19 research outputs found

    Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Studi Kasus : Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

    Full text link
    Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat memiliki laju pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan pembangunan yang meningkatkan aktifitas masyarakat. Hal ini menyebabkan sampah yang dihasilkan terus bertambah, selain itu juga permasalahan terhadap pengelolaan sampah dari hulu yaitu kurangnya reduksi sampah menyebabkan penumpiukan sampah di TPA. Hal ini disebabkan belum adanya pengelolaan dengan baik yaitu hanya kumpul, buang, dan angkut; maka dari itu perlu dilakukan perencanaan mengenai sistem pengelolaan persampahan yang dapat mereduksi sampah dari hulu. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu di Kelurahan Palabuhanratu merupakan pendekatan sistem yang dapat dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah persampahan. Pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Palabuhanratu saat ini masih bertumpu pada pola lama, yaitu sampah dikumpulkan dari sumbernya, ada yang diangkut ke TPS dan juga langsung dibuang ke TPA. Namun di Kelurahan Palabuhanratu memiliki Bank Sampah yang bertujuan untuk mengurangi sampah dari sumbernya yaitu Bank Sampah Ratu Indah. Walaupun memiliki Bank Sampah tersebut, dapat membantu mengurangi sampah dari hulu namun wilayah pelayanannya yang masih terbatas tidak dapat membantu mengurangi sampah dari hulu secara signifikan di Kelurahan Palabuhanratu. Konsep pengelolaan sampah terpadu (TPS 3R) dapat diintegrasikan dengan bank sampah sehingga sampah yang akan dibuang ke TPA akan menjadi lebih sedikit dan juga memiliki nilai ekonomis

    Export Taxes and Trade Pattern: Case From the Indonesian Mineral Industry

    Full text link
    The Indonesian government adopted mineral export taxes by imposing a high tariