33 research outputs found
Kemampuan Visual Spasial Siswa dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Kubus dan Balok
Kemampuan visual spasial adalah kemampuan yang melibatkan daya imajinasi dan daya ruang yang tinggi. Kemampuan ini digunakan siswa untuk memahami suatu objek tiga dimensi yang digambar pada bidang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan visual spasial siswa dalam menyelesaikan soal bangun ruang kubus dan balok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Subyek penelitian ini adalah 5 siswa SMP kelas VIII dengan teknik pengambilan purposive sampling. Pada proses pelaksanaan penelitian terdapat 7 prosedur yang dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah soal tes bangun ruang kubus dan balok sebanyak 3 soal. Sebagai pelengkap data penelitian digunakan pedoman wawancara yang berfungsi untuk penguat hasil tes. Sehingga hasil penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya kemampuan visual spasial pada siswa yang lengkap atau tak lengkap. Siswa dikatakan memiliki kemampuan visual spasial lengkap apabila memenuhi indikator, yaitu: 1) Menyatakan unsur-unsur suatu bangun ruang; 2) Mengidentifikasi dan mengklarifikasikan gambar bangun ruang; 3) Membayangkan bentuk atau posisi suatu bangun ruang yang dipandang dari sudut pandang tertentu; 4) Mengonstruksi dan merepresentasikan model-model bangun ruang; 5) Menginvestigasi suatu gambar bangun ruang. Sedangkan siswa dikatakan memiliki kemampuan visual spasial tak lengkap yang memenuhi indikator, yaitu: 1) Menyatakan unsur-unsur suatu bangun ruang; 2) Mengidentifikasi dan mengklarifikasikan gambar bangun ruang; 3) Membayangkan bentuk atau posisi suatu bangun ruang yang dipandang dari sudut pandang tertentu. Hasil akhir penelitian ini berguna bagi guru apabila menerapkan pembelajaran matematika yang membutuhkan kemampuan visual spasial siswa. Guru dapat mengkategorikan siswa yang berkemampuan visual spasial lengkap dan tak lengkap dengan harapan akhir seluruh siswa akan memiliki kemampuan visual spasial lengkap
Analisis Pemasaran Susu Kambing Peranakan Etawa (Pe) (Studi Kasus Di Ud. Madukara Desa Bumiaji Kota Batu)
Kambing PE adalah ternak yang dapat menghasilkan susu sekaligus daging atau disebut ternak dwiguna. Salah satu usaha peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani untuk manusia adalah susu kambing. Susu kambing masih memiliki pasar yang terbuka luas dengan pesaing yang masih terbatas sehingga susu kambing memiliki prospek yang baik jika didukung dengan pemasaran yang baik. Pemasaran merupakan salah satu parameter untuk menilai berhasil tidaknya suatu usaha, dalam suatu usaha tujuan memproduksi suatu produk yaitu menjual hasil produksi dengan harapan mendapatkan keuntungan memerlukan pihak lain yang disebut dengan lembaga pemasaran, peran lembaga sangat berpengaruh dengan rantai pemasaran.
Tujuan penelitian adalah 1) menganalisa jalur pemasaran 2) mengetahui margin pemasaran 3) mengetahui efisiensi pemasaran susu kambing PE yang ada di UD. Madukara. Hasil penelitian diharapan dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi pemilik usaha kambing PE mengenai pemasaran susu demi keberlangsungan usahanya. Lokasi penelitian dilakukan di peternakan Kambing PE UD. Madukara Desa Bumiaji Kota Batu selama 1 bulan yaitu dimulai tanggal 11 Desember 2018 sampai 9 Januari 2019. Metode penelitian menggunakan studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada peternak dan lembaga pemasaran dengan kuisioner terstuktur. Pengambilan sampel lembaga pemasaran dilakukan dengan metode snowball sampling dan pemilihan responden peternak dilakukan secara purposive.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 6 saluran pemasaran susu kambing yaitu, saluran I terdiri dari: Produsen, Pedagang besar A, Pengecer A, dan Konsumen akhir. Saluran II terdiri dari: Produsen, Pedagang besar B, Pengecer B, dan Konsumen akhir. Saluran III terdiri dari: Produsen, Pedagang besar A, dan Konsumen akhir. Saluran IV terdiri dari: Produsen, Pedagang besar B, dan Konsumen akhir. Saluran V terdiri dari: Produsen, Pedagang pengecer C, D, E, dan Konsumen akhir. Saluran VI terdiri dari: Produsen kepada Konsumen akhir.
