of research conducted can be concluded that there is a difference in the intensity of the lighting on the tailor in the complex Building President Market 45 Manado city in which there are a number of 13 seamstresses intensity pencahayaannya not qualified (200 < Luks) and 18 tailor who qualified pencahayaannya intensity ≥ 200 Luks. Keywords: Lighting Intensity

    HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN CAHAYA MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA GAMER ONLINE DI WARUNG INTERNET KOTA MANADO

    Get PDF
    Kelelahan mata merupakan salah satu gangguan yang dialami mata karena otot-ototnya dipaksa bekerja keras, terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama. Gamer Online di warung internet kota Manado sebanyak 76,0% menggunakan komputer selama lebih dari 4 jam sehari. Hal ini bisa membuat terjadinya kelelahan mata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama paparan cahaya monitor komputer dengan kelelahan mata pada gamer online di warung internet Kota Manado. Jenis  penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei analitik dengan menggunakan studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Gamer Online pengguna Komputer ditiga Warung Internet Kota Manado. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui dengan pasti jumlahnya, dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 50 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini berdasarkan kelelahan mata, gamer online mengalami kelelahan  mata ringan sebanyak 5  orang (10,0%) sebanyak 22 orang  (44,0%) mengalami kelelahan mata sedang, dan sebanyak 23 orang (46,0%) mengalami kelelahan mata berat. Kesimpulan : Hasil uji korelasi Spearman Rank untuk lama paparan cahaya monitor komputer dengan kelelahan mata mempunyai nilai p value = 0,000 menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara lama paparan cahaya monitor komputer dengan kelelahan mata pada gamer online di warung internet Kota Manado. Kata Kunci : Lama Paparan, Kelelahan Mata, Komputer ABSTRACTEye fatigue is one of the disorders experienced by the eye because the muscles are forced to work hard, especially when they have to see objects close for a long time. Online gamers at Manado city internet cafes about 76.0% spend time in the computers for more than 4 hours a day. This able to make eye fatigue occur. The purpose of this study was to determine the relationship between the long exposure duration of computer monitor light to eye fatigue in online gamers at Manado City internet cafes. This type of research is a quantitative analytic survey research using cross sectional studies. The population in this study is online computer gamers at the three internet cafes in Manado. The population in this study is not known with certainty, and the sampling using a purposive sampling technique of 50 people. This research instrument uses a Visual Fatigue Index questionnaire using Spearman Rank correlation test. The results obtained in this study based on eye fatigue, online gamers experienced mild eye fatigue as many as 5 people (10.0%) as many as 22 people (44.0%) experienced moderate eye fatigue, and as many as 23 people (46.0%) experienced severe eye fatigue. Conclusion: Spearman Rank correlation test results for computer monitor light exposure time to eye fatigue have a p value = 0.000 shows that there is a significant relationship between computer monitor light exposure time to eye fatigue in online gamers in Manado City internet cafes. Keywords : Exposure Time, Eye Fatigue, Compute

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI DESA HUMBIA KECAMATAN TAGULANDANG SELATAN KABUPATEN SITARO

    Get PDF
    Program Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Di Indonesia metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah metode suntik yaitu 47,96%. Di Desa Humbia Kecamatan Tagulandang Selatan Kabupaten SITARO, terdapat 41 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik dari 78 akseptor KB. Kontrasepsi suntik merupakan yang paling banyak digunakan oleh para akseptor KB karena aman, sederhana, efektif dan dapat dipakai pasca persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, pengetahuan dan sikap dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Humbia Kecamatan Tagulandang Selatan Kabupaten SITARO. Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan studi potong lintang. Teknik pengambilan sampel yaitu total populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi di Desa Humbia Kecamatan Tagulandang Selatan Kabupaten SITARO. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil uji statistik menunjukkan variabel yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik yaitu umur (p-value = 0,044) dan pengetahuan (p-value = 0,002). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik adalah sikap (p-value = 0,517).Kata Kunci: Umur, Pengetahuan, Sikap, Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik.ABSTRACTFamily Planning Program is an effort to increase community awareness and participation through maturation of marriage age, birth arrangement, family resilience development, improvement of small family welfare, happy and prosperous. In Indonesia the most widely used method of contraception is the injection method that is 47,96%. In Humbia Village, South Tagulandang District of SITARO Regency, there were 41 people who used injectable contraceptives from 78 Family Planning acceptors. Injectable contraception is the most widely used by Family Planning acceptors because it’s safe, simple, effective and can be used postpartum. This study aims to determine the relationship between age, knowledge and attitude with the use of injectable contraceptives on family planning acceptors in Humbia Village, South Tagulandang District of SITARO Regency. This research is an analytic survey research with cross sectional study design. The sampling technique is total population. The population in this study were all women of fertile couples who used contraceptives in Humbia Village, South Tagulandang District of SITARO Regency. Data analysis was done by using Chi-Square test with 95% confidence level (α = 0,05). The result of statistical test shows that variables related to the use of injectable contraceptives are age (p-value = 0,044) and knowledge (p-value = 0,002). While variable that has not related to the use of injectable contraceptives is attitude (p-value = 0,517).Keywords: Age, Knowledge, Attitude, Use of Injectable Contraceptives

    PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTOBANGON KOTAMOBAGU TIMUR KOTA KOTAMOBAGU

    Get PDF
    Latar belakang: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang telah didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) merupakan suatu sistem yang terintegrasi dari pengumpulan, pengolahan, pelaporan, serta menggunakan informasi dalam meningkatkan efektivitas serta efisiensi layanan kesehatan dari manajemen yang baik di semua jenjang kesehatan. Sistem informasi kesehatan saat ini yang ada belum bisah menghasilkan data akurat, lengkap serta tepat waktu (Barsasella, 2012). Pelaksanaan SIK di Puskesmas Kotobangon belum bisa dilakukan secara online masih secara manual sehingga data yang dihasilkan tidak tepat pada waktu yang ditentukan. Tujuannya dalam penelitian ini supaya dapat mengetahui proses sistem informasi kesehatan di puskesmas kotobangon kecamatan kotamobagu timur kota kotamobagu. Metode dalam penelitian: adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dan jumlah informan berjumlah 4 informan. Menggunakan tekhnik triangulasi data dan menggabungkan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian: berjalannya sistem informasi kesehatan telah dikembangkan dipuskesmas yaitu sistem informasi manajemen puskesmas (SIMPUS) merupakan bagian dari SIKDA generik. Proses SIK di puskesmas kotobangon  masih manual, mulai dari pengumpulan, pengiriman, sampai dengan pengolahan data. Kesimpulannya: proses SIK di puskesmas kotobangon semuanya masih manual, mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, serta pengiriman data belum bisa dilakukan secara online. Program SIK di puskesmas sudah menggunakan komputer tetapi jaringannya yang belum dilakukan secara online. Kata Kunci: Sistem Informasi Kesehatan, Puskesmas.  ABSTRACTBackground:Health Information System (HIS) which has been defined by World Health Organization (WHO) is a system integrated from collection, processing, reporting and use information in increasing effectiveness and healthy service efficiency from better management at all levels of health current Health Information System there are no results accurate, complete, and timely data (Barsasella, 2012). Implementation of HIS in Clinics Kotobangon yet done online still manually so the data is generated not at the specified time. The purpose of this study so that we can know Health Information System Process in the Kotobangon City Public Health Center, Kotamobagu City, Kotamobagu District. The method in this study: is a qualitative descriptive study. And number of informants emount to 4 informants. Researchers using the technique of triangulation by combining the three data collection techniques of observation, interview and documentation. Research Result: The running of the Health Information System has been developed at the health center namely the management information system of the health center is part of the generic SIKDA. The process of kotobangon of clinics in SIK are still manual, from the collection, shipping, up to data processing. Conclusion: data collection is done by every holder of the program in the health Delivery data from public health to health services have not done online. Data processing at the clinics are already using the computer but its not done online.  Keywords: Health Information Systems, Health Centers

    Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Mangon Kecamatan Sanana Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara

    Full text link
    : Diarrhea is a disease characterized by changes in the shape and consistency of stools which becomes soft until watery and increase of the frequency of defecation (more than normal three times a day). North Maluku province is one of the islands in Indonesia which is prone to diarrhea. Data of North Maluku Provincial Health Office showed that most children with diarrhea in Mangon village were under five years. This study aimed to find a description of the housewives\u27 behaviour in diarrhea management in children under five years in Mangon village, Sanana Sula Islands, North Maluku Province. This study was a descriptive survey. There were 91 respondents in accordance with the number of cases of diarrhea in children under five. The results showed that the knowledge about diarrhea management were categorized as good in 75 respondents (82.4%); the mother\u27s attitude were categorized as good in 48 respondents (52.7%); and the mothers\u27 actions in diarrhea management were categorized as good enough in 63 respondents (69.2%). Conclusion: Most mothers of children under five in Mangon village Sanana Sula Islands, North Maluku Province were categorized as good related to their knowledge and attitude in diarrhea management, and were categorized as good enough related to their actions
    corecore