21 research outputs found

    Iodisasi Garam: Kadar Iodium Dan Stabilitas Fisika Berbagai Bentuk Iodisasi Garam

    Full text link
    Iodisasi garam telah lama dilakukan di Indonesia sejak PELITA II. Salah satu alternatif penambahan iodium ke dalam garam adalah dalam bentuk mikrokapsul. Penelitian ini bertujuan meneliti kandungan berbagai jenis iodium dalam garam dari berbagai pasar dan mengukur waktu melarut bagi garam bila ditambahkan berbagai bentuk penyampaian iodium yakni mikrokapsul iodium, iodium dalam larutan garam jenuh dan larutan iodium dalam air suling. Ketiga bentuk penyampaian iodium ke dalam garam ini ditambahkan pada garam dan partikel garam tersebut, kemudian digantung dengan kawat wolfram dalam desikator yang berisi uap air jenuh. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis garam yang dijual di pasar di Bogor 6 dari 10 merek dagang mengandung iodium kurang dari 40ppm. Garam dengan kadar iodium 40ppm atau lebih adalah garam dengan merek dagang Miwon, Putri Duyung, Hero dan Doplin. Larutan iodium dalam air suling yang ditambahkan ke partikel garam menyebabkan garam melarut setelah 2 jam 40 menit, larutan garam jenuh setelah 3 jam 5 menit dan mikrokapsul iodium setelah lebih dari 5 jam. Garam yang ditambahkan mikrokapsul garam relatif lebih tahan terhadap stres dari uap air dalam lingkungannya

    Komposisi Gizi Dan Daya Terima Makanan Terapi: Ready to Use Therapeutic Food Untuk Balita Gizi Buruk (Nutrition Composition and Acceptance Test of Ready to Use Therapeutic Food for Severe Malnourished Children)

    Full text link
    Severe malnourished children need special diet which is nutritious, easily digested, and safe to improve their nutritional status. The diet could be Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF), composed by highly digestible component such as milk, vegetable oil, sugar, vitamines, minerals, and indigenous food such as peanut, mungbean and tempeh powder. This study was aimed to examine the nutrients content and the sensory quality of local RUTF. The method utilised were acceptability test on severe malnourished children, chemical analyses to identify nutrient content and safety analysis towards microbial and heavy metal contaminants. The results showed that RUTF contained energy ranging from 521 kcal /100 g to 530 kcal/100 g, and protein ranging from 14,1 g/100 g to 16,9 g/100g. The RUTF was acceptable by malnourished children under five years old

    Pengaruh Proses Pemasakan terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian pengaruh proses pemasakan terhadap komposisi zat gizi beberapa bahan pangan sumber protein baik hewani maupun nabati. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat apakah proses pemasakan yaitu perebusan dan penggorengan mempengaruhi kandungan zat gizi bahan pangan tersebut. Bahan pangan yang akan dijadikan sampel adalah daging ayam segar, ikan kembung segar, tempe dan tahu.yang dibeli dari pasar tradisional di Kota Bogor. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Dari ke-4 macam bahan pangan yang dicoba, dibagi menjadi 3 bentuk perlakuan yaitu bentuk segar, direbus dan digoreng sehingga jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 12 sampel. Metode yang digunakan adalah: analisis kadar air menggunakan metode oven (Thermogravimetri), kadar abu menggunakan metode tanur, kadar protein dengan metode Kjeldahl dan kadar lemak dengan metode Soxhlet. Hasil analisis memperlihatkan bahwa proses pemasakan bahan pangan dengan menggunakan panas menyebabkan penurunan kadar zat gizi bahan pangan tersebut dibandingkan bahan mentahnya. Tinggi atau rendahnya penurunan kandungan gizi suatu bahan pangan akibat pemasakan tergantung dari jenis bahan pangan, suhu yang digunakan dan lamanya proses pemasakan. Proses menggoreng menyebabkan penurunan kandungan gizi yang sangat signifikan karena penggorengan menggunakan suhu yang tinggi sehingga zat gizi seperti protein mengalami kerusakan. Sedangkan proses perebusan menyebabkan berkurangnya kandungan zat gizi karena banyak zat gizi terlarut dalam air rebusan. Walaupun demikian hal terpenting dalam pengolahan bahan pangan agar bahan pangan bernilai gizi tinggi dan aman dikonsumsi.Kata Kunci : bahan pangan, pengolahan, pemasakan, komposisi gizi AbstractHas conducted research on the effect of the cooking process nutrient composition few food sources of protein, both animal and vegetable. The aim of this study was to see whether the cooking process is boiling and frying influence the nutrient content of foodstuffs. Foodstuffs to be sampled are fresh chicken meat, fresh mackerel, Tempe and Tofu were purchased from traditional markets in Bogor. Analysis is conducted analysis of water content, ash content, protein content and fat content. Of the four kinds offoodstuffs were tested, divided into three forms of treatment that is the form of fresh, boiled and fried so that the number of samples analyzed a total of 12 samples. The method used is: analysis of water content using the oven method (Thermogravimetri), ash content using the furnace method, protein content by Kjeldahl method and the fat content by Soxhlet method. The analysis showed the cooking process of food causes a decrease in the levels of nutrients in food than the raw material. High or low nutrient levels decrease due to cooking depending on the type of food, the temperature and the longer the cooking process. Frying process causes a decrease in nutrient content were highly significant because the frying uses high temperatures so that nutrients such as protein damage. While the boiling process leads to reduced nutrient content because many nutrients dissolved in boiling water. However the most important thing in food processing so that food of high nutritional value and safe for consumption.Keywords : food, processing, cooking, nutritional compositio

