18 research outputs found

    (Karakterisasi Listeria monocytogenes yang Diisolasi dari Pabrik Makanan Segar

    Get PDF
    Listeria monocytogenes is a Gram positive rod-shape bacteria. Other foodborne pathogens, mostly, may cause typical symptoms of gastroenteritis. Unlike these microorganisms, Listeria monocytogenes infection may result in more serious symptoms, usually take in the form of meningitis or septicaemia. People with vulnerable immune system are in a bigger risk of being exposed. Furthermore, the bacterium is also severer than any other bacteria found in the food, with more resistant to heat, drying, or salty environment. This research was purposed to identify and characterize a sample named LM 25722248, which was isolated from fresh food factory in a city of United Kingdom. The isolate was characterized as a Gram positive bacterium, showed tumbling motility, and gave positive result for catalase test and haemolysin assay. Moreover, benefiting from molecular technology, it was possible to reveal that the isolate was Listeria monocytogenes.Listeria monocytogenes adalah bakteri Gram positif berbentuk batang. Patogen penyebab penyakit yang dibawa oleh makanan umumnya menimbulkan gejala khas gatroenteritis. Hal ini berbeda dengan Listeria monocytogenes yang dapat menyebabkan gejala yang lebih serius seperti meningitis atau septikemia. Dengan demikian orang yang memiliki sistem imun lemah akan lebih rentan terpapar cemaran bakteri tersebut. Listeria monocytogenes juga lebih sulit dihilangkan dibanding bakteri lain yang ditemukan dalam makanan, karena lebih resisten terhadap pemanasan, pengeringan, atau lingkungan yang mengandung garam. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan karakterisasi sampel bakteri yang diisolasi dari pabrik makanan segar yang berlokasi di salah satu kota di United Kingdom. Dengan metode biokimia, sampel yang disebut dengan LM 25722248 tersebut merupakan bakteri Gram positif, bersifat motil (tumbling motility), dan memberikan hasil positif terhadap uji katalase dan uji hemolisin. Lebih jauh lagi, dengan memanfaatkan teknologi molekuler maka dapat dinyatakan bahwa isolat LM 25722248 adalah Listeria monocytogenes

    Karakterisasi Isolat JS-1, Bakteri Alkalofilik Penghasil Siklodekstrin Glikosiltransferase (CGTase) dari Sumedang, Jawa Barat

    Get PDF
    Cyclodextrin glycosyltransferase (CGTase) is an extracellular enzyme which is produced by some bacteria and archae that converts starch into cyclodextrin (CD). This enzyme has a high commercial value because of its product (CD) is widely used in several industries, such as pharmaceutical, chemistry, cosmetic, food, textile and also for environment protection. In Indonesia, there are still a few bacteria as CGTase producer were discovered and observed. The aim of this research was to find bacteria as CGTase producer from soil of corn farm land in Sumedang, West Java, and further characterized the isolate in produce CGTase. Horikoshi agar media was used as screening media. An alkalophylic bacteria as CGTase producer, JS-1 was successfully gained from this process. This isolate was characterized in the term of Gram staining, oxygen demand, motility and catalase test. The characterization results showed that JS-1 is a bacillus, Gram positive, facultative anaerob, motil and catalase positive. JS-1 isolate was also further characterized in order to determine optimum incubation period and temperature for CGTase production. The results were showed that JS-1 isolate was produced CGTase in maximum level if incubated for 48h at 37 °C.Enzim siklodestrin glikosiltransferase (CGTase) adalah suatu enzim ekstraseluler yang diproduksi oleh beberapa bakteri dan archae, yang mengkonversi pati menjadi siklodekstrin (CD). Enzim ini memiliki nilai komersial tinggi karena senyawa yang dihasilkannya (CD) dimanfaatkan dalam berbagai industri, seperti farmasi, kimia, kosmetik, makanan, tekstil, maupun pelestarian lingkungan. Di Indonesia, bakteri penghasil CGTase belum banyak ditemukan dan diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat bakteri penghasil CGTase dari tanah perkebunan jagung di daerah Sumedang, Jawa Barat dan mengkarakterisasi isolat tersebut dalam produksi CGTase. Proses skrining dilakukan menggunakan media agar Horikoshi. Dari proses ini berhasil diperoleh satu bakteri alkalofilik penghasil CGTase yang diberi nama isolat JS-1. Isolat ini dikarakterisasi berdasarkan pewarnaan Gram, kebutuhan oksigen, motilitas dan uji katalase. Dari hasil karakterisasi tersebut, diketahui bahwa JS-1 merupakan bakteri Gram positif berbentuk basil, anaerob fakultatif, motil dan positif dalam uji katalase. Isolat JS-1 juga dikarakterisasi lebih lanjut untuk mengetahui periode inkubasi dan suhu optimum yang diperlukan untuk menghasilkan CGTase yang maksimal. Hasil analisis menunjukkan bahwa isolat JS-1 menghasilkan CGTase yang maksimal jika diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam

