4 research outputs found
Sinkronisasi Propeller dengan Mesin Induk pada Kapal Ikan untuk Meningkatkan Efisiensi dan Kinerja
Pemilihan dan penempatan sistem penggerak kapal ikan tradisional baik ukuran kecil (sampan) maupun ukuran besar (30 GRT), lebih banyak ditentukan oleh faktor kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat. Akibatnya, tidak adanya sinkronisasi kerja yang efektif antara lambung kapal dengan sistem penggeraknya. Pengaruh yang ditimbulkannya akan mengakibatkan kerugian, diantaranya : pemborosan bahan bakar, vibrasi, umur pakai mesin pendek, waktu tempuh lebih lama dan olah gerak kapal tidak bagus. Sinkronisasi antara lambung kapal, mesin penggerak utama serta propeller merupakan tahapan penentu dalam perancangan ataupun pembuatan suatu kapal. Dalam tulisan ini, hal tersebut akan dibahas dengan suatu metode yang cukup akurat untuk menentukan pemilihan propeller, terutama untuk kebutuhan kapal-kapal ikan. Metode yang digunakan adalah metode faktor beban propeller dan factor beban mesin untuk mengukur sinkronisai antara propeller dengan mesin kapal
Analisa Pengaruh Rasio Ukuran Utama Kapal terhadap Effisiensi Energi Terbuang Propeller pada Kapal Single Screw dengan Menggunakan Metode Analysis Jalur
Tulisan ini membahahas tentang hubungan antara rasio dimensi kapal (L/B, B/T) terhadap energi yang didapatkan dari pemakaian vane-turbin di slipstream propeller. Data yang digunakan berdasar pada hasil statistic (numeris) dan pengujian model kapal. Hubungan antara data dapat dihitung dengan perhitungan kontribusi dari variabel penyebab, variable pengaruh yang ditargetkan baik secara langsung maupun tidak langsung ke variable lainnya dan ini akan diuji dengan menggunakan analisis jalur. Dengan menggunakan koefisien jalur, maka dapat dimungkinkan untuk menunjukkan variable-variabel mana yang menjadi kontribusi utama efisiensi yang didapatkan. Analisis data dari perangkat lunak Microsoft Excell digunakan untuk pendekatan perhitungan. Hasilnya, bahwa L/B dan CT secara tidak langsung mempengaruhi effisiensi yang didapatkan oleh vane-turbin untuk memperkecil energy terbuang propeller
Karakteristik Sea Keeping Kapal Angkut Ikan 60 GT di Sebaran Wilayah Perikanan Perairan Indonesia
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan lokasi pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Ini sesuai Keputusan Menteri (Kepmen) No.51 Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan yang bertujuan untuk mengembangkan jaringan konektivitas hasil tangkapan ikan nelayan untuk dikelola mulai pendaratan, penyimpanan hingga pemasarannya. Selama ini hasil tangkapan ikan dari nelayan hanya dipasarkan pada area terbatas yang dikarenakan sarana transportasi kapal pengangkut ke area pemasaran besar yang belum memadai, misalnya kapasitas kapal angkut yang kecil juga kendala cuaca selama pelayaran sulit diatasi. Desain kapal angkut ikan ikan 60 GT, ruang muat ikan dilengkapi sistem pendingin, dapat difungsikan sebagai kapal kolektor bagi nelayan yang tersebar pada area SKPT untuk mengangkut ikan ke area pemasaran. Pada kajian ini dilakukan analisa terhadap kemampuan olah gerak (seakeeping) hasil desain kapal angkut ikan 60 GT dalam menghadapi gelombang perairan Wilayah Indonesia. Hasil kajian ini sangat diperlukan pihak operator atau kapten kapal dalam mengenal kemampuan olah gerak kapal yang dioperasikan dalam menghadapi gelombang selama berlayar dan dapat selamat dan tepat waktu sampai tujuan yang direncanakan
Strategi Penerapan Produksi Bersih Usaha Peternakan Itik Pedaging Sistem Intensif Dikabupaten Tuban
Pemerintah Daerah Kabupaten Tubantelah menetapkan pengembangan usaha
peternakan itik, dalam rangka memperluas lapangan pekerjaan, utamanya bagi
keluarga miskin dan dalam rangka meningkatkan ketersediaan bahan makanan
sumber protein hewani. Wujud penetapan pengembangan ternak itik ini adalah
dengan menganggarkan pengembangan ternak itik melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tuban.Usaha ternak itik memiliki
beberapa kelebihan antara lain: budidaya ternak itik sudah dilakukan oleh
sebagian masyarakat secara turun temurun; Ternak itik sangat adaptif dengan
lingkungan; Modal usaha peternakan itik relatif kecil; Pasar daging dan telur itik
masih potensial.
