12 research outputs found

    Uji Antibakteri Jamur Endofit Dari Tumbuhan Mangrove Sonneratia Alba Yang Tumbuh Di Perairan Pantai Tanawangko

    Get PDF
    Jamur endofit merupakan jamur yang hidup di dalam jaringan tumbuhan tanpa memperlihatkan timbulnya penyakit pada tumbuhan tersebut. Pengujian antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer yang dimodifikasi. Jamur yang memperlihatkan aktivitas antibiotik yang kuat dikultivasi statis dalam media nasi selama 10 hari Induksi bakteri S. aureus dilakukan pada isolat yang menunjukkan aktivitas tertinggi. Tujuan pemberian bakteri pada kultur yaitu memicu jamur untuk menghasilkan senyawa tertentu melalui jalur biosintesis senyap (Silence Biosynthetic Pathway) pada jamur tersebut. Proses inkubasi dihentikan dengan cara maserasi dengan menambahkan etanol 96 % ke dalam kultur selama 24 jam. selanjutnya dipartisi dengan pelarut etil asetat, n-heksan, etanol dan air untuk memperoleh fraksi n-heksan, etanol dan air. Tiap fraksi ini diuji kembali aktivitas antibiotiknya dengan menggunakan metode tersebut di atas. Hasil penelitian ini diperoleh sembilan isolat jamur dari mangrove S. alba. Lima isolat menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.aureus dan E. coli Tiga isolat akar (PTWSAA1.1, 1.2 dan 1.3) menunjukkan aktivitas yang kuat terhadap kedua bakteri uji. Ketiga isolat jamur dikultivasi statis dalam media nasi dilanjutkan dengan ekstraksi dan partisi. Pengujian aktivitas antibakteri tiap fraksi ketiga isolat jamur memperlihatkan hanya fraksi etanol yang menunjukkan aktivitas penghambatan, Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif antibakteri dari ketiga jamur endofit merupakan senyawa yang bersifat semipolar

    Telaah Sitotoksik Dari Ekstrak Karang Lunak Nephtea SP.

    Get PDF
    Telaah aktivitas sitotoksik merupakan langkah awal dalam pencarian senyawa baru yang potensial sebagai antitumor, antara lain berasal dari bahan hayati laut. Karang lunak berpotensi dalam penyediaan substansi bioaktif yang memiliki aktivitas sitotoksik. Sampel karang lunak Nephtea sp diekstraksi dengan pelarut methanol, kemudian dipartisi dengan menggunakan pelarut etil asetat, heksan dan kloroform. Ekstrak dari hasil ekstraksi dan partisi diuji aktivitas sitotoksiknya pada sel telur bulu babi Tripneustes sp. Pengamatan untuk ekstrak metanolik menghambat perkembangan embrio pada perlakuan setelah fertilisasi hanya memperlambat perkembangan embrio bulu babi sedangkan untuk fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform dari kedua perlakuan memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi dengan menghambat perkembangan embrio bulu babi Tripneustes sp. Karang lunak Nephtea sp mengandung senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian senyawa lebih lanjut

    Aktivitas Sitotoksik Dari Ekstrak Bintang Ular (Ophiomastix Annulosa) Terhadap Perkembangan Awal Embrio Bulu Babi (Tripneustes Gratilla)

    Get PDF
    Penelitian di bidang alam bahari telah berkembang ditandai dengan ditemukannya substansi-substansi seperti sitotoksik, antimikroba, antifungi dan sebagainya yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan-bahan farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya substansi sititoksik pada bintang ular Ophimastix annulosa dan menelusuri keberadaan senyawanya. Sampel diekstraksi dengan pelarut metanol, kemudian dipartisi menggunakan pelarut etil asetat, heksan dan kloroform. Tiap fraksi diuji pada sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla) sebelum dan sesudah difertilisasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak metanolik O. annulosa dan ketiga fraksi (etil asetat, heksan dan kloroform) memiliki substans sitotoksik. keempat fraksi yang diuji mampu menghambat perkembangan sel telur dan embrio bulu babi. fraksi kloroform menunjukkan aktivitas sitotoksik tertinggi dibandingkan ketiga fraksi lainnya sehingga perlu dilakukan pemurnian lanjut untuk menemukan senyawa murni

