9 research outputs found

    Otolith Morphometrics of Selar Crumenophthalmus From Kema Strait

    Get PDF
    Otolit atau batu telinga ikan dikenal sebagai hasil dari biomineralisasi yang berlangsung dalam tubuh ikan. Pada beberapa studi, otolit digunakan untuk mengestimasi umur ikan serta struktur stok. Dari tiga (3) organ otolit (sagitta, utrikulus dan lagena), yang paling banyak diteliti adalah otolit sagitta.Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan karakter otolit ikan Selar crumenophthalmus (yang mengunakan 6 deskriptor indeks bentuk) dan menentukan hubungan panjang tubuh ikan dengan panjang otolit serta lebarnya.Hubungan ukuran otolit terhadap panjang total ikan dianalis mengunakan persamaan regresi linier sederhana. Alat yang digunakan untuk menganalisis bentuk serta hubungan otolit menggunakan aplikasi Excel serta program R package FSA.Dari hasil analisis, otolit sagitta ikan Selar crumenophthalmus memiliki 6 deskriptor indeks yang hasilnya adalah : 1) permukaan yang tidak teratur (from factor 1). Dari nilai indeks bentuk tersebut, otolit Selar crumenophthalmus menunjukan bentuk yang elips.Berdasarkan hasil analisis, otolit kiri dan kanan (panjang, lebar, , perimeter area /luas) otolit jantan Selar crumenophthalmus tidak berbeda nyata. Sama halnya dengan otolit jantan, kiri dan kanan (panjang) otolit betina Selar crumenophthalmus tidak berbeda nyata, namun lebar otolit, area serta perimeter otolit berbeda nyata.Hubungan antara dimensi ukuran panjang dan lebar otolit dengan panjang total ikan memiliki hubungan linier. Hubungan linear kedua parameter tersebut ditandai dengan nilai koefisien determinasi pada panjang otolit ikan jantan bervariasi antara 0, 56- 0, 62 dan lebarnya berkisar antara 0,49 sampai 0,69. Untuk ikan betina, koefisien deteminasi panjang otolit bervariasi antara 0,25 sampai 0,27 dan lebarnya berkisar antara 0,15 sampai 0,19

    The Existence of Intertidal Gastropods in Malalayang Beach, North Sulawesi

    Get PDF
    This study aims to determine the density, relative density and patterns of distribution of gastropods and diversity index gastropod community in the intertidal Malalayang Beach (behind Minanga Hotel), North Sulawesi. Gastropods sampling using quadratic size 0.5x0.5 m2 placed systematically and proportionally on dead coral sandy substrate mix mud, rocks slightly sandy substrate and substrate-sized stones. The results found have been changes in the number of species of the 30 species of gastropods (Manginsela, 1998) now to only 15 species. While the density of intertidal Malalayang gastropods contained 0,13 and the current range of 0.06 - 0.13 individu/m2 and relative density ranged from 2%-38.5%. Diversity index contained in the intertidal gastropod dead coral layered thin smear highest H\u27 = 2.412 following the rocky region is H\u27 = 2.232, and the lowest in the region b is H\u27 = 2.059. Dispersal patterns in the intertidal gastropod are all randomized except Cypraea felina the distribution pattern of the group

    Growth of Brown Algae, Padina Australis, in the Coastal Waters of Serei Village, West Likupang District, North Minahasa Regency

    Full text link
    Marine algae is one resource that has important economic value because it has cagar, carrageen and alginate ontent (Indriani and Sumiarsih, 1999). In the world of science, the word algae comes from the Greek , algor which means cold (Nontji, 2002). Padina australis is a species of marine algae belong to Phaeophyta Division (brown algae) which is commonly found in marine waters, from shallow to deep waters. This algae has a wide transparent brown sheet or filament shape. This study was aimed to observe the growth of algae P. australis by using case study method where samples of Padina algae taken from nature were placed into basket as container for culturing. While the technique used is cultivation using basket; in order to determine the growth, algae was analyzed further by measuring the maximum weight of P. australis living without substrate. Some environmental factors such as temperature, salinity, depth and tides were recorded to see their impact on the growth of P. australis. Serei village is the location of the research on the growth of this P. australis. The result also records that P. australis can only live about three weeks and after that die. The growth of P. australis was greatest in the 8th container weighing 23 gr

