13 research outputs found

    PELESTARIAN BUDAYA MENUMBAI MADU SIALANG MELALUI KARYA TARI RITUAL MENUMBAI

    Get PDF
    Karya tari yang berjudul “Ritual Menumbai” terinspirasi dari sebuah prosesi pengambilan madu hutan yang berada di Indonesia lebih tepatnya di Kampar, Riau. Prosesi yang dilakukan untuk pengambilan madu hutan ini meliputi dua lokasi, yakni dirumah dan dialam. Untuk menggarap konsep yang lahir dalam sebuah karya tari, menghadirkan interpretasi pengkarya terhadap prosesi menumbai tersebut. Kemudian pengkarya menggunakan properti kain putih untuk menampilkan siluet , obor, jerigen dan tali. Eksplorasi gerak terkait dengan pengembangan dari gerak dasar para juagan saat prosesi menumbai yang disesuaika dengan karakter pengkarya. Metode yang digunakan dalam pelahiran karya ini diantarnya, observasi, pengolahan data, studi pustaka, pemilihan pendukung karya, eksplorasi, penataan gerak, improvisasi, dan evaluasi. Dalam karya ini terdiri dari tiga bagian, bagian pertama menggambarkan interpretasi tentang prosesi sebelum menumbai dirumah, dibagian kedua menggambarkan prosesi di ruang alam diawali panggilan adat serta gotong-royong., dan dibagian ketiga menggambarkan mala petaka yang dialami jika tidak melakukan prosesi yang seharusnya

    ESTETIKA TARI LILIN BEPINGGAN PADA MASYARAKAT KAYU AGUNG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROPINSI SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    ABSTRACT Lilin Bepinggan dance is an illustration of happiness originated from Miyah Malaman tradition. This tradition is usually done by the youngsters in Ramadan month especially in Lailatul Qadar night. The boy comes to his lover’s house by bringing the equipments of malaman such as candles, firecrackers, and fireworks. Yusrizal, as an artist and humanist, transforms this tradition into performancing art presented through Lilin Bepinggan dance. This dance has complex and aesthetic elements of dance that are interested to be studied further.The objective of this study is to understand the form and aesthetics of Lilin Bepinggan dance in Kayu Agung City, Ogan Komering Ilir District. This study utilized qualitative method in order to reveal and understand the aesthetics of Lilin Bepinggan dance. The data were obtained from (1) observation, (2) interview, and (3) documentation. The data were then verified and analyzed with the theories of form and aesthetics.The aesthetics element of Tari Lilin Bepinggan can be seen from physical reaction, harmony, and sensitive aspect of comprehension portrayed from the performance of Lilin Bepinggan dance that has been influenced by religious, cultural and social values. Keywords: Lilin Bepinggan dance, Aesthetics, Value, Social, Culture

    DAMPAK TEKNOLOGI ATAS NILAI-NILAI SOSIAL PADA TRADISI BEKARANG SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN KARYA TARI SANGKUT DAK MENYAUH

    Get PDF
    The dance work entitled "Sangkut Dak Menyauh" is inspired by the Bekarang tradition of the Muaro Jambi community. Bekarang tradition is a fishing tradition that is carried out jointly by using tangkul, lukah, jalo. Bekarang has become one of the community traditions that must be preserved, but along with the development of the times this tradition has changed, due to the capture factor that utilizes technology with various cheats to meet human interests practically so that it can damage fish habitats and the wider environment. The instructor interpreted the impact of technology on influencing social values in the Bekarang tradition as a personal expression in the form of contemporary dance with an abstract type of environmental theme that conveys social values. The methods of creation include feeling, research, exploration of the nature of the center, improvisation, formation, and evaluation. The work consists of three parts. First abstracting the behavior of humans who abuse technology against living things. Second, how technology destroys living things. These three symbols are ritual values. ABSTRAKKarya tari yang berjudul “Sangkut Dak Menyauh” terinspirasi dari tradisi Bekarang masyarakat Muaro Jambi. Tradisi Bekarang merupakan sebuah tradisi penangkapan ikan yang dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan tangkul, lukah, jalo. Bekarang menjadi salah satu tradisi masyarakat yang harus dilestarikan, namun seiiring dengan perkembangan zaman tradisi ini mengalami perubahan,  yang disebabkan faktor penangkapan yang memanfaatkan teknologi dengan berbagai kecurangan untuk memenuhi kepentingan manusia secara praktis sehingga dapat merusak habitat ikan dan lingkungan lebih luas. Pengkarya menginterpretasikan dampak teknologi memengaruhi nilai sosial dalam tradisi Bekarang sebagai ekspresi personal dalam bentuk tari kontemporer dengan tipe abstrak tema lingkungan yang menyampaikan nilai-nilai sosial. Metode penciptaan diantaranya merasakan, riset, eksplorasi sifat sentrum, improvisasi, pembentukan, dan evaluasi. Karya terdiri dari tiga bagian. Pertama mengabstraksikan tingkah laku manusia yang menyalahgunakan teknologi terhadap makhluk hidup. Kedua bagaimana teknologi menghancurkan makhluk hidup. Ketiga simbol nilai ritual.Kata Kunci:  sangkut dak menyauh; kontemporer; tradisi bekarang; dampak teknologi; nilai sosia