    Pemanfaatan Teknologi Pascapanen Padi meningkatkan Kualitas Mutu Hasil Panen di Jawa Tengah

    Get PDF
    Pangan menjadi kebutuhan paling utama harus dipenuhi dari produksi dalam negeri untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka mendukung kemandirian pangan nasional. Tantangan mempertahankan ketahanan pangan nasional salah satunya adalah kehilangan hasil panen. Strategi menekan kehilangan hasil panen dapat dilakukan melalui penanganan pascapanen yang tepat serta mekanisasi pertanian. Pengkajian kuantitatif dengan metode deskriptif, bertujuan mengetahui pemanfaatan alat mesin pertanian pascapanen vertical dryer di tingkat kelompok tani. Penanganan pascapanen padi khususnya pada tahap pengeringan gabah perlu mendapatkan perhatian karena mempengaruhi rendemen giling dan mutu hasil beras. Penggunaan vertical dryer memudahkan petani mengontrol kadar air GKG sehingga gabah yang dihasilkan memliki kualitas lebih baik, serta menekan kehilangan hasil. Dampak ekonomi pemanfaatan vertical dryer adalah efektivitas dan efisiensi biaya tenaga kerja khususnya saat musim penghujan dan panen raya. Hasil samping atau polusi udara yang dihasilkan vertical dryer tidak berdampak pada lingkungan. Kendala yang dihadapi adalah pengadaan alat pengering mekanis mahal sehingga keterbatasan petani atau kelompok tani untuk memiliki secara mandiri. Secara keseluruhan bantuan hibah alat pascapanen vertical dryer bermanfaat bagi petani dan kelompok tani penerima manfaat. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani pada penanganan pascapanen padi yang tepat dilakukan melalui pendampingan oleh penyuluh, petugas teknis serta steakholder terkait baik di tingkat pusat, provinsi dan daerah

    Efektivitas Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Penyuluh Mendukung Pembangunan Jawa Tengah

    Get PDF
    Penyuluh merupakan agen of change yaitu berperan dalam perubahan pengetahuan dan perilaku petani dalam berusahan tani, melalui penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh merupakan langkah mewujudkan profesionalisme penyuluh mendukung pembangunan pertanian salah satunya melalui metode pelatihan. Harapan dari pelaksanaan pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan para penyuluh dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sehingga dapat mengembangkannya di wilayah binaannya tentunya akan berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk menganalisa tingkat efektivitas penyelenggaraan pelatihan “capacity building” bagi penyuluh pertanian tahun 2017. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengambil kebijakan berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan bagi penyuluh pertanian tahun anggaran selanjutnya sehingga penyelenggaraan penyuluhan dapat mendukung pencapaian target pembangunan di Jawa Tengah.Metode pengkajian adalah deskriptif untuk menggambarkan pelaksanaan pelatihan serta karakateristik responden, sedangkan untuk menganalisis tingkat efektivitas pelatihan dengan menggunakan uji wilxocon (uji tanda). Populasi adalah penyuluh pertanian PNS dan THL TBPP Provinsi Jawa Tengah. Sampel adalah peserta pelatihan “capacity building” bagi penyuluh pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2017 sejumlah 180 orang. Waktu pelaksanaan pelatihan Maret – November 2017 dengan materi kewirausahaan, peningkatan kinerja, motivasi petugas dan teknik komunikasi efektif, monitoring evaluasi pelaporan (Data base dan administrasi) serta praktek motivasi dan manajemen organisasi melalui game dan motivasi dengan trainer dari team OASE Semarang.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 74% laki-laki, 66% THL TBPP lebih banyak dibandingkan peserta PP PNS, tingkat pendidikan 61 % adalah sarjana,  81% peserta telah bekerja selama 6 – 15 tahun. Karakteristik peserta pelatihan akan mempengaruhi pemahaman dan penyelesaian masalah yang dihadapi.Hasil evaluasi tingkat peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan diketahui bahwa jawaban post test lebih kecil dari jawaban pre test (negatif rank) sebanyak 36 orang, positive rank yaitu jawaban post test lebih banyak dari jawaban post test 121 orang dan 23 orang jawaban benar saat pre test sama dengan jawaban post test (ties). Tingkat singnifikasi dengan  t tabel, yaitu 0,00 < 0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Metode yang digunakan dalam pelatihan capacity building ini meliputi ceramah, diskusi dan praktek. Metode ini cukup efektif guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penyuluh berkaitan dengan dunia pertanian. Pelatihan capacity building telah dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan perencanaan. Saran yang dapat disampaikan adalah dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terhadap peningkatan kapasitas SDM Penyuluh sangat diperlukan salah satunya melalui pelatihan