Dampak negatif dari usaha peternakan itik yang sering dikeluhkan adalah
timbulnya bau yang tidak sedap. Dampak lingkungan ini bila tidak diatasi dengan
bijaksana tentu akan menjadi konflik antar warga masyarakat. Bau yang tidak
sedap dari usaha peternakan itik berasal dari limbah yang dikeluarkannya,
berupa libah padat (feses) dan limbah cair sisa aktifitas proses budidaya.
Diperlukan menejemen pengelolaan limbah yang bersifat preventif , integratif dan
berkelanjutan (produksi bersih) yang dapat diterapkan oleh pelaku usaha
peternakan itik di Kabupaten Tuban. Tujuan dari penelitian ini antara lain,
mengevaluasi proses bididaya berdasar standard produksi bersih, menganalisis
faktor pendukung dan pengahambat dan menyusun strategi penerapan produksi
bersih dan aplikasinya untuk usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di
Kabupaten Tuban.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Trend proses budidaya usaha peternakan itik
pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban dalam menerapkan prinsip-prinsip
5-R, Kebijakan Nasional Penerapan Produksi Bersih Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH, 2003) adalah sebagai berikut: (a) Semua peternak baru
menerapkan 3 (tiga) prinsip, yakni: re-think, re-use dan re-cycle; (b) Baru
sebagian saja peternak yang telah menerapkan prinsip re-duce; (c) Tidak ada
peternak yang menerapkan prinsip re-covery.Fermentasi pakan sebagai
aktualisasi penerapan prinsip re-think dan re-duce pada proses budidaya itik
pedaging sistem intensif di kabupaten Tuban akan menghemat biaya pakan
sebesar Rp. 399.750,-/ST/ bulan. Sedang Pemanfaatan limbah padat untuk
pupuk oganik sebagai aktualisasi prinsip re-cycle akan memberikan
keuntungan/pendapatan kepada peternak sebesar Rp. 58.700,-/ST/ bulan.
Faktor pendukung usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten
Tuban dalam menerapkan produksi bersih adalah sebagai berikut:Motivasi
peternak terhadap inovasi dalam kegiatan usaha; Ketrampilan / pengalaman
peternak dalam berusaha / beternak itik; Sumber daya dan teknologi tepatguna
xi
yang sesuai dengan corak budaya setempat; Keberadaan konsumen lokal;
Adanya lembaga/OPD yang bertupoksi membina peternak dan lingkungan hidup;
Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap penerapan produksi bersih;
Penerapan produksi bersih memberikan nilai tambah dan meminimalkan dampak
lingkungan; Penerapan produksi bersih dapat memperbaiki sistem produksi dan
memperbaiki kualitas manajemen usaha; Lebih aman dari protes warga sekitar
lokasi usaha; Kesehatan peternak dan ternak itik lebih terjamin; Penerapan
produksi bersih melalui pemberian pakan berimbang berpeluang menghemat
biaya.
Faktor penghambat usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten
Tuban dalam menerapkan produksi bersih adalah sebagai berikut: Isu-isu
lingkungan dan munculnya bau tak sedap, memicu konflik di masyarakat; Alih
guna lahan menjadi pemukiman menjadikan lokasi usaha peternakan semakin
dekat dengan pemukiman; Kebijakan pemerintah yang mengharuskan semua
usaha peternakan untuk mengelola limbahnya dapat mengancam
keberlangsungan usaha; Kotoran itik cenderung basah dan berbau dari pada
kotoran ternak ruminansia; Orientasi peternak itik untuk mengolah limbah usaha
peternakannya masih rendah; Kemampuan peternak rendah dalam berinvestasi
dalam pengelolaan lingkungan; Bila musim penghujan, bau peternakan itik lebih
menyengat; Kebiasaan peternak membuang limbah disembarang tempat.
Analisis terhadap faktor pendukung dan faktor penghambat menujukkan bahwa
faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan faktor peluang lebih besar
faktor ancaman. Posisi usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di
Kabupaten Tuban dalam matrik SWOT adalah pada kuadran I dengan titik
koordinat (0,27;0,74). Hal ini menunjukkan bahwa produksi bersih pada usaha
peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban sangat besar
peluang penerapannya.
Strategi yang dirumuskan dalam memaksimalkan kekuatan dan peluang serta
sekaligus meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada adalah:
Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan konsep penerapan produksi bersih,
menejemen produksi dan pemasaran mendukung penerapan produksi bersih
dan pemberian insentif bagi peternak yang menerapkan produksi bersih;
mengintensifkan forum komunikasi; Pelatihan pengelolaan sumberdaya;
mengintensifkan peran lembaga/OPD dan terakhir adalah Pemberian HGU untuk
kampung ternak( agroindustrial estate