24 research outputs found

    PERKEMBANGAN TISSUE BANK DI ASIA PASIFIC DAN ASPEK BIOETIKA

    Get PDF
    AbstrakTissue Bank atau Bank Jaringan adalah suatu institusi / organisasi amal non-profit, yangbertujuan untuk mengumpulkan, memproses, mengawetkan, menyimpan, mensterilkan sertamendistribusikan jaringan biologi dan sel guna kepentingan keperluan klinik dalam pengobatanpenyakit manusia. Bank jaringan pertama di dunia didirikan oleh Dr. George Hyatt pada tahun1949 diAmerika yang terkenal dengan US Naval Tissue Bank. Kemudian berkembang ke benuaEropa dan seluruh dunia. DiAsia-Pasific, bank jaringan mulaidi Burma tahun 1980 dan Thailandtahun 1984. Sesudah itu diikuti oleh negara Asia Facifi. . Di lndonesia baru resmi dibuka awaltahun 1990 dengan tiga pusat bank jaringan di Batan jakarta, RS Sutomo Surabaya dan RS DRM Jamil Padang. Semenjak didirikan, bank jaringan telah menolong berjuta juta penduduk darikecacatan dan penyakit lainnya.Jaringan biologi itu dapat dari donor manusia disebut allograftdan dapat pula berasal dari jaringan binatang yang disebut Xeograft. Bentuk jaringan biologibisa dalam bentuk organ yang utuh atau dalam bentuk sel baik sebagai sel dewasa atau selpunca (stem cell). Sebelum di pakai atau di transplantasikan pada manusia maka jaringan ituberasal harus bebas dari berbagai penyakit menular seperti kuman, virus seperti HlV, HepatitisB/C, Tuberculoses/TBC, Syphilis, dan lain lain. Karena itu sebelum dipergunakan pada manusiasakit maka jaringan itu membutuhkan beberapa proses sehingga dapat dipergunakan denganaman. Tahapan tahapan proses dari mulai pengambilan jaringan dari cionor, pengolahan agarjadi aman dan penerapannya pada pengobatan perryakit rnemakai dasar hukum dan bioetikayang jelas. Bioetika itu meliputi persetujuan pengambilan jaringan dan sei dari donor apakahmasih hidup atau meninggal, penggantian pengambilan jaringan, kerahasiaan, keamananpenyimpanan, pen.jaminan mutu dalam menghindari efek samping yang iidak diinginxan

    PERKEMBANGAN TISSUE BANK DI ASIA PASIFIC DAN ASPEK BIOETIKA

    Get PDF
    Abstrak Tissue Bank atau Bank Jaringan adalah suatu institusi / organisasi amal non-profit, yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, mengawetkan, menyimpan, mensterilkan serta mendistribusikan jaringan biologi dan sel guna kepentingan keperluan klinik dalam pengobatan penyakit manusia. Bank jaringan pertama di dunia didirikan oleh Dr. George Hyatt pada tahun 1949 diAmerika yang terkenal dengan US Naval Tissue Bank. Kemudian berkembang ke benua Eropa dan seluruh dunia. DiAsia-Pasific, bank jaringan mulaidi Burma tahun 1980 dan Thailand tahun 1984. Sesudah itu diikuti oleh negara Asia Facifi. . Di lndonesia baru resmi dibuka awal tahun 1990 dengan tiga pusat bank jaringan di Batan jakarta, RS Sutomo Surabaya dan RS DR M Jamil Padang. Semenjak didirikan, bank jaringan telah menolong berjuta juta penduduk dari kecacatan dan penyakit lainnya.Jaringan biologi itu dapat dari donor manusia disebut allograft dan dapat pula berasal dari jaringan binatang yang disebut Xeograft. Bentuk jaringan biologi bisa dalam bentuk organ yang utuh atau dalam bentuk sel baik sebagai sel dewasa atau sel punca (stem cell). Sebelum di pakai atau di transplantasikan pada manusia maka jaringan itu berasal harus bebas dari berbagai penyakit menular seperti kuman, virus seperti HlV, Hepatitis B/C, Tuberculoses/TBC, Syphilis, dan lain lain. Karena itu sebelum dipergunakan pada manusia sakit maka jaringan itu membutuhkan beberapa proses sehingga dapat dipergunakan dengan aman. Tahapan tahapan proses dari mulai pengambilan jaringan dari cionor, pengolahan agar jadi aman dan penerapannya pada pengobatan perryakit rnemakai dasar hukum dan bioetika yang jelas. Bioetika itu meliputi persetujuan pengambilan jaringan dan sei dari donor apakah masih hidup atau meninggal, penggantian pengambilan jaringan, kerahasiaan, keamanan penyimpanan, pen.jaminan mutu dalam menghindari efek samping yang iidak diinginxan