    Efektivitas Training of Trainer Pertanian Cerdas Iklim Bagi Penyuluh Pertanian pada Masa Pandemi Covid 19 Provinsi Jawa Tengah

    Get PDF
    Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melakukan kegiatan Training of Trainer Climate Smart Agriculture sebagai bagian dari tahapan Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) atau Proyek Modernisasi Irigasi Strategis dan Rehabilitasi Mendesak. Tujuan ToT CSA yaitu meningkatkan kapasitas SDM petugas/penyuluh (peserta ToT) dalam pelaksanaan proyek SIMURP-CSA, mempersiapkan petugas/penyuluh (peserta ToT) untuk melatih calon ToF (Training of Farmers), mempersiapkan materi dan metoda pelatihan ToF dalam bentuk bahan ajar dan mempersiapkan peserta pelatih, pelatih atau narasumber, fasilitator pelatihan ToF. ToT CSA dilaksanakan menggunakan metode e-learning dikarenakan adanya pandemi covid 19. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektifitas Training of Trainer Climate Smart Agriculture.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif observasional. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ada peningkatan sebelum dan sesudah mengikuti ToT sebanyak 24,65%, dan secara keseluruhan pelaksanaan ToT dinilai memuaskan. Untuk penguasaan materi setelah ToT peserta menilai cukup menguasai

    In vitro assesment of anti-inflammatory activities of coumarin and Indonesian cassia extract in RAW264.7 murine macrophage cell line

    Get PDF
    Objective(s): Inflammation is an immune response toward injuries. Although inflammation is healing response, but in some condition it will lead to chronic disease such as rheumatoid arthritis, inflammatory bowel disease, atherosclerosis, Alzheimer’s and various cancer. Indonesian cassia (Cinnamomum burmanni C. Nees & T. Ness) known to contain coumarin, is widely used for alternative medicine especially as an antiinflammator.This study was conducted to determine the anti-inflammatory properties of coumarin and Indonesian cassia extract (ICE) in LPS-induced RAW264.7 cell line. Materials and Methods: The cytotoxic assay of coumarin and ICE against RAW264.7 cells was conducted using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium). The anti-inflammatory potential was determined using LPS-induced RAW 267.4 macrophages cells to measure inhibitory activity of both compounds on production of nitric oxide (NO), prostaglandin E2 (PGE2), and also cytokines such as interleukin-6 (IL-6), interleukin-1β  (IL-1β)  and TNF-α. Results: Coumarin 10 µM and ICE 10 µg/ml were nontoxic to the RAW264.7 cells. Both of coumarin and ICE were capable to reduce the PGE2, TNF-α, NO, IL-6, and IL-β level in LPS-induced RAW264.7 cells. Coumarin had higher activity to decrease PGE2 and TNF-α, whilst ICE had higher activity to inhibit NO, IL-6, and IL-β levels. Conclusion: Coumarin and ICE possess anti-inflammatory properties through inhibition of PGE2 and NO along with pro-inflammatory cytokines TNF-α, IL-6, IL-1β production

    Adopsi Teknologi Vertical Dryer dalam Penanganan Pascapanen Padi di Jawa Tengah

    Get PDF
    Teknologi pertanian di Indonesia semakin maju dan modern, salah satunya ada pada proses pascapanen budidaya padi. Salah satu jenis alsintan yang berperan dalam meningkatkan produksi padi melalui penanganan pascapanen secara lebih baik dan mengurangi kehilangan hasil adalah vertical dryer. Pengkajian kuantitatif dengan metode deskriptif, bertujuan mengetahui pengaruh volume gabah saat musim kering, musim penghujan, lama pengeringan terhadap biaya operasional pengeringan gabah dan dan dampak adopsi teknologi pengeringan gabah menggunakan vertical dryer. Volume gabah saat musim kemarau tidak berpengaruh terhadap biaya operasional. Volume gabah yang dikeringkan saat musim penghujan berpengaruh nyata terhadap biaya operasional pengeringan per kilogram. Biaya operasional pengeringan gabah menggunakan vertical dryer dipengaruhi oleh lamanya waktu pengeringan. Penggunaan vertical dryer sebagai alat mesin pengeringan pada musim penghujan berpengaruh pada biaya operasional yang dikeluarkan oleh petani. Semakin lama pengeringan menggunakan vertical dryer juga semakin mahal biaya pengeringan. Penggunaan vertical dryer sebagai alat pengering gabah mendapatkan gabah dengan kualitas lebih baik dan mengurangi resiko kerusakan yang terjadi akibat keterlambatan dalam proses pengeringan. Penggunaan vertical dryer direkomendasikan kepada petani sehingga menekan kerugian dalam usaha tani padi

    Analisis Kebutuhan Penyuluh Pertanian Mendukung Jawa Tengah Menjadi Lumbung Pangan Nasional

