8 research outputs found
Market Dependency and Household Food Consumption in East Java, Indonesia
IndonesianTujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan diantara konsumen di daerah pedesaan dan perkotaan dalam mengkonsumsi bahan makanan utama, dan terutama menelusuri seberapa jauh konsumsi di masing-masing lokasi (desa dan kota) tergantung pada uang tunai dan pasar (cash or market dependency) untuk pemenuhan konsumsi bahan makanan tersebut. Data dianalisis dari SUSENAS 1993, BPS, Provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan akan uang tunai dan pasar berhubungan erat dengan jumlah konsumsi bahan makanan yang akan dibeli. Terdapat perbedaan nyata antara konsumen di daerah pedesaan dan perkotaaan, dimana konsumen di pedesaan memiliki angka ketergantungan uang tunai dan pasar yang lebih rendah daripada konsumen di perkotaan. Asumsi lama dan klasik yang menyatakan bahwa penduduk di pedesaan kebanyakan adalah petani subsisten (yang dapat memproduksi untuk dikonsumsi sendiri) sudah tidak berlaku lagi. Walaupun demikian masih didapati bahwa seringkali rumahtangga di pedesaan menjual bahan makanan berkualitas lebih baik yang diproduksinya, sehingga uang hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk membeli kualitas yang lebih rendah, yang berarti memaksimumkan konsumsi dari segi kuantitas. Hasil penelitian ini menyiratkan pentingnya pengambil keputusan menyadari perbedaan antara penduduk desa dan kota tersebut. Studi semacam ini apabila ditunjang oleh studi perilaku marketed dan marketable surplus dapat membantu pembuat kebijaksanaan di bidang pengadaan dan distribusi pangan. Studi ini juga membantu memperjelas adanya perilaku ketergantungan pada uang tunai dan pasar yang berbeda pada rumahtangga di daerah desa dan perkotaan.EnglishThe general purpose of this study was to examine the differences between rural and urban consumers in how they acquire the food they consume and, in particular, to determine how much consumers in each location depend on cash for procuring the food they consume. The quantity of food purchased was modeled as a function of cash dependency, household income, household size and prices. Data were taken from the 1993 Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) in East Java, conducted by the Biro Pusat Statistik - BPS (Central Bureau of statistics), Indonesia. The results of this study indicate that the cash dependency for all food categories examined was significantly related to the quantities purchased of the foods (cereals, tubers, vegetables, fruits). Significant differences in cash dependency were also found between rural and urban consumers, with rural consumers having lower food cash dependency ratios than urban consumers. Perhaps the most surprising discovery was that the vast majority of rural consumers also depend on cash for acquiring food. The old assumption that mostly people in the rural areas in Indonesia are subsistence farmers (consume what they own produce) is no longer hold. The data from the survey shows that there are less and less subsistence farming exists in the area (East Java). The maintenance of subsistence farming may, indeed, be of strategic importance for the satisfaction of basic needs and the survival of rural households. When production from own sources is inadequate to meet the consumption needs, the households concerned may sell superior food (i.e., superior cereals or superior varieties) they produce, so as to maximize their purchasing power with which they can purchase inferior cereals and meet their own needs - thus maximizing their consumption at least in quantity. This study stresses the importance of using household consumption data in the making of public policy (food policy). They are important in that the implementation of policy will affect large number of people. lt even will affect rural and urban consumers differently. This study combined with a study of behavior of marketed and marketable surplus can be significant help in designing a system of procurement and public distribution. This study also can help in understanding the behavior of purchase of food by farmers in different areas
Economic and Social Aspects of Palm Oil IndustryL Indonesia\u27s Palm Oil Trade in the Context of Economic Liberalization
This paper aims to assess the palm oil trade in the world market, factors affecting Indonesia\u27s palm oil industry and trade, and how it can contribute to and benefit the sustainable agriculture development. Palm oil and palm kernel oil make up a third of total world production of oils and fats. During the last decade, the stock-production-import-export of palm oil in the world trade has increased to more than double in volumes and values. Other than being main producers, Indonesia and Malaysia are the two major exporters of palm oil in the world market with total shares of more than 80 percent of the total world export. Coupled with increasing demand for cooking oils, growing demand for palm oil derivatives-products has created a new challenge and opportunity for Indonesia to increase its competitiveness in the world market. Indonesia has and could continue to seize the opportunity to meet the increasing world market demand provided it can increase the ability to translate the new world market demand and adjust it to its domestic production facilities. The Indonesian policies of palm oil development must be directed, implemented and enforced with the focus to the downstream industries. The world concern of environmental degradation has triggered an RSPO forum and Indonesia responded through the ISPO to support the sustainable development. As the main producer, it is only fitting if Indonesia becomes and sets a price reference for sustainable palm oil traded in the world market