Keuntungan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan untuk setiap kemasan pada lembaga pemasaran pada saluran pemasaran yaitu: saluran I: Produsen kepada Pedagang besar A : Rp 17.556 dan Rp 444 kepada Pengecer A: Rp 11.768 dan Rp 232 kepada Konsumen akhir. Saluran II: Produsen kepada Pedagang besar B: Rp 35.425 dan Rp 29.575 Pengecer B: Rp 29.962 dan Rp 38 kepada Konsumen akhir. Saluran III: Produsen kepada Pedagang besar A : Rp 17.556 dan Rp 444 kepada Konsumen akhir. Saluran IV: Produsen kepada Pedagang besar B: Rp 35.425 dan Rp 29.575 kepada Konsumen akhir. Saluran V: Produsen kepada Pengecer
v
C: Rp 9.688 dan Rp 312, Pengecer D: Rp 9.692 dan Rp 308, Pengecer E: Rp 9.762 dan Rp 232 kepada Konsumen akhir. Saluran VI : Produsen kepada Konsumen akhir.
Share keuntungan dan share biaya lembaga pemasaran tiap saluran yaitu: saluran I: Produsen kepada Pedagang besar A : 97,53% dan 2,46% kepada Pengecer A: Rp 98,06% dan 1,93% kepada Konsumen akhir. Saluran II: Produsen kepada Pedagang besar B: 54.5% dan 45,5% kepada Pengecer B: 99,87% dan 0,12% kepada Konsumen akhir. Saluran III: Produsen kepada Pedagang besar A : 97,53% dan 2,46% kepada Konsumen akhir. Saluran IV: Produsen Pedagang besar B: 54.5% dan 45,5% kepada Konsumen akhir. Saluran V: Produsen kepada Pengecer C: 96,88% dan 3,12%, Pengecer D: 96,92% dan 3,08%, Pengecer E: 97,68 dan 2,32% Konsumen akhir. Saluran VI : Produsen kepada Konsumen akhir.
Marjin tiap saluran berbeda-beda akibat dari keuntungan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Saluran I : Rp 30.000, Saluran II : Rp 95.000, Saluran III : Rp 18.000, Saluran IV : Rp 65.000 dan Saluran V : Rp 10.000.
Share harga peternak yang diterima dari lembaga pemasaran berbeda-beda tergantung dari panjang pendek jalur pemasaran semakin panjang maka akan semakin kecil share peternak yang diterima dan semakin pendek maka akan semakin besar share peternak yang akan diterima. Saluran I : 50%, saluran II : 20,83%, saluran III : 63%, saluran IV : 27,77% dan saluran V : 75%. Biaya yang dikeluarkan tiap saluran pemasaran rata-rata terdiri dari biaya lemari es, kantong plastik, box susu dan transportasi dari 6 saluran pemasaran didapatkan saluran paling efisien dalam melakukan fungsi pemasaran yaitu saluran V dengan biaya, marjin terendah dan share harga peternak terbesar.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah produsen melakukan fungsi pemasaran susu kambing kepada 2 pedagang besar dan 5 pengecer sehingga didapatkan 6 saluran pemasaran dari tujuh lembaga yang berperan dalam melakukan fungsi pemasaran. Keuntungan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, dan marjin berbeda berdasarkan panjang pendeknya saluran pemasaran dan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Efisiensi dalam melakukan fungsi pemasaran didapatkan pada saluran V. Disaran bagi UD. Madukara untuk (1) memilih lembaga pemasaran yang tepat sehingga volume penjualan meningkat, (2) membuat catatan keuangan sebagai acuan pemasukan dan pengeluaran dari biaya pemasaran dan biaya produksi yang dilaksanakan selama produksi dilakukan, dan (3) memperbaiki pengemasan produk sesuai dengan standar pengemasan susu
Kinerja Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Pasca Pemekaran Daerah
Perubahan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 menjadi Undang-
Undang 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sekaligus merubah sistem
pemerintahan yang ada di Indonesia dari sentralistik ke desentralisasi. Otonomi
yang diberikan kepada daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan
yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara
proporsional. Ratnawati (2009:11) mengemukakan bahwa kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah pada masa reformasi merupakan kebijakan
