3 research outputs found
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBINA NILAI KARAKTER ANAK DI KECAMATAN SIMPANG TIGA ACEH BESAR
ABSTRAKRahmayanti KS, Sri. 2016. Peran Orang Tua Dalam Membina Nilai Karakter Anak di Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Skripsi, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Pembimbing:(1)Dr. Anizar Ahmad, M.Pd., (2). Dra. Fitriana, M.SI.Kata Kunci: Nilai Karakter Anak, Peran Orang TuaPeran orang tua adalah partisipasi atau kesadaran jiwa orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan dan memenuhi kebutuhan hidup anaknya baik dari segi sosial maupun material. Penelitian ini untuk mengetahui usaha orang tua dalam membina nilai karakter anak di Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui usaha yang dilakukan orang tua dalam membina nilai karakter anak dan (2) mengetahui sistem pengawasan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Data penelitian ini bersumber dari orang tua yang memiliki anak usia 4 sampai 10 tahun berjumlah 28 keluarga, pengumpulan data menggunakan kuisioner. Pengolahan data penelitian ini menggunakan rumus persentase. Simpulan penelitian ini berpengaruh pada usaha orang tua dalam membina nilai karakter anak, walau sebagian kecil yang mengetahui nilai-nilai karakter, tetapi sebagian besar sudah berusaha menanamkan nilai karakter tersebut. Lebih dari setengah responden menanamkan nilai religius kepada anak dengan tujuan agar anak mempunyai akhlak yang mulia kedepannya. Sedangkan yang berperan dalam membina nilai karakter anak adalah suami dan istri. Sistem pengawasan yang diterapkan orang tua berpengaruh terhadap pembentukkan nilai karakter anak. Seluruh anak termasuk kedalam katagori anak yang mudah bersahabat. Penanaman nilai karakter pada anak di mulai pada awal masa kanak-kanak ketika berumur 2-6 tahun. Responden juga menerapkan perilaku disiplin kepada anak karena usia awal kanak-kanak merupakan usia yang masih rentan, dan akan meniru semua yang dikerjakan oleh orang tuanya. Saran untuk orang tua agar dapat mendidik anaknya dengan baik, tidak mengedepankan emosi, dapat meluangkan waktu, adanya komunikasi yang dibina orang tua dengan anak, dan jangan bersikap apatis terhadap apa yang dikerjakan sianak
Can multiple streams predict the territorial cohesion debate in the EU?
This article contributes to the debate over the fashionable but contested concept of âterritorial cohesionâ in the European Union. Scholars have long recognised and traced discursive shifts in EU territorial development policies, but theoretical accounts of the drivers and parameters of such shifts are rare. This article applies the multiple streams model of agenda-setting to the territorial cohesion debate in order to explore how useful this model is in analysing and predicting the outcome of a debate. The article is structured according to the three âstreamsâ that are relevant to agenda-setting: problems, policies and politics. The analysis relies on the responses to the 2008 Green Paper on Territorial Cohesion in order to determine how politically feasible different policy solutions are. More recent developments such as the Territorial Agenda 2020 and the European Commissionâs proposals for Cohesion Policy for 2014â2020 are then used to assess the predictive power of multiple streams. It is shown that the model successfully predicts the endurance of solidarity-based cohesion goals, the emergence of territorial capital as a key policy solution, and the rejection of geographical criteria for the allocation of EU Structural Funds. At the same time, the multiple streams model fails to predict the introduction of spatial planning tools into EU cohesion policy. This shows that explaining a substantial redefinition of existing policy terms requires some reference to key actorsâ broader discursive strategies. The article concludes that the multiple streams model has some predictive and explanatory power; criticisms of the model as overly descriptive are exaggerated
Measuring women's progress in a global era.
To what extent has the Beijing +10 process led to the improvement of the lives of women? This paper addresses key issues involved in making such an assessment, in particular, the conceptualisation and measurement of gender equality. It starts with a consideration of three different perspectives concerning the conceptualisation of âimprovementâ as either economic development, human capabilities, or gender equality. This is followed by an analysis of the tensions between three different models of gender equality. The final section is a critical review of the operationalisation of these concepts and the collection of data necessary to assess progress on each of the 12 critical areas of concern of the UN Platform for Action. In particular, what are the best indicators? The paper engages with the development of international standards of gender equality with a focus on their application in the EU region