Penawaran Beras Indonesia: Suatu Analisa Kontribusi Peubah Penentu Produksi Beras Indonesia
IndonesianBeras merupakan komoditi pangan utama di Indonesia. Konsekuensinya Pemerintah harus tanggap terhadap parameter yang berhubungan dengan penawaran beras. Penelitian ini menduga fungsi komponen luas panen dan produksi per hektar lahan sawah dan ladang di semua propinsi Indonesia kecuali Timor-Timur. Alat analisa yang digunakan adalah persamaan regresi logaritma dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan varietas unggul dan harga pupuk nyata mempengaruhi areal panen, dengan elastisitas masing-masing 1.0015 dan -0.8720 (sawah) dan 0.9005 dan -1.006 (ladang). Penggunaan pupuk, varietas unggul dan harga padi nyata mempengaruhi produksi per hektar. Elastisitas masing-masing antara 0.125 sampai -0.384; 0.604 sampai -0.263 dan 0.639 sampai -0.917 untuk lahan sawah dan ladang
Bunga Rampai, Rantai Pasok Komoditas Pertanian Indonesia
Dalam konteks keberlanjutan pembangunan pertanian, Perubahan lingkungan strategis seperti liberalisasi perdagangan, pesatnya pertumbuhan pasar modern, dinamika permintaan pasar, dan Perubahan preferensi konsumen menuntut adanya perbaikan dalam sistem manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM). Dengan penerapan SCM secara konsisten dan berkesinambungan diharapkan terjadi peningkatan produktivitas, efisiensi usaha, efektivitas distribusi sehingga dapat memenuhi sekaligus memuaskan kebutuhan konsumen. Dengan demikian, pemahaman yang utuh tentang SCM mutlak diperlukan oleh seluruh stakeholder pertanian.
Buku ini mengulas tentang SCM yang dimulai dari tataran teoritis dan selanjutnya membahasnya dengan mengetengahkan kasus pada beberapa komoditas baik di subsektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, maupun perkebunan. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa SCM akan memberikan manfaat jika telah memenuhi persyaratan: (1) aktivitas yang dilakukan sepanjang rantai pasok harus menghasilkan nilai tambah, (2) ada peranan jasa di setiap simpul, (3) harus ada “penentu” harga, (4) ada hubungan kesepadanan antara pelaku, dan (5) harus teridentifikasi penentu dan pengambil keputusan ( key decision makers)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani Di Kelurahan Setugede Kota Bogor
EnglishThe worktime of member farm household in Kelurahan Setugede Bogor more directed to non farm than rice farm, because non farm's income is biger. If the husband added worktime on rice farm, his worktime on non farm will be less. Rice farm contribute 27,32 percent of household income and 72,68 percent contributed by non farm. Total expenditure farmer household is 75,29 percent of total household income which consist from 50,52 percent to consume and 22,77 percent to invest. If the member of farmer household has been added therefore the consumption expenditure will be add too. If the income added so the expenditure to consume and invest will be add too. IndonesianPencerminan strategi rumah tangga untuk hidup sejahtera ditunjukkan oleh alokasi waktu kerja anggota rumah tangga untuk kegiatan mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga dan kegiatan lainnya. Tiap kegiatan anggota rumah tangga ditujukan untuk mencapai nilai guna menghasilkan kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) alokasi waktu kerja anggota rumah tangga petani pada USAhatani padi dan nonusahatani, (2) kontribusi pendapatan anggota rumah tangga petani yang berasal dari USAhatani padi dan nonusahatani, (3) pola pengeluaran rumah tangga petani untuk konsumsi dan investasi, dan (4) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumah tangga petani. Untuk menjawab tujuan menggunakan analisis tabulasi dan model persamaan simultan yang diduga dengan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kerja anggota rumah tangga petani di Kelurahan Setugede Bogor lebih banyak ditujukan pada nonusahatani daripada USAhatani padi, karena pendapatan dari nonusahatani lebih besar. Curahan waktu kerja suami pada nonusahatani berpengaruh negatif dan memberikan respon inelastis terhadap curahan waktu kerja suami pada USAhatani padi, tetapi berpengaruh positif dan memberikan respon elastis terhadap pendapatan suami dari nonusahatani. Kontribusi pendapatan rumah tangga petani dari USAhatani padi 27,32 persen, dari nonusahatani 72,68 persen. Pengeluaran total rumah tangga petani 73,29 persen dari total pendapatan, yang terdiri dari konsumsi 50,52 persen dan investasi 22,77 persen