    Kajian Penggunaan Analgetik pada Pasien Pasca Bedah Fraktur di Trauma Centre RSUP M. Djamil Padang

    Get PDF
    Mengatasi nyeri Pasca bedah fraktur merupakan tindakan penting  dalam mencegah nyeri kronik, mengurangi lama perawatan demi meningkatkan kulitas hidup pasien. Karena itu perlu kajian penggunaan analgetik pasien Pasca bedah fraktur agar tepat guna, menguntungkan serta menghindari efek samping. Penelitian bertujuan mengkaji penggunaan analgetik yang meliputi jenis, dosis, penurunan derajad nyeri, serta efek samping yang ditimbulkan. Penelitian dilakukan pada pasien Pasca bedah fraktur di Trauma Centre RSUP M Djamil Padang Agustus hingga Oktober 2018 sebanyak 45 orang. dan yang menggunakan analgesik ketorolak injeksi 30mg/8jam 31 pasien (68,9%), tramadol injeksi 100mg/8jam 13 pasien (28,9%) dan paracetamol tablet 3x500mg 1 pasien (2,2%). Dari analisa statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test, terdapat hubungan bermakna penurunan derajad nyeri, dimana p<0,05. Dari penelitian ini dapat disimpulkan analgetik terbanyak ketorolak injeksi 30mg/8 jam, dapat menurunkan nyeri dari sedang menjadi ringan 45,2%, 51,6% tidak berubah nyeri sedang. dan 3,2% masih dengan nyeri berat. Tramadol injeksi 100mg/8jam, menurunkan nyeri dari berat ke sedang 35,5%, berat ke ringan 61,5%. dan parasetamol tablet 3x500mg pada nyeri ringan 100%. Dengan penurunan derajad nyeri keseluruhan adalah 71,1%. Serta efek samping yang dirasakan berupa kontipasi (tramadol) sebanyak 13,33% dan mual muntah (ketorolak) sebanyak 8,89%

    Analisis Implementasi Triage, Ketepatan Diagnosa Awal Dengan Lama Waktu Rawatan Pasien di RSUD Prof. DR. MA Hanafiah SM Batusangkar

    Get PDF
    Keselamatan pasien saat ini menjadi perhatian penting dalam pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan cara menerapkan standar keselamatan pasien dengan melaksanakan sistem triage yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ketepatan triage, ketepatan diagnosa awal dan lamanya waktu rawatan pasien di RSUD Prof. DR. M.A Hanafiah SM Batusangkar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (mixed methods) dengan desain sequential explanatory. Hasil penelitian didapatkan bahwa pelaksanaan triage di IGD RSUD Prof. DR. M.A Hanafiah SM Batusangkar tidak tepat hasilnya adalah sebesar 6,7%. Diagnosa tidak tepat yang dilakukan dokter terhadap pasien IGD sebanyak 9,6%. Sebesar 30,8% pasien lama rawatannya tidak sesuai dengan Clinical pathway. Tidak ada hubungan yang bermakna antara ketepatan triage dengan lamanya hari rawatan (0,673), dan terdapat hubungan yang bermakna antara ketepatan diagnosa dengan lamanya hari rawatan (0,001). Kesimpulannya adalah triase di IGD RSUD Prof. DR. M.A Hanafiah SM Batusangkar sudah dilaksanakan sesuai standar triage Australia. Selain itu, dokter sudah melakukan tindakan atau diagnosa sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) tetapi masih ada terjadi kesalahan diagnosa dilihat dari adanya perbedaan diagnosa awal dan diagnosa pada saat pasien pulang. Persepsi pasien terhadap pelayanan IGD adalah masih merasa kurang puas, karena pasien merasa masih diabaikan jika jumlah pasien sedang banyak