    Study Of Fish Layang Otolith, Decapterus Akaadsi, Abe 1958 From Amurang Bay

    Get PDF
    Otolith atau batu telinga ikan dikenal sebagai hasil dari biomineralisasi yang berlangsung dalam tubuh ikan. Pada beberapa studi, otolith digunakan untuk mengestimasi umur ikan serta struktur. Otolith dimiliki oleh semua ikan teleost dengan tiga (3) organ otolith antara lain sagitta, utrikulus dan lagena. Hingga kini jenis Decapterus akaadsi family Carangidae, belum pernah diungkapkan karakteristik morfometrik otolithnya, demikian halnya dengan struktur mikro dari morfologi Panjang, lebar, area, keliling otolith dan elemen biomineralnya.Otolith ikan layang, Decapterus akaadsi telah ditelaah dari sampel pasangan otolith sagita (kiri dan kanan) sebanyak 29 ikan jantan dan 22 ikan betina. Citra foto otolith ini ditafsirkan dengan piranti ImageJ untuk mendeskripsikan panjang, lebar, perimeter, dan luas otolith Panjang total tubuh Decapterus akaadsi contoh ditemukann non signifikan menentukan descriptor utama otolith. Sementara variasi morfometrik panjang otolith (2,24 mm) dan lebar (5,26 mm) tidak menunjukkan perbedaan baik antara otolith kiri dan otolith kanan, seperti juga antara otolith dari ikan betina dan ikan jantan.Berdasarkan hasil analisis pola pertumbuhan, uji t terhadap nilai b ikan layang, Decapterus akaadsi jantan memiliki t hit > t tabe maka dari itu H1 diterima (alometrik) dan betina t hit > t tabel serta gambungkan (jantan-betina) t hit > t tabel dimana hipotesis H1 diterima (alometrik)

    Otolith Biometry Analysis of Betong Fish, Selar Crumenophthalmus (Bloch, 1793) (Teleostei: Carangidae) in Manado Bay, North Sulawesi

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan ukuran dan bentuk otolit baik antar seks maupun antar waktu pengambilan sampel ikan selar betong Selar crumenophthalmus di Teluk Manado Sulawesi Utara. Sebagian besar ukuran serta indeks bentuk otolit tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kiri dan kanan, beberapa di antaranya menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik misalnya ukuran panjang otolit serta indeks bentuk otolit ‘roundness', ‘ellipticity' dan ‘aspect ratio' pada ikan betina Agustus 2017 dan ukuran panjang otolit, luas otolit dan keliling otolit pada ikan jantan November 2017. Ukuran dan indeks bentuk otolit tidak berbeda antar jenis kelamin tetapi berbeda antar waktu sampling yakni Agustus 2017 dan November 2017. Ukuran otolit seperti panjang, lebar, luas dan keliling otolit serta indeks bentuk seperti ‘circularity' dan ‘rectangularity' dapat digunakan sebagai indikator penentu stok. Indeks bentuk otolit lainnya seperti ‘form factor', ‘roundness', ‘ellipticity' dan ‘aspect rasio' kurang baik digunakan sebagai variable penentu stok. Sebagian besar sampel menunjukkan pola pertumbuhan alometri negatif, kecuali pada sampel ikan betina yang disampling pada November 2017 yang memperlihatkan pola pertumbuhan isometrik untuk semua variabel ukuran otolit. Tidak terdapat perbedaan garis regresi ukuran otolit - panjang total antar seks, tetapi terdapat perbedaan yang sangat nyata garis regresi tersebut antar waktu sampling (bulan) di mana ukuran otolit lebih besar pada bulan November 2017 atau dengan kata lain pada panjang ikan yang sama, ukuran otolit lebih besar pada bulan November 2017 dibandingkan dengan pada bulan Agustus 2017. Ukuran otolit serta hubungan regresi dengan panjang total ikannya dapat digunakan untuk penentuan (pemisahan) stok ikan selar betong Selar crumenophthalmus. Ada kemungkinan sampel bulan Agustus 2017 merupakan stok yang berbeda dengan sampel bulan November 2017

    In Intertidal Gastropod Community Malalayang Beach Manado North Sulawesi

    Get PDF
    This study aims to determine the density and relative density of gastropods and diversity index of the community as well as evenness and dominance index in the intertidal beach Malalayang), Manado in North Sulawesi. Gastropods were sampled using quadrate with size 1x1m2 placed systematically and disproportionately on dead coral sandy substrate, mix mud, rocks slightly sandy substrate, and substrate-sized stones. The study found that there has been a change in the amount of 30 species of gastropod species (Manginsela, 1998) increased to 69 species. While the density of gastropods contained in the intertidal beach of Malalayangis ranging from 13,63individu / m2to currently 2,73-13,63individu / m2 and relative density ranging from 11.22% - 42.78%. Diversity index of organism is high with a value of H '= 2.81497. Evenness index of gastropods in Malalayang Beach intertidalcould be categorized fairly even and almost evenly. Meanwhile, the low dominance values ​​C = 0.2132, indicating that the area has good conditions as a place to live, and yet there is competition, which means, food or a place is suitable for gastropods to live. The intertidal area of Malalayang Beach Manado North Sulawesi substrate are mainly in the form of sandy coral, slightly muddy and rocky. Keywords: gastropod, distribution A B S T R A K Penelitian ini bertujuan mengetahui kepadatan, kepadatan relative dari masing-masing jenis gastropoda serta indeks keanekaragam komunitas gastropoda, kemerataan dan indeks dominansi di intertidal Pantai Malalayang (di belakang Minanga Hotel), Manado Sulawesi Utara. Pengambilan contoh gastropoda menggunakan kuadrat ukuran 1x1m2 yang ditempatkan secara sistimatis dan proporsional pada substrat karang mati berpasir campur lumpur, substrat bebatuan sedikit berpasir substrat batu-berukuran. Hasil penelitian menemukan telah terjadi Perubahan jumlah spesies gastropoda dari 30 spesies (Manginsela, 1998) meningkat menjadi hanya 69 spesies. Sedangkan kepadatan gastropoda yang terdapat di intertidal pantai Malalayang dari berkisar 13,63individu/m2 saat ini 2,73-13,63individu/m2 dan kepadatan relatif berkisar 11,22% - 42,78%. Keanekaragaman jenis organisme tergolong tinggi dengan nilai H' = 2,81497. Kemerataan jenis gastropoda pada intertidan Pantai Malalayang Manado Sulawesi Utara termasuk kategori cukup merata dan hampir merata. Sedangkan, Dominasi rendah yakni nilai C = 0

    Morphometric and Meristic Yellowstrip Scad Selaroides leptolepis (Cuvier, 1833) Landed at TPI Tumumpa and PPI Kema

    Get PDF
    This research about morphometric and meristic character of yellow stripscad. Fish samples were selected from various sizes in order to represent the various sizes of yellow stripscad that existin nature. Samples of yellow stripscad were taken from fish landed at TPI Tumumpa as many as 60 tail and PPI Kema as many as 60 tail. The purpose of this study was to determine how the morphometric and meristic character of yellow stripscad landed in TPI Tumumpa and PPI Kema. Data analysis with K-mean cluster method using SPSS 25 and Ms. Excel 2019. Yellow stripscad landed in TPI Tumumpa and PPI Kema have different morphometric character with percentage difference of 95%. For meristic character have a fairly small lavel of difference with a difference of 29%. Keywords : yellow stripscad, morphometric, meristic, TPI Tumumpa, PPI Kema. Abstrak Penelitian ini mengenai karakter morfometrik dan meristik ikan selar kuning. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel ikan akan dipilih dari berbagai macam ukuran agar dapat mewakili berbagai macam ukuran ikan selar kuning yang ada di alam. Sampel ikan selar kuning diambil dari ikan yang didaratkan di TPI Tumumpa sebanyak 60 ekor dan di PPI Kema sebanyak 60 ekor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana karakter morfometrik dan meristik ikan selar kuning yang didaratkan di TPI Tumumpa dan PPI Kema. Analisis data dengan metode K-mean cluster menggunakan program SPSS 25 dan Ms. Excel 2019. Ikan selar kuning yang didaratkan di TPI Tumumpa dan PPI Kema memiliki karakter morfometrik yang berbeda dengan persentase perbedaan sebesar 95%. Untuk  karakter meristiknya memiliki tingkat perbedaan yang cukup kecil dengan tingkat perbedaan sebesar 29%.  Kata- kata kunci : ikan selar kuning, morfometrik, meristik, TPI  Tumumpa, PPI Kema.

    Status of Seagrass Beds in the Waters around Bahowo, Tongkaina Village, Manado City North Sulawesi Province

