34 research outputs found

    Mekanisme Penyelesaian Sengketa Perdata Tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Dalam Penyelesaian Hubungan Industrial (Studi Kasus di Pengadilan Negeri kelas IA Banda Aceh)

    Get PDF
    Perselisihan atau perkara sengketa sering terjadi dalam setiap hubungan antar manusia, bahkan mengingat subjek Hukum pun telah lama mengenal Badan Hukum, maka dari itu para pihak yang terlibat di dalamnyapun sudah semakin banyak. Maka penyelesaian perselisihan hubungan industrial dengan Negara menghadirkan P.H.I (Pengadilan Hubungan Industrial) sebagai lembaga utama penyelesaian sengketa menjadikan system penyelesaian lebih bersifat liberal dan cenderung tidak demokratis. Jalannya perkara sepenuhnya berada di tangan para pihak yang berselisih. Peran pemerintah (eksekutif) untuk terlibat dalam perselisihan ketenagakerjaan/perburuhan menjadi jauh berkurang, peran keterlibatan dalam proses penyelesaian perkara beralih kepada pengadilan (yudikatif). Adapun masalah di dalam penelitian ini antara lain : 1.Bagaimana Mekanisme penyelesaian sengketa Hubungan Industrial yang sesuai dengan UU Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial No. 2 Tahun 2004 dan fakta yang ada di PN Banda Aceh. 2. Berapa jumlah perkara sengketa yang sudah mendapat putusan dari tahun 2015 sampai dengan 2017. Metodelogi penelitian yang penulis gunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif. Dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada di dalam masyarakat. Dalam hasil penelitian perkara PHI dapat di selesaikan dalam dua cara yaitu litigasi dan Non-litigasi, Pasal 57 UU No. 2 tahun 2004 “ bahwa penyelesaian sengketa Pengadilan Hubungan Industrial dikenal ada 2 (dua) jenis pemeriksaan : Pemeriksaan dengan acara biasa, dan Pemeriksaan dengan acara cepat, penulis dapat menyimpulkan bahwa di Lembaga Pengadilan Hubungan Industrial menyelesaikan Sengketa PHI dapat di selesaikan baik secara Litigasi maupun Non Litigasi dalam mekanisme penyelesaian perkaranya di lembaga Pengadilan

    PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DABIN 1 KI HAJAR DEWANTARA DI KABUPATEN PEMALANG

    Get PDF
    Salah satu cara mengukur mutu sekolah adalah dengan melihat output siswa, sedangkan komponen yang mempengaruhi mutu sekolah diantaranya kompetensi manajerial kepala sekolah, budaya sekolah. Tujuan penelitian ini (1) mengetahui pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah  terhadap mutu sekolah, (2) mengetahui pengaruh budaya sekolah terhadap mutu sekolah, (3) mengetahui pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dan budaya sekolah  terhadap  mutu sekolah.Populasi penelitian adalah 103 guru  SD Negeri di wilayah Dabin I Ki Hajar Dewantara Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Sampel dalam penelitian ini sebanyak 82 guru yang dipilih dengan teknik proporsional random sampling. Data dikumpulkan dengan angket. Analisis data uji validitas dan reliabilita, uji asumsi klasik, dan uji regresi dengan menggunakan SPSS versi 17 for Windows.Hasil penelitian diketahui bahwa (1) terdapat pengaruh signifikan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap mutu sekolah korelasi sebesar 0,925 dan berpengaruh sebesar 0,854 atau 85,4 %. (2) terdapat pengaruh signifikan budaya sekolah terhadap mutu sekolah yang dinyatakan dengan korelasi sebesar 0,863 dan berpengaruh sebesar 0,742 atau 74,2 %. (3) terdapat pengaruh signifikan kompetensi manajerial kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu sekolah yang dinyatakan dengan persamaan Ŷ = 0,427 + 0,575 X1 + 0,314 X2  sebesar 0,884 atau 88,4 %.    Berdasarkan hasil penelitian, agar kepala sekolah menguasai kompetensi manajerial khususnya pada fungsi menggerakkan, serta berkomitmen melaksanakan budaya sekolah khususnya pada kegiatan supervisi dan pengendalian guru untuk meningkatkan mutu sekolah.

    Preoperative dexamethasone reduces postoperative pain, nausea and vomiting following mastectomy for breast cancer

    Get PDF
    <p>Abstract</p> <p>Background</p> <p>Dexamethasone has been reported to reduce postoperative symptoms after different surgical procedures. We evaluated the efficacy of preoperative dexamethasone in ameliorating postoperative nausea and vomiting (PONV), and pain after mastectomy.</p> <p>Methods</p> <p>In this prospective, double-blind, placebo-controlled study, 70 patients scheduled for mastectomy with axillary lymph node dissection were analyzed after randomization to treatment with 8 mg intravenous dexamethasone (<it>n </it>= 35) or placebo (<it>n </it>= 35). All patients underwent standardized procedures for general anesthesia and surgery. Episodes of PONV and pain score were recorded on a visual analogue scale. Analgesic and antiemetic requirements were also recorded.</p> <p>Results</p> <p>Demographic and medical variables were similar between groups. The incidence of PONV was lower in the dexamethasone group at the early postoperative evaluation (28.6% <it>vs</it>. 60%; <it>p </it>= 0.02) and at 6 h (17.2% <it>vs</it>. 45.8%; <it>p </it>= 0.03). More patients in the placebo group required additional antiemetic medication (21 <it>vs</it>. 8; <it>p </it>= 0.01). Dexamethasone treatment significantly reduced postoperative pain just after surgery (VAS score, 4.54 ± 1.55 <it>vs</it>. 5.83 ± 2.00; <it>p </it>= 0.004), at 6 h (3.03 ± 1.20 <it>vs</it>. 4.17 ± 1.24; <it>p </it>< 0.0005) and at 12 h (2.09 ± 0.85 <it>vs</it>. 2.54 ± 0.98; <it>p </it>= 0.04). Analgesics were required in more patients of the control group (21 <it>vs</it>. 10; <it>p </it>= 0.008). There were no adverse events, morbidity or mortality.</p> <p>Conclusions</p> <p>Preoperative intravenous dexamethasone (8 mg) can significantly reduce the incidence of PONV and pain in patients undergoing mastectomy with axillary dissection for breast cancer.</p> <p>Trial registration number</p> <p>NCT01116713</p

    Fish on Prozac: A simple, non-invasive physiology lab investigating the mechanisms of aggressive behavior in Betta splendens

    No full text
    The neuromodulator serotonin is an important regulator of aggressive behavior in vertebrates. Experimentally increasing synaptic levels of serotonin with fluoxetine, a selective serotonin reuptake inhibitor, has been shown to reliably decrease the expression of aggressive behavior. Here, we describe a method by which fluoxetine can be noninvasively administered to male Betta splendens (an attractive model for the study of aggressive behavior) and describe a simple laboratory exercise that allows students to experimentally investigate the physiological mechanisms of aggressive behavior. We demonstrate that relatively short-term exposure (3 h) of male bettas to as little as 3 μg/ml of fluoxetine-treated aquarium water is sufficient to reduce the expression of specific aggressive behaviors. We emphasize the physiological concepts that can be addressed with this exercise, including the role of the serotonergic system in regulating aggression, and the interplay of environmental contaminants and physiology in regulating the expression of behavior. We also highlight important aspects of experimental design. This exercise can be flexibly altered to accommodate one or several laboratory periods. It is also low cost, is low impact to the animals, and requires minimal preparation time for instructors
    corecore