    Get PDF
    Pembangunan pertanian dan perkebunan kedepan dihadapkan pada berbagai tantangan, perubahan iklim ekstrim, perubahan dan perkembangan lingkungan yang dinamis, kemajuan teknologi informasi yang pesat, terbatasnya modal petani serta masih lemahnya kelembagaan petani. Mendukung tercapainya pembangunan pertanian di Jawa Tengah diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang handal. Penyuluh mempunyai tugas pokok melaksanakan penyuluhan. Penyuluh juga harus mampu berperan sebagai fasilitator dan inisiator sehingga dapat menolong petani dan keluarganya.Ketenagaan Penyuluhan di Provinsi Jawa tengah terdiri dari Penyuluh Pertanian (PP) PNS, Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP), Penyuluh Swadaya. Jumlahnya selalu berkurang dalam kurun waktu 5 tahun. Hal ini menjadi permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian. Pengkajian ini bertujuan untuk 1) menganalisis kondisi PP PNS di Jawa Tengah; 2) menganalisis kondisi THL TBPP di Jawa Tengah; 3) menganalisis pelaksanaan tupoksi PP di Jawa Tengah. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengambil kebijakan berkaitan dengan pengadaan ketenagaan penyuluh pertanian, penyelenggaraan program peningkatan kapasitas SDM Penyuluh pertanian untuk mendukung tercapainya pembangunan pertanian. Pengkajianini  merupakan pengkajian deskriptif. Data yang digunakanberupa data sekunder.Hasil pengkajian diketahui bahwa jumlah penyuluh pertanian PNS di Jawa Tengah dalam kurun waktu 5 tahun 2013 s/d 2017 berkurang sebanyak 622 orang atau 26,37%.Sedangkan selama Januari– Desember2017 berkurang sebanyak 125 orang (14,64%). Jumlah THL TBPP di Jawa Tengah dalam kurun waktu 5 tahun selalu berkurang, setiap tahun rata-rata 30 orang, karena diterima pekerjaan ditempat lain, berusaha sendiri, meninggal dunia. Tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTA. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pelaksanaan tupoksi dan kinerja THL TBPP. Jumlah wilayah kerja penyuluh pertanian (WKPP) belum ideal, penyuluh rata-rata memiliki 2 wkpp dengan binaan kelompok 5 – 15 poktan dan 2 gapoktan. Tugas tambahan penyuluh lebih banyak dibandingkan dengan tupoksi sehingga pendampingan kelompok tidak maksimal.Saran yang dapat disampaikan penulis antara lain : pengadaan formasi penyuluh pertanian PNS masih diperlukan disesuaikan dengan analisis kebutuhan penyuluh pada masing-masing kabupaten/kota.THL TBPP dengan usia diatas 35 tahun perlu mendapatkan perhatian menjadi ASN sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kapasitas SDM Penyuluh baik PNS maupun THL TBPP diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Optimalisasi peran penyuluh swadaya untuk mendukung terlaksananya penyelenggaraan penyuluhan di lapangan melalui pelatihan dan fasilitasi penyelenggaraan penyuluhan

    Adopsi Teknologi Vertical Dryer dalam Penanganan Pascapanen Padi di Jawa Tengah

    Get PDF
    Teknologi pertanian di Indonesia semakin maju dan modern, salah satunya ada pada proses pascapanen budidaya padi. Salah satu jenis alsintan yang berperan dalam meningkatkan produksi padi melalui penanganan pascapanen secara lebih baik dan mengurangi kehilangan hasil adalah vertical dryer. Pengkajian kuantitatif dengan metode deskriptif, bertujuan mengetahui pengaruh volume gabah saat musim kering, musim penghujan, lama pengeringan terhadap biaya operasional pengeringan gabah dan dan dampak adopsi teknologi pengeringan gabah menggunakan vertical dryer. Volume gabah saat musim kemarau tidak berpengaruh terhadap biaya operasional. Volume gabah yang dikeringkan saat musim penghujan berpengaruh nyata terhadap biaya operasional pengeringan per kilogram. Biaya operasional pengeringan gabah menggunakan vertical dryer dipengaruhi oleh lamanya waktu pengeringan. Penggunaan vertical dryer sebagai alat mesin pengeringan pada musim penghujan berpengaruh pada biaya operasional yang dikeluarkan oleh petani. Semakin lama pengeringan menggunakan vertical dryer juga semakin mahal biaya pengeringan. Penggunaan vertical dryer sebagai alat pengering gabah mendapatkan gabah dengan kualitas lebih baik dan mengurangi resiko kerusakan yang terjadi akibat keterlambatan dalam proses pengeringan. Penggunaan vertical dryer direkomendasikan kepada petani sehingga menekan kerugian dalam usaha tani padi
    corecore