    KOREOGRAFI MARAJUIK ASA: INTERPRETASI ATAS TARI PIRING DEBUS ANDALEH, TANAH DATAR

    Get PDF
    ABSTRACT Women have an important role in rumah gadang. Meanwhile, men generally live in surau to learn Qur’an and study traditional arts. The tradition shifts because of the influence of current development that results on traditional arts are no longer inherited to the young generation. In this writing, it is described the method of work creation started from the stages of contemplation, observation, data collection, interview, elaboration, synthesis, realization, until completion in the form of artwork performance. Therefore, the objective of this work creation is achieved namely traditional art particularly Piring Debus dance becomes popular and people feel that traditional art belongs to them. Keywords: Revitalization, Art, Traditio

    KREASI SULAMAN SUJI CAIA MENGGUNAKAN TEKNIK KERANCANG TIMBUL UNTUK PAKAIAN PEREMPUAN MINANGKABAU

    Get PDF
    The creation of “Suji Caia's embroidery creations using engineering techniques. Embossed for Minangkabau Women's Clothing” is a collaboration of Suji Caia with a manual draft embossed using gold / silver thread metallic. This Suji Caia embroidery creation is applied to Minangkabau women's clothing in the form of a veil, baju kurung and a bag. The form of this is the creation with the concept of expressing personal art as a symbol of the author's personal expression of Suji Caia. This creation is a work of textile art which is applied to Minangkabau women's clothing using rose and saik galamai motifs. In this work, the use of sequins, swarosvky and crystal crest are additional techniques used to add beauty value to the work. There are several stages in creating this artwork method, including exploration, design and embodiment stages. As a result, five works were created, the Minangkabau women's clothing set paired with Pandai Sikek songket.Keywords: Suji Caia Embroidery; Embroidery; Design, Minangkabau; Women's ClothingAbstrakPenciptaan karya seni “Kreasi Sulaman Suji Caia menggunakan Teknik Kerancang Timbul untuk Pakaian Perempuan Minangkabau” merupakan kolaborasi Suji Caia dengan kerancang manual berbentuk timbul menggunakan benang emas/ perak metalik. Kreasi Sulaman Suji Caia ini di terapkan pada pakaian perempuan Miunangkabau berupa kerudung, baju kurung dan tas. Bentuk karya ini merupakan hasil kreasi pengkarya dengan konsep ekspresi personal seni sebagai lambang ekspresi pribadi pengkarya terhadap Suji Caia. Kreasi ini merupakan karya seni tekstil yang diaplikasikan pada pakaian perempuan Minangkabau menggunakan motif mawar dan motif Saik Galamai. Dalam karya ini pemasangan payet, swarosvky dan jambul Kristal merupakan teknik tambahan yang dipakai untuk menambah nilai keindahan karya. Metode dalam penciptaan karya kriya seni ini melalui beberapa tahap, antaranya tahap eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Karya yang diciptakan berjumlah lima set pakaian perempuan minang yang dipasangkan dengan songket Pandai Sikek.Kata Kunci: Sulaman Suji Caia; Bordir, Kerancang; Pakaian Perempuan; Minangkabau