yang tepat untuk melakukan pemekaran daerah termasuk di Provinsi Kalimantan
Barat. Salah satu daerah yang dimekarkan menjadi Daerah Otonom Baru (DOB)
di wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah Kabupaten Kayong Utara yang yang
dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Kayong Utara di Provinsi Kalimantan Barat. Alasan pemekaran
tersebut dilatarbelakangi 3 (tiga) faktor yaitu (1) Sulitnya pembangunan baik dari
aspek pembangunan infrastrukturnya maupun pembangunan sumber daya
manusianya; (2) Luas wilayah Kabupaten Ketapang yang luasnya ± 35.808 km2
sulit membagi porsi APBD Kabupaten Ketapang untuk pembangunan di 25
kecamatan, dengan kondisi APBD Kabupaten Ketapang kurang dari 1 Trilyun
Rupiah (3) Rentang kendali Pemerintahan sehingga menghambat akses
pelayanan publik ke masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Ferazzi (2007) bahwa
alasan yang menyebabkan suatu negara melaksanakan pemekaran wilayah
adalah bahwa pemekaran wilayah lebih disebabkan adanya keuntungan dari
administrasi pemerintah daerah yang menjadi lebih efisien. Berdasarkan hal
tersebut maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui,
mendeskripsikan dan menganalisa tentang (1) Proses pemekaran Kabupaten
Kayong Utara; (2) Kinerja pemerintah Kabupaten Kayong Utara pasca
pemekaran daerah; (3) Optimalisasi peran dan fungsi pemerintah Kabupaten
Kayong Utara dalam pemekaran daerah.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif, dengan maksud memperoleh gambaran yang lengkap dari
permasalahan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada proses dan
pencarian yang dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa
adanya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, dan studi kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model interaktif pengumpulan data, kondensasi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Proses pemekaran Kabupaten
Kayong Utara didasarkan pada pemenuhan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis dan diperoleh hasil bahwa proses pemekaran Kabupaten
Kayong Utara sudah memenuhi prosedur administrasi dari tahapan daerah
persiapan, Kabupaten Ketapang (daerah induk) dan Pemerintah Provinsi
x
Kalimantan Barat. Pada pemenuhan persyaratan teknis, Kabupaten Kayong
Utara dinyatakan memenuhi skor minimal persyaratan sedangkan daerah
induknya yaitu Kabupaten Ketapang tidak memenuhi skor minimal persyaratan
sehingga proses pemekaran Kabupaten Kayong Utara dilaksanakan dengan
mekanisme hak inisiatif DPR. (2) Pasca pemekaran daerah, kinerja
perekonomian dan kinerja pelayanan publik selalu meningkat setiap tahunnya,
sedangkan untuk kinerja keuangan Kabupaten Kayong Utara masih rendah. Hal
tersebut disebabkan tingkat ketergantungan fiskalnya terhadap dana
perimbangan, khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) masih tinggi serta tingkat
kemandirian fiskal masih rendah. Belum optimalnya peran Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah setiap tahunnya adalah salah
satu penyebab utama masih rendahnya kemandirian fiskal Pemerintah
Kabupaten Kayong Utara. (3) Dalam mengoptimalisasikan peran dan fungsi
pemerintah dalam pemekaran daerah, Kabupaten Kayong Utara
melaksanakannya dengan berbagai program dan kegiatan. Program tersebut
meliputi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN), Pembentukan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), kebijakan sekolah gratis dan Program
10 Sarjana per desa. Seperti apa yang dikemukakan Dik Roth (2007) bahwa
tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik,
mempercepat pertumbuhan demokrasi, meningkatkan perekonomian daerah dan
meningkatkan pengelolaan potensi daerah.
Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini antara lain: (1) Perlu
adanya upaya untuk mendorong pemerataan pertumbuhan semua sektor
perekonomian pembentuk PDRB di Kayong Utara khususnya pada sektor
pertambangan yang berkaitan dengan potensi tambang di Kecamatan Sukadana
dan Kecamatan Pulau Maya Karimata meliputi Aurum, Timah Putih, Pasir Kuarsa
dan Granit dan Bauksit yang belum dikelola secara optimal. (2) Perlu adanya
dorongan dari kebijakan pembangunan daerah oleh pemerintah Kabupaten
Kayong Utara dalam menentukan skala prioritas pembangunan dan melakukan
revitalisasi semua sektor untuk meningkatkan produktifitas dalam mengelola
sektor-sektor potensial agar mempunyai keunggulan kompetitif dan komperatif
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. (3) Memberikan kemudahan bagi
calon investor untuk menanamkan modalnya di wilayah Kabupaten Kayong Utara
melalui penyediaan informasi tentang potensi dan peluang usaha serta fasilitas -
fasilitas lain serta mengupayakan iklim investasi yang kondusif dalam
mendukung usaha tani, perkebunan, perikanan dan peternakan dan
pengusahaan sumber daya alam lainnya. (4) Penambahan jumlah tenaga
kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit untuk mengisi kebutuhan tenaga
kesehatan di RSUD Sultan Muhammad Jamaluddin I (Tipe D) yang terdiri dari 4
dokter umum, 1 dokter gigi, 5 dokter spesialis dasar, 5 tenaga farmasi dan 30
orang perawa
Pregnancy and neonatal outcomes of COVID-19: The PAN-COVID study
Objective
To assess perinatal outcomes for pregnancies affected by suspected or confirmed SARS-CoV-2 infection.
Methods
Prospective, web-based registry. Pregnant women were invited to participate if they had suspected or confirmed SARS-CoV-2 infection between 1st January 2020 and 31st March 2021 to assess the impact of infection on maternal and perinatal outcomes including miscarriage, stillbirth, fetal growth restriction, pre-term birth and transmission to the infant.
Results
Between April 2020 and March 2021, the study recruited 8239 participants who had suspected or confirmed SARs-CoV-2 infection episodes in pregnancy between January 2020 and March 2021.
Maternal death affected 14/8197 (0.2%) participants, 176/8187 (2.2%) of participants required ventilatory support. Pre-eclampsia affected 389/8189 (4.8%) participants, eclampsia was reported in 40/ 8024 (0.5%) of all participants.
Stillbirth affected 35/8187 (0.4 %) participants. In participants delivering within 2 weeks of delivery 21/2686 (0.8 %) were affected by stillbirth compared with 8/4596 (0.2 %) delivering ≥ 2 weeks after infection (95 % CI 0.3–1.0). SGA affected 744/7696 (9.3 %) of livebirths, FGR affected 360/8175 (4.4 %) of all pregnancies.
Pre-term birth occurred in 922/8066 (11.5%), the majority of these were indicated pre-term births, 220/7987 (2.8%) participants experienced spontaneous pre-term births. Early neonatal deaths affected 11/8050 livebirths. Of all neonates, 80/7993 (1.0%) tested positive for SARS-CoV-2.
Conclusions
Infection was associated with indicated pre-term birth, most commonly for fetal compromise. The overall proportions of women affected by SGA and FGR were not higher than expected, however there was the proportion affected by stillbirth in participants delivering within 2 weeks of infection was significantly higher than those delivering ≥ 2 weeks after infection. We suggest that clinicians’ threshold for delivery should be low if there are concerns with fetal movements or fetal heart rate monitoring in the time around infection
ANALISIS PENENTUAN LOKASI WAREHOUSE BARU DAN DISTRIBUTION NETWORK DALAM SUPPLY CHAIN Studi kasus : Retail Alfamart di Kabupaten Kebumen, Purworejo dan Kulon Progo
Establishment of a new warehouse is an effort to minimize the cost of transportation/distribution, and as a support in expanding the market area. This study was determining the a new warehouse location which aims to reduce the cost of distribution and load existing warehouse and determine the distribution network in the supply chain for the new warehouse.
