3 research outputs found
USING STREPTOMYCES XYLANASE TO PRODUCE XYLOOLIGOSACHARIDE FROM CORNCOB
Streptomyces 234P-16 and SKK1-8 are xylanase-producing bacteria. Corncob xylan were extracted using acidified method. Crude enzymes (produced by centrifuging the culture) were used to hydrolyze xylan from 2 varieties of corncob. Crude extract activity was measured by using DNS (Dinitrosalisilic Acid) method. Xylanase from strain 234P-16 has the highest activity if cultivated in 1% Hawaii xylan, whereas strain SKK1-8 on 1.5% Bisma xylan. SKK1-8 xylanase can hydrolize corncob xylan (1% Hawaii or 1.5% Bisma xylan) within 4 hours and produce xylooligosacharide with polymerization degree of 4.76 and 6.37, respectively.  Key words: Xylanase, Xylooligosacharide, Streptomyces
Using Streptomyces Xylanase to Produce Xylooligosacharide From Corncob
Streptomyces 234P-16 and SKK1-8 are xylanase-producing bacteria. Corncob xylan were extracted using acidified method. Crude enzymes (produced by centrifuging the culture) were used to hydrolyze xylan from 2 varieties of corncob. Crude extract activity was measured by using DNS (Dinitrosalisilic Acid) method. Xylanase from strain 234P-16 has the highest activity if cultivated in 1% Hawaii xylan, whereas strain SKK1-8 on 1.5% Bisma xylan. SKK1-8 xylanase can hydrolize corncob xylan (1% Hawaii or 1.5% Bisma xylan) within 4 hours and produce xylooligosacharide with polymerization degree of 4.76 and 6.37, respectively
Pengaruh Epoxiconazole Dan Pyraclostrobin Terhadap Keragaman Jamur Filosfer Serta Efikasinya Dalam Mengendalikan Penyakit Hawar Daun (Helminthosporium Sp.) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas salah satu komoditas
pangan yang penting di Indonesia karena sebagian besar masyarakat juga
menjadikan jagung sebagai kebutuhan pokok. Namun kenyataannya, produksi jagung
di Indonesia masih tergolong rendah dan masih dibawah target yang telah ditentukan
yakni 24 juta ton. Produksi jagung yang belum optimal ini salah satunya disebabkan
karena serangan OPT kian meningkat, khususnya oleh patogen jamur, salah satunya
adalah hawar daun jagung. Berbagai macam pengendalian telah dilakukan, salah
satunya dengan pengendalian kimiawi melalui menggunakan fungisida. Bahan aktif
yang dapat digunakan dalam mengendalikan penyakit tersebut adalah epoksikonazol
dan piraklostrobin. Epoksikonazol merupakan suatu bahan aktif fungisida yang
termasuk dalam fungisida triazol bekerja dengan menghambat ergosterol biosintesis.
Sementara piraklostrobin bekerja dengan mengganggu proses respirasi dalam sel
jamur. Penggunaan kedua bahan aktif yang kurang tepat dapat berpengaruh terhadap
keragaman organisme non target, salah satunya jamur filosfer. Filosfer merupakan
suatu wilayah permukaan atau habitat yang didominasi sebagian besar oleh daun
serta ditumbuhi oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri maupun jamur. Tujuan
penelitian ini adalah mengkaji pengaruh dosis epoksikonazol dan piraklostrobin
terhadap keragaman jamur-jamur filosfer serta mengkaji efektivitas perbedaan bahan
aktif tersebut terhadap penyakit hawar daun jagung.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan PT. BASF AgSolution Farm
Malang serta Laboratorium Toksikologi Pestisida, Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya pada bulan September hingga
Desember 2022. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yakni aplikasi fungisida di
lapang serta pengujian pengaruh fungisida terhadap keragaman jamur filosfer secara
in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri
dari enam perlakuan dan empat ulangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan enam genus
jamur yang tidak teridentifikasi, yakni Filosfer 1, Filosfer 2, Filosfer 3, Filosfer 4,
Filosfer 5, dan Filosfer 6, serta empat genus jamur teridentifikasi yaitu Mucor sp.,
Aspergillus sp., Gonytricum sp., dan Gliocladium sp. Pemberian dosis epoksikonazol
dan piraklostrobin juga berpengaruh terhadap tingkat keragaman jamur filosfer, yang
tertinggi adalah pada aplikasi dosis 750 ml/ha dengan nilai 1,1 yang tergolong
keragaman sedang. Selain itu, aplikasi dosis fungisida yang paling efektif dalam
mengendalikan penyakit hawar daun jagung adalah pada dosis tertinggi yakni dengan
bahan aktif dimetomorf dengan dosis 3000 ml/h