    PENCIPTAAN KARYA TARI “ SARASO”

    Get PDF
    Saraso merupakan karya tari yang terinspirasi dari Mangampiang yang merupakan sebuah peristiwa kematian di kenagarian Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Mangampiang dilakukan sehari sesudah kematian yang biasanya dilakukan seiring dengan aktifitas bakayu. Karya tari ini difokuskan pada proses mangampiang terutama dari aktifitas marandang, manumbuak dan manampi. Ketiga bentuk aktifitas ini mengandung nilai–nilai saling tolong menolong kebersamaan dan silaturahmi. Beranjak dari ketiga bentuk inilah yang digarap menjadi sebuah karya dengan menggunakan metode;  eksplorasi, improvisasi, komposisi dan evaluasi

    TARI TAMPURUANG DI SANGGAR KABUPATEN SOLOK SELATAN

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk membahas tari Tampuruang di Sanggar Bundo Kanduang Nagari Koto Baru Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan fokus kajian tentang kehadiran penari wanita pada tarian tersebut. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori gender oleh Remiswal, dimana gender adalah tipe atau jenis yang merupakan sifat dan perilaku secara sosial dan budaya. Disekitar Sanggar Bundo Kanduang ini terdapat salah satu rumah gadang yaitu Rumah Gadang Koto Piliang yang memiliki semboyan mambasuik dari bumi yang artinya bumi merdeka, dimana dengan bumi merdeka ini wanita di Kawasan Saribu Rumah Gadang khususnya Sanggar Bundo Kanduang diperbolehkan menari sebagai media untuk memperomosikan objek wisata Kawasan Saribu Rumah Gadang.Kata Kunci : Tari Tampuruang, wanita dan sanggar Bundo kanduan

    KOREOGRAFI IMBAUAN LASUANG

    Get PDF
    ABSTRACT The dance of “Imbauan Lasuang” is inspired by the social phenomena of Padang Laweh people that comes from alu ketentong combined with the phenomenon of local culture. Previously in Padang Laweh people, alu ketentong functioned as an exclamation in the village in order to communicate cultural events that will be done in society. Communication is the requirement for the occurrence of social interaction but recently, means of communication by using alu ketentong is started to be forgotten and ignored. The influence of high technological improvement results on the lack of social interaction among people. Therefore there is a boundary wall in direct communication that leads to westernized lifestyle with its system of individual life. This phenomenon then becomes the inspiration for creating this choreography materialized through Minangkabau local idioms such as silat movements. Keywords: Alu ketentong, communication, Padang Laweh

    BUDAYA PINGIT DALAM TARI “PEREMPUAN DALAM BATAS”

    Get PDF
    ABSTRACT “Perempuan Dalam Batas” Dance is an imaginative expression of anxiety about the condition of women in Indonesia. This dance work is inspired by the interpretation of seclusion cultural phenomenon in Palembang, South Sumatera called pingit. Women in the time of Sultanate of Palembang Darussalam were secluded and equipped with skill to weave in order to acquire a partner/couple of the nobility later on. Women during the colonial era were secluded in pangkeng hidden from the invaders. Pingit is a form of protection arranged by the women’s parents with a specific purpose at different times. That protective imaginary space then becomes the starting point of this work creation by focusing on women as the object of seclusion and impact occurred from the presence of the space. Fundamentally, the idea of protection in seclusion is to protect the women nevertheless, the way of doing the protection results on negative effects toward the women themselves. The negative effects of seclusion ultimately result on limited movement/expression and social space for women in their life. Method of creation applied in this work was observation (exploration of data, interview, and documentation), data analysis, creation process (contemplation, exploration of movement, formation), preparation, performance, and evaluation. This work is divided into 4 (four) parts namely 1) The interpretation of women in seclusion during the era of Palembang Darussalam Sultanate and the era of colonization; 2) The interpretation of seclusion as the cause of women’s limited movement and social space; 3) The interpretation of the uprising as the response of secluded women; 4) The interpretation of women who are unable to get off of the seclusion issue. Keywords: Pingit culture, Women, Choreography
    corecore