    Lektin Dari Spons Cliona Varians Asal Perairan Malalayang Manado

    Get PDF
    Lektin telahditemukan di berbagai organisme termasuk organisme laut seperti spons. Spons Cliona varians dari perairan Brazilmemiliki aktivitas lektin. Namun belum diteliti aktivitas lektin dari spons C. varians dari perairan Manado.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas lektin dari spons C. varians dan menentukan sisi pengikatgula. Ekstraksi menggunakan metode Moura dkk.(2006). Spons disentrifus menggunakan tris HCl setelah itu dimurnikan denganaseton hingga diperoleh ekstrak lektin. Hasil pengujian menunjukkan bahwa spons C. varians pada perairan Manadomemiliki aktivitas lektin hingga pada konsentrasi 3750 ppm. Namun sisi pengikatgula dari lektin tersebut belum bisa ditentukan

    Uji Aktivitas Larvasida Nyamuk Aedes Aegypti Dari Beberapa Ekstrak Ascidian

    Get PDF
    Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by virus through Aedesaegypti mosquitoes as the vector. The disease is spreading across the world andendanger and threaten human life. Measures in controlling the vector using the commonlarvaside “abate” are in adequate and less affective. The objectives of the research is tofind out larvaside extracted from three kinds of ascidian. The each ascidians (Polycarpaaurata, Didemnum molle and Rophalaea crassa) were extracted with ethanol, and thecrude extracts were subjected to larvasidal test by dissolving in water containing thelarvae. The remarkable extract activity was partition in ethyl acetate, hexane andbuthanol. The results show that extract of Polycarpa aurata has the highest activity. Theactivity of fractions show that ethyl acetate at 100 ppm reveals the highest mortality oflarvae 100% in 8 hours, followed by hexane fraction (12 hours) then buthanol fraction (18hours). All the fractions (Ethyl acetate, Hexane and Buthanol) could totality kill the larvaewithin 24 hours which is comparable to the abate

    A Study on the Cytotoxic Activity of Marine Sponges on the Embryo Development of Sea Urchin Diadema Savigny

    Full text link
    A study on the cytotoxic activity of five sponges has been conducted. The samples were collected from Malalayang beach, extraced with ethanol to give ethanolic extract. The ethanolic extratc then partitioned with hexane, ethyl acetate, buthanol to yield three fractions. Crude extracts, hexane and chloroform fractions were subjected to cytotoxic assay using fertilized Sea urchin eggs. The results showed that sponge Theonalla sp. contained a potential cytotoxic compound(s). After partitioned lay open that dissolve fraction ethyl acetate showed activity of highest cytotoxic. The study gives a high probability in discovering many novel cytotoxic compounds from the sea© Suatu penelitian tentang pengujian aktivitas sitotoksik dari lima jenis spons (Petrosia nigricans, Plakinolophia mirabilis, Axinella corrugata, Ianthella basta, Theonella sp.) telah dilakukan. Spons yang diambil dari perairan Malalayang diekstrak dengan etanol. Ekstrak etanolik dipartisi dengan pelarut heksan, etil asetat dan Butanol. Ekstrak etanolik dan fraksi-fraksi diujikan pada sel telur bulu babi Diadema savigny yang telah dibuahi. Pengamatan dilakukan selama 48 jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kontrol mencapai tahap pluteus sedangkan pengujian ekstrak etanolik dari kelima jenis spons diperoleh hasil Theonella sp. mempunyai aktivitas tertinggi. Sampel spons Theonella sp. mampu menghambat/memperlambat pembelahan sel bulu babi sampai pengamatan 48 jam hanya sampai pada pembelahan 4. Dari pengujian ketiga fraksi menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi dibanding fraksi heksan dan fraksi Butanol. Hasil penelitian ini membuka peluang besar penemuan berbagai senyawa aktif sitotoksik dari organisme laut khususnya spons yang berasal dari perairan Sulawesi Utara

    The Use of β-Glucan Extracted From Baker's Yeast (Saccharomyces Cerevisiae) to Increase Non-specific Immune System and Resistence of Tilapia (Oreochromis Niloticus) to Aeromonas Hydrophila

    Full text link
    Motile Aeromonas Septicaemia disease (MAS) attacking tilapia has increased in recent years as a consequence of intensive aquaculture activities, which led to losses in aquaculture industry. The agent causing MAS disease is Aeromonas hydrophila. The disease can be controlled with the β-glucan. As immunostimulants, β-glucans can also increase resistance in farmed tilapia. Studies on the use of β-glucan extracted from baker's yeast Saccharomyces cerevisiae was intended to evaluate the non-specific immune system of tilapia that were challenged with Aeromonas hydrophila. The method used was an experimental method with a completely randomized design consisting of four treatments with three replicats. The dose of β-glucan used as treatments were 0 mg.kg-1 fish (Control), 5 mg.kg-1 fish (B), 10 mg.kg-1 fish (C) and 20 mg.kg-1 fish (D), each treatment as injected three times at intervals of 3 days, the injection volume of 0.5 ml/fish for nine days and resistance surveillance for seven days. The results showed that the difference in the amount of β-glucan and the frequency of the injected real influence on total leukocytes, phagocytic activity and resistance. Total leukocytes, phagocytic activity and resistance to treatment was best achieved by the administration of C a dose of 10 mg.kg-1 of the fish© Penyakit Motil Aeromonas Septicaemia (MAS) yang menyerang ikan nila mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir sebagai konsekuensi dari kegiatan akuakultur intensif, yang menyebabkan kerugian dalam industri budidaya. Agen utama penyebab penyakit MAS adalah Aeromonas hydrophila. Untuk mengendalikan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan pemberian β-glukan. Sebagai imunostimulan, β-glukan juga dapat meningkatkan resistensi pada ikan nila yang dibudidayakan. Pengkajian mengenai pemanfaatan β-glukan yang diekstrak dari ragi roti Saccharomyces cerevisiae dimaksudkan untuk menguji sistem imun non spesifik ikan nila yang diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap yang terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan. Dosis β-glukan yang digunakan sebagai perlakuan sebesar 0 mg.kg-1 ikan (Kontrol), 5 mg.kg-1 ikan (B), 10 mg.kg-1 ikan (C) dan 20 mg.kg-1 ikan (D), masing-masing perlakuan diinjeksi sebanyak 3 kali dengan interval waktu 3 hari selama 9 hari, volume injeksi 0,5 mL/ekor ikan dan pengamatan resistensi selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan jumlah β-glukan dan frekuensi pemberian yang diinjeksikan memberikan pengaruh nyata terhadap total leukosit, aktivitas fagositosis dan resistensi. Total leukosit, aktivitas fagositosis dan resistensi terbaik dicapai pada perlakuan C dengan dosis 10 mg.kg-1 ikan

    The Effectivity of Polysaccharide Extracted From Marine Algae, Euchema Cottonii, on the Immune Response of Tilapia, Oreochromis Niloticus

