5 research outputs found

    ANALISIS HASIL PENGUJIAN KAYU YANG DISERANG PENGGEREK KAYU DI LAUT DENGAN INTERPRETASI GAMBAR DIGITAL

    Get PDF
    Keawetan kayu alami dinilai berdasarkan ketahanannya terhadap organisme perusak tertentu. Pengujian ketahanan alami kayu terhadap organisme perusak di laut dilakukan dengan membenamkan contoh kayu di perairan laut terbuka. Setelah enam bulan, kayu dinilai intensitas kerusakannya dan diklasifikasikan kelas ketahanannya terhadap serangan penggerek di laut. Penilaian kerusakan kayu dilakukan dengan interpretasi gambar digital. Tulisan ini mempelajari ketahanan alami sembilan jenis kayu dari Sumatera, Jawa dan Kalimantan terhadap organisme penggerek laut dengan perangkat lunak Image-J setelah enam bulan. Hasil pengujian kayu di perairan terbuka menunjukkan kayu sempur lilin (Michelia champaca L.var. pubinervia) dan kayu bawang (Azadirachta excelsa) (Jack) Jacobs) termasuk kelas ketahanan I (sangat tahan), sedangkan kayu cangcaratan (Lithocarpus sundaicus(Blume) Rehd., aveang kelalai (Shorea pervistipulata ssp. albifolia) termasuk kelas ketahanan II (tahan) terhadap penggerek kayu di laut. Kayu ki pasang (Prunus javanica Miq.) dan segelam (Hopea rudiformis) termasuk kelas ketahanan III (agak tahan) terhadap penggerek kayu di laut, sedangkan kayu ki bugang (Arthophyllum diversifolium Blume) dan ki langir (Otophora spectabilis Blume) termasuk kelas ketahanan V (sangat tidak tahan) terhadap penggerek kayu di laut. Pengukuran persentase kerusakan kayu dapat dilakukan dengan akurasi tinggi menggunakan metode gambar digital daripada cara konvensional. Pengukuran persentase kerusakan kayu dengan gambar digital menghasilkan nilai lebih tinggi karena bekas lubang tali. Namun, bekas lubang tali juga diperhitungkan sebagai kerusakan kayu. Untuk memperoleh pengukuran kerusakan yang tinggi, maka metode gambar digital dimodifikasi dengan menutup bagian lubang bekas tali dengan kesan yang sama dengan bagian disekitarnya

    Minat Ibu Nifas Dalam Keikutsertaan Kontrasepsi Mantap Wanita

    Get PDF
    Wanita yang sedang dalam masa nifas memerlukan asuhan diantaranya memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat, dan KB (Keluarga Berencana). Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) adalah tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Efektifitas kontrasepsi mantap wanita yang baik tidak berbanding lurus dengan pengetahuan ibu nifas. Kurangnya minat ibu nifas dalam keikutsertaan kontrasepsi mantap wanita di wilayah kerja BPM Sri Margi Subekti Desa Jampiroso Kabupaten Temanggung menyebabkan angka kontrasepsi Mantap Wanita rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekplorasi pengetahuan, minat, dukungan, dan hambatan ibu nifas tentang kontrasepsi mantap wanita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam. Jumlah partisipan 5 ibu nifas yang berusia lebih dari 26 tahun, memiliki anak lebih dari 2, tidak ada kontra indikasi mengikuti kontrasepsi mantap wanita, serta dalam masa nifas yaitu kurang dari 42 hari. Pengetahuan ibu nifas tentang kerugian dan efek samping dari kontrasepsi mantap wanita masih belum maksimal. Dua dari lima partisipan berminat mengikuti kontrasepsi mantap wanita, tiga lainnya tidak berminat. Dukungan yang diberikan oleh ibu nifas berasal dari suami, keluarga, anak tertua, teman, maupun bidan. Hambatan yang dilalui ibu nifas berasal dari diri sendiri dan suami

    Minat Ibu Nifas Dalam Keikutsertaan Kontrasepsi Mantap Wanita

    Get PDF
    Wanita yang sedang dalam masa nifas memerlukan asuhan diantaranya memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat, dan KB (Keluarga Berencana). Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) adalah tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Efektifitas kontrasepsi mantap wanita yang baik tidak berbanding lurus dengan pengetahuan ibu nifas. Kurangnya minat ibu nifas dalam keikutsertaan kontrasepsi mantap wanita di wilayah kerja BPM Sri Margi Subekti Desa Jampiroso Kabupaten Temanggung menyebabkan angka kontrasepsi Mantap Wanita rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekplorasi pengetahuan, minat, dukungan, dan hambatan ibu nifas tentang kontrasepsi mantap wanita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam. Jumlah partisipan 5 ibu nifas yang berusia lebih dari 26 tahun, memiliki anak lebih dari 2, tidak ada kontra indikasi mengikuti kontrasepsi mantap wanita, serta dalam masa nifas yaitu kurang dari 42 hari. Pengetahuan ibu nifas tentang kerugian dan efek samping dari kontrasepsi mantap wanita masih belum maksimal. Dua dari lima partisipan berminat mengikuti kontrasepsi mantap wanita, tiga lainnya tidak berminat. Dukungan yang diberikan oleh ibu nifas berasal dari suami, keluarga, anak tertua, teman, maupun bidan. Hambatan yang dilalui ibu nifas berasal dari diri sendiri dan suami

    ANATOMICAL INVESTIGATION OF FIVE GENERA THE LEAST-KNOWN TIMBER OF APOCYNACEAE AND THEIR POTENTIAL UTILIZATION

    Get PDF
    Doubtlessly, wood identification is critically important for a number of sectors, including government organizations, the wooden-based industry, museums, law enforcement, and scientists working in botany, ecology, forestry, and wood technology. Unfortunately, most wood species listed as “the least-known species” lack essential knowledge or their anatomical features and basic properties to promote their usage. This research aimed to investigate the anatomical characteristics and fiber quality of the least-known timber species of Apocynaceae family, which are authentic wood collection from Xylarium Bogoriense, namely, Ervatamia sphaerocarpa, E. aurantiaca, Kopsia flavida, Lepiniopsis ternatensis, Plumeria acuminata, P. rubra, and Voacanga foetida. Wood samples have indistinct growth ring boundaries, diffuse-porous vessels in diagonal and/or radial pattern, vessels in radial multiples of 4 or more cells, simple perforation plate, alternate intervessel pits; distinct borders of vessel-ray pits, similar with those of intervessel pits in size and shape throughout the ray cell, and septate fibers with simple pits to minutely bordered pits which are common in radial and tangential walls. Based on the fiber length and the derived values of fiber dimension, some species are classified into Quality Class II and III, and the rest of them are classified into Quality Class II or III for pulp and paper manufacturing. Based on general characteristics, commonly Apocynaceae can be used as handicrafts raw material. Based on the fiber quality, some species which are classified into Quality Class II, are predicted to have potential as pulp and paper material with medium quality
    corecore