    No full text
    This research was conducted in November 2021 in the waters around Bahowo, Tongkaina Village, Manado City, North Sulawesi Province. Seagrass sampling was carried out using a random sampling method (randomly) with a quadratic transect drawn perpendicular to the shoreline. Thus, 6 species of seagrass were obtained, namely Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassodendron ciliatum, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium and Halodule pinifolia, with various aquatic environmental conditions. The results of the analysis of the status of the seagrass beds obtained that the seagrass cover value was 50.20% which was included in the "moderate" category, while the seagrass cover per species was Thalassia hemprichii species with the highest cover found was 30.08%, Enhalus acoroides was 21.49% , Halophila ovalis was 6.84%, Thalassodendron ciliatum was 17.39%, Syringodium isoetifolium was 12.31% and Halodule pinifolia was the least common type was 2.35%. The density value of Enhalus acoroides seagrass is 48.375 ind/m2, Halophila ovalis is 14.5 ind/m2, Thalassodendron ciliatum is 35,475 ind/m2, Thalassia hemprichii species with the highest density is 67.25 ind/m2, Syringodium isoetifolium is 27.875 ind/m2 and Halodule pinifolia species density is at least 5.25 ind/m2. The status of the seagrass beds was categorized as "unhealthy" with an average seagrass cover value of 50.20%.Keywords: Seagrass Status, Cover, Seagrass, Bahowo ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021 di Perairan Sekitar Bahowo, Kelurahan Tongkaina, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan sampel lamun dilakukan menggunakan metode random sampling (secara acak) dengan transek kuadrat yang ditarik tegak lurus garis pantai. sehingga diperoleh 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassodendron ciliatum, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Halodule pinifolia, dengan kondisi lingkungan perairan yang beragam. Hasil dari analisis status padang lamun diperoleh nilai tutupan lamun adalah 50,20% termasuk ke dalam kategori “sedang”, sedangkan tutupan lamun per jenis yaitu Thalassia hemprichii jenis dengan tutupan yang tertinggi dijumpai adalah 30,08%, Enhalus acoroides adalah 21,49%, Halophila ovalis adalah 6,84%, Thalassodendron ciliatum adalah 17,39%, Syringodium isoetifolium adalah 12,31% dan Halodule pinifolia jenis yang paling sedikit ditemukan adalah 2,35%. Nilai kerapatan lamun Enhalus acoroides adalah 48,375 ind/m2, Halophila ovalis adalah 14,5 ind/m2, Thalassodendron ciliatum adalah 35,475 ind/m2, Thalassia hemprichii jenis kerapatannya paling tinggi adalah 67,25 ind/m2, Syringodium isoetifolium adalah 27,875 ind/m2 dan Halodule pinifolia jenis kerapatannya paling sedikit adalah 5,25 ind/m2. Status padang lamun dikategorikan dalam kondisi “kurang sehat” dengan nilai rata-rata penutupan lamun adalah 50,20%.  Kata kunci: Status Padang Lamun, Tutupan, Lamun, Bahow

    Meristic And Morfometric Characteristics Of Scad Mackerel Decapterus macarellus (Cuvier, 1833)

    No full text
    Fish are cold-blooded vertebrates, whose body movements and balance are mainly using fins, breathing through gills, and living in an aquatic environment. Most vertebrates in the world are fish covering 48.1%, mammals (10.8%), reptiles (14.4%), amphibians (6.0%), and birds (20.7%). One of the fish consumed in North Sulawesi is scad mackerel locally called malalugis. This research focused on the meristic and morphometric characteristics of blue scad. The samples were caught in Makalehi waters and then landed in Manado Bay. Meristic observations (related to the number) included the number of spines and soft dorsal fin, pectoral fin, pelvic fin, anal fin (anal), and caudal fin. There were 9 spines on the first dorsal (D1), 2 spines and 30-37 soft rays on the second dorsal (D2), 3 spines and 24-31 soft rays on the anal fin (A), and 1,327 linea lateralis (LL). The morphometric observations cover total length, standard length, fork length, head length, tail stem length, eye width, body width, pectoral fin length, and anal fin length (anal). The total length ranged from 180 mm to 303 mm with a mean of 223 mm and a standard deviation of 25 mm.Keywords: fin, linea lateralis, Makalehi waters.AbstrakIkan merupakan hewan vertebrata berdarah dingin, yang pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernapas dengan insang serta hidup dalam lingkungan air. Spesies hewan vertebrata terbanyak di dunia adalah ikan dengan persentase 48,1 persen dari keseluruhan hewan vertebrata yang ada, pada mamalia memiliki presentase 10,8 persen, reptile memiliki 14,4 persen, amfibi hanya 6,0 persen dan spesies burung 20,7 persen. Salah satu ikan yang dikenal dan dikonsumsi di Sulawesi Utara adalah ikan layang biru atau disebut ikan malalugis. Penelitian ini mengenai karakteristik meristik dan morfometrik ikan layang biru. Penelitian sampel ikan layang biru yang ditangkap di Perairan Makalehi dan kemudian didaratkan di Teluk Manado. Pengamatan meristik (berkaitan dengan jumlah) meliputi jumlah jari-jari keras dan jari-jari lemah pada sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal (dubur) dan sirip ekor. Terdapat 9 duri sirip pada dorsal pertama (D1), 2 duri dan 30-37 sirip lemah pada dorsal kedua (D2); 3 duri dan dan 24-31 sirip lemah pada anal (A), dan 13-27 linea lateralis (LL). Pengamatan morfometrik (berkaitan dengan ukuran antara lain panjang total, panjang standar, panjang garpu,panjang kepala, panjang batang ekor, lebar mata, lebar badan, panjang sirip dada, panjang sirip anal (dubur). Panjang total berkisar 180-303 mm dengan rerata 223 mm dan standar deviasi 25 mm.Kata kunci: Sirip; Linea lateralis; perairan Makalehi.
    corecore