This new warehouse location determination begins by determining the area / region that will enter into the new warehouse. The next step is looking for retail distribution in the region and point coordinates. After that, determine the coordinates of the new candidate warehouse locations using the gravity method. Then the determination of the distribution network in a supply chain savings made by using the matrix method (nearest neighbor). The new warehouse location that is chosen is the location of the purchase price to the cost of land and the low cost of distribution warehouse location among the existing candidates.
Based on the results of research conducted found that the most appropriate location for a new warehouse being built in Gebang, Purworejo, the price of land Rp 950,000.00/m2 and fuel consumption for distribution up to 22 233 liters/year. Cumulative PV of total costs (land cost, building cost and distribution cost for 25 years) is the location by using i= 5.8575% of Rp 4,065,613,000 and if using i = 7.861% amounting to Rp 3,749,926,000. However, when compared with the existing distribution expenses, cancellation spending much larger new warehouse with a value of nearly 5 billion. This shows that the construction of the new warehouse is not feasible to be implemented
PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATAS MAKSIMUM SKS MATA KULIAH PER KALI PERTEMUAN HALAMAN JUDUL Nomor Soal : TKI 4011/I-2013/2014/AD/01/04/25.02/2013
PERAMALAN PERMINTAAN SPARE PARTS KENDARAAN BERMOTOR PADA SPARE PARTS KATEGORI FAST MOVING (Studi Kasus: PT. Astra Honda Motor)
Automobile industry is one of the most growth industry in Indonesia. PT Astra
Honda Motor is one of the vehicle and spare parts manufacturer. One of the solution
in inventory control is the accurate forecasting. Because the forecasting technique in
PT AHM not too optimized, so analyze in forecasting in PT AHM is needed, in order
to get optimized inventory control.
This research use the historical data for the spare parts with fast moving
category. Fast moving is the category for the spare parts which have fast sales. In PT
AHM fast moving category is for the spare parts which have average sale more than
100000 every month and the sales of the product more than 0 for every month.
Forecasting in this research is started by took the data for spare parts demand,
plot the data and analyze the pattern of data. The next step is forecasting demand of
spare parts osing some forecasting technique, such as Moving Average, Single
Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing ARIMA, Grey Model,
Backpropagation Neural Network (BPNN), and Backpropagation Grey Neural
Network (BPGNN). The last step is choosing the forecasting technique which has the
least error.
The result from this research is that almost spare parts have good forecasting
accuracy using Backpropagation Grey Neural Network, followed by Moving Average,
dan Backpropagation Neural Network. BPGNN and BPNN are suitable for spare parts
forecasting demand because the pattern of data from spare parts have fluctuated data
and BPGNN and BPNN is good at learning the data pattern. For Moving Average, the
model.is good for the data pattern which has the small range
Penegakan hukum pasar modal dalam transaksi saham gagal bayar :: Studi kasus Penerapan Hukum Pidana dan Tanggung Jawab dalam Transaksi Gagal Bayar Saham SUGI dan ARTI di BEJ
ANALISIS TATA LETAK TERHADAP ALIRAN BATUBARA DAN SISTEM BACKUP UNTUK MENGURANGI RISIKO KEGAGALAN PADA COAL HANDLING UBP SURALAYA
Steam power plant of Suralaya as one of electricity supplier needs in Java-
Bali undergoes inefficiency through material handling system. One of those is coal
facing dead stock and caused decreasing its value. It affects to electricity supply
becoming un-maximum and wasteful of coal expense which used to be known as
unrenewable energy. In this research, new layout of UBP Suralaya is given to be
analyzed and quantified risk failure of system.
This research uses two scnearios that layout is re-made by putting all more
important facilities. Material flow is directly made and has FIFO system. It helps
system to reclaim coal without long time stockpilling. Layout result is counted its
availability by Fault Tree Analyis and taken the best one. Then backup system is
available therefore when system faces accident, it can still perform to supply
electricity.
From both scenarios, availability value is quite same but still higher 0,003
from existing model and scenario 2 is choosen because it can raise more 12
locations than scenario 1 in UBP Suralaya