    Full text link
    Title (Bahasa Indonesia): Efektifitas polisakarida yang diekstrak dari alga, Euchema cottonii, terhadap respon imun ikan nila (Oreochromis niloticus)This study was aimed to test the effectiveness of polysaccharide extracts of algae, Eucheuma cottonii, in increasing the nonspecific immune response and to get an extract with best efficacy on the immune response of the tilapia, Oreochromis niloticus. The design used completely randomized design (CRD) using 4 treatments, 0 mg/kg of saline material (A), 10 mg/kg of E. cottonii extract (B), 10 mg/kg of Iota (C), and 100 cells/ml of formaline killed vaccine (FKV), Aeromonas hydrophilla, each of which were with 3 (three) replications. The fish were acclimated for 2 weeks, and then treated for 4 weeks. Test animals were vaccinated through intraperitoneal injection 2 times at one week interval as much as 0.2 ml FKV taken with disposable plastic 1 ml syringe. The vaccination was done injecting the bacteria, A. hydrophilla, previously killed in 0.4% formaldehyde FKV at the density of 109 cells / ml. Then the test fish were injected with the test material extract solution. E. cottonii as much as 0.2 ml / fish. Injection point was between the pelvic fins and the lateral line near the anus. The results showed that administration of the polysaccharide extracted from algae in tilapia gave significant effect on nonspecific immune response increment of the fish (total leukocytes and phagocytic activity). Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan ekstrak polysakarida alga laut, Eucheuma cottonii, dalam meningkatkan respons kebal non-spesifik dan untuk mendapatkan suatu ekstrak dengan kualitas terbaik terhadap respons kebal ikan nila, Oreochromis niloticus. Penelitian ini mengguna-kan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah A = 0 mg.kg-1 untuk bahan uji saline; B = 10 mg.kg-1 ekstrak alga E. cottonii; C = 10 mg.kg-1 untuk iota; D = FKV A. hydrophilla 109 sel/ml. Ikan nila pertama-tama dipelihara dalam kolam (2 x 1 m) selama 2 minggu untuk proses aklimatisasi dan kemudian diberi perlakuan selama 4 minggu. Hewan uji divaksinasi dengan injeksi secara intraperitoneal (IP) dilakukan 2 kali dengan selang waktu seminggu sebanyak 0,2 ml FKV yang diambil dengan plastic syringe disposable 1 ml. Vaksinasi dilakukan dengan menginjeksikan bakteri A. hydrophilla yang telah dimatikan dengan formalin 0,4% FKV pada kepadatan 109 sel/ml. Kemudian ikan uji disuntik dengan bahan uji larutan ekstrak E. cottonii dengan dosis penyuntikan 0,2 ml larutan/ikan. Titik suntik diantara sirip Perut dan lateral line dekat anus.Hasil penelitian menunjukkan pemberian polisakarida yang diekstrak dari alga pada ikan nila memberi pengaruh yang nyata terhadap peningkatan respon imun nonspesifik ikan (total leukosit dan aktivitas fagositosis)

    Acute and Chronic Effect of Cyaniade on Survival Rate, Behavior, and Reproduction of Daphnia SP.

    Full text link
    Cyanide (CN) through leaching process in the gold processing could produce tailings that have negative impacts on the aquatic environment. To determine the acute and chronic effects of cyanide on aquatic organisms, toxicity tests have been conducted in the laboratory using Daphnia sp.This zooplankton organism is recommended by APHA as standard test animals. In this study the test concentrations refer to the Ministerial Decree No. 202 of 2004 and Government Regulation No. 82 of 2001. Cyanide was analyzed as free CN and WADS CN. The result of acute toxicity test using cyanide solution showed that Daphnia could survive a maximum concentration of 0.2 ppm. LC50 values for 24 and 72 hours were 0,59 mg/L and 0,10 mg/l, respectively. The LT50 was found at 42 hours. Daphnia sp. produced different numbers of offspring at different CN concentrations, and changed their reproduction pattern from parthenogenesis to sexual reproduction after exposure to a cyanide concentration of 0.1 ppm for 24 hours© Sianida (CN) melalui proses leaching dalam proses pengolahan emas menghasilkan limbah yang dapat memberi dampak negatif bagi lingkungan perairan. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh CN dapat memberi efek akut dan kronis terhadap biota air, telah dilakukan uji toksisitas di laboratorium dengan menggunakan Daphnia sp. Zooplankton ini direkomendasikan oleh APHA sebagai salah satu hewan uji standar. Dalam penelitian ini konsentrasi uji yang dipakai mengacu pada peraturan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri No. 202, Tahun 2004, dan Peraturan Pemerintah No. 82, Tahun 2001. Analisis sianida yang dihitung adalah nilai free CN dan WADS CN. Hasil penelitian uji toksisitas akut dengan menggunakan larutan sianida didapati Daphnia mampu bertahan hidup sampai pada konsentrasi 0,2 ppm dan nilai LC50 berada pada konsentarsi 0,1 ppm serta LT50 pada jam ke 42. Hasil uji efek kronis, Daphnia sp. menghasilkan jumlah anakan yang berbeda pada konsentrasi CN yang berlainan, dan mengalami Perubahan pola reproduksi dari partenogenesis menjadi seksual setelah dipaparkan pada kosentrasi sianida 0,1 ppm selama 24 jam
    corecore