    EFEKTIVITAS KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A. THALIB KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

    Get PDF
    Pelayanan keperawatan adalah salah satu pelayanan rumah sakit yang berkewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif. Ukuranpencapaian suatu tugas atau tujuan disebut efektivitas kerja dengan faktor yang mempengaruhinya adalah produksi, efisiensi, kepuasan, adaptasi, perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kerja perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi Tahun 2011 dengan desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan pada 55 orang perawat rawat inap yang dipilih memakai teknik proporsional simple random sampling. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat yang memiliki efektivitas kerja baik sebanyak 50.9%, produksi baik 58.2%, efisiensi baik 54.5%, kepuasan baik 54.4%, adaptasi baik 58.2% dan perkembangan baik 50.9%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan efektivitas kerja perawat adalah produksi, efisiensi, perkembangan dengan nilai p0.05. Implikasinya adalah diharapkan rumah sakit memperhatikan aspek yang bisa meningkatkan efektivitas kerja perawat serta melakukan pembenahan terhadap aspek tersebut sehingga pencapaian tujuan rumah sakit memangbisa terukur dari efektivitas kerja perawatnya

    Analisis Unit Cost Pelayanan Unit Laboratorium Rumah Sakit Naili DBS Tahun 2017 dengan Metode Activity Based Costing (ABC)

    Get PDF
    Activity-Based Costing (ABC) merupakan metode akuntansi yang mengidentifikasi dan mengalokasikan biaya kepada aktivitas. Metode ABC dapat memberikan perhitungan biaya yang akurat sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi finansial sebuah rumah sakit yang sesuai dengan tujuan strategik organisasi. Unit laboratorium merupakan salah satu unit dengan beban kerja terbanyak dan berperan besar dalam proses diagnosis penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek manajemen mengenai penetapan tarif pelayanan laboratorium dan mengidentifikasi unit cost pelayanan laboratorium RS Naili DBS tahun 2017 dengan metode ABC. Penelitian ini dilakukan dengan desain mixed method tipe sequential explanatory, yaitu analisis kualitatif yang diikuti analisis kuantitatif. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa RS Naili DBS menggunakan sistem akuntansi tradisional dalam menghitung unit cost pelayanan laboratorium, yang tidak mempunyai sistem kontrol terhadap pemakaian sumber daya. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa perhitungan unit cost pelayanan laboratorium dengan metode ABC pada pemeriksaan hematologi rutin dan waktu pembekuan & pendarahan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan tarif rumah sakit (Rp 45.389,- dan Rp 33.904,-), dan kebalikannya pada pemeriksaan gula darah random (Rp 33.904,-). Peneliti menyarankan agar RS Naili DBS melalukan evaluasi atas unit cost pelayanan laboratorium, sumber daya yang digunakan, serta mengedukasi staf mengenai metode ABC

    AMNION LIOFILISASI EFEKTIF MENYEMBUHKAN REAKSI KULIT AKIBAT RADIOTERAPI PADA PASIEN KANKER

    Get PDF
    Reaksi kulit jaringan sekitar sering terjadi akibat efek samping radioterapi pada tumor. Membran amnion dapat dipakai sebagai pengobatan lokal karena kemampuannya mempercepat penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas amnion liofilisasi dengan salep gentamisin terhadap penyembuhan reaksi kulit akibat radioterapi. Jenis penelitian ini adalah experimental, pada 16 pasien kanker yang mengalami reaksi kulit akibat radioterapi di unit Radioterapi RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pasien dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok diberi terapi amnion liofilisasi dan kelompok yang diberi salep gentamisin. Alat ukur yang digunakan adalah tabel skala RISRAS yang dikembangkan oleh Noble-Adams. Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu sebelum perlakuan, setelah 1 minggu dan setelah 2 minggu perlakuan. Analisis statistik menggunakan T-Test dengan nilai p ˂ 0,05.  Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna penurunan Skala RISRAS pada kelompok yang diberi amnion dibandingkan dengan yang diberi salep gentamisin pada penilaian setelah 1 minggu perlakuan (p=0,007). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa amnion liofilisasi memberikan penyembuhan luka yang lebih cepat dibandingkan salep gentamisin
    corecore