    Dampak Kekurangan Gizi Terhadap Kecerdasan Anak SD Pasca Pemulihan Gizi Buruk

    Full text link
    Kurang gizi pada usia dini dapat mengganggu pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan anak. Untuk mempelajari dampak gizi buruk masa lalu terhadap keragaan fisik dan kecerdasann anak telah dilakukan penelitiaan pada 31 anak usia 6-9 tahun sebagai sampel dan 31 anak sebagai pembanding. Sampel adalah anak yang pada usia terendah 8 bulan dan tertinggi 2 tahun 9 bulan diketahui menderita gizi buruk dan telah mengikuti pemulihan gizi buruk di Klinik Gizi Bogor selama 6 bulan. Pembanding adalah anak yang berpasangan dalam umur dan jenis kelamin dengan sampel dan tinggal dalam lingkungan yang sama serta memiliki status gizi baik berdasarkan pengukuran antropometri tahun 1991/1992. Pembanding diketahui belum pernah mengalami kekurangan gizi hingga berusia 3-5 tahun berdasarkan KMS yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IQ pada kelompok sampel adalah (80.1-11.8) dan pada kelompok pembanding adalah 93.8-9.9) yang berbeda dengan p<0.001. Dari penelitian ini diketahui bahwa rata-rata IQ anak yang pernah mengalami gizi buruk pada usia dini lebih rendah 13.7 poin dibandingkan anak yang tidak pernah mengalami gangguan gizi

    Status Gizi dan Kesehatan Murid-murid di Empat Sekolah Dasar Idt Bengkulu Setelah Enam Bulan Program Pmt-as

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian tentang status gizi dan kesehatan murid-murid sekolaah dasar di beberapa desa yang termasuk Inpres Desa Tertinggal (IDT) di Bengkulu, setelah enam bulan program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) berjalan. Maksud dan tujuan dari program PMT-AS yang secara nasional dimulai pada tahun 1996/1997 di desa-desa IDT untuk di luar Jawa dan Bali adalah untuk meningkatkan ketahanan fisik anak Sekolah Dasar melalui perbaikan keadaan gizi dan peningkatan kesehatan. Adapun tujuan penelitian ini yang berkaitan dengan program PMT-AS yaitu untuk mengetahui gambaran status gizi dan kesehatan murid-murid di empat Sekolah Dasar pada desa-desa IDT di Bengkulu setelah makanan tambahan dalam program PMT-AS diberikan selama enam bulan. Empat Sekolah Dasar dipilih secara purposive, dan responden penelitian adalah murid kelas 1 sampai kelas 6. berhasil diperiksa 543 murid dari empat sekolah dasar dan tidak ditemukan perbedaan yang nyata status gizi dengan menggunakan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB antara awal dan akhir penelitian (p>0.05). Demikian juga konsumsi zat-zat gizi energi dan protein ditemukan tidak berbeda nyata pada awal dan akhir penelitian (p>0.05). Gejala penyakit yang banyak diungkapkan oleh murid-murid yaitu batuk pilek, panas dan penyakit kulit

    Pengaruh Pemulihan Gizi Buruk Rawat Jalan secara Komprehensif terhadap Kenaikan Berat Badan, Panjang Badan, dan Status Gizi Anak Batita (Efects Of Comprehensive Outpatient Care On Weight And Height Increament, And Nutritional Status Among Severely Malno

    Full text link
    Background: Outpatient care is a new approach for severely acute malnourished children while the other is inpatient care. To increase and optimalize outpatient care at Nutrition Clinic in Center for R&D in Nutrition and Food (CRDNF) Bogor, the comprehensively treatment was performed including health, nutrition and caring practices. Objectives: To analyse weight and height increament and the nutritional status of under-three years children during outpatient care of severely malnourished children. Methods: An intervention study was implemented to severely malnourished children who participating in a 6 months outpatient care at Nutrition Clinic in CRDNF, Bogor. The comprehensive treatments were: curing the illness, nutrition and health counseling, gradually dietary treatment, caring guidance. The control groups were treated as the regular treatment of the clinic, including curing the illness, nutrition and health counseling and skim milk ration. Results: The average weight increament among comprehensive group significantly higher than those of reguler group, that was 1.39 ± 0.66 kg and 0.80 ± 0.40 after 3 months (p=0.001) and at the end of out patient care was increased 2.02 ± 0.85 kg and 1.39 ± 0.52 consecutively (p=0.008). No different was found on the increament of childs length/height after 6 months out patient care, that was 4.0 ± 2.0 cm dan 4.1 ± 1.3 cm (p=0.806). After 3 months, 58.3% of comprehensive group and 22.7% of reguler group increased their weight by >15%, and to 73.9% and 50% after 4 months intervention. Based on W/H category, 79.2% of the comprehensive groups were severe wasting while in reguler group 59.1% and the rest were wasting at the beginning of the study. After 3 months intervention, 50% of the comprehensive group and 27.3% of the reguler group were normal and by the end increased to 73.9% and 33.3%. Conclusion: The increament of weight and the nutritional status improvement was much better among comprehensive care than that of the regular care. [Penel Gizi Makan 2010, 33(2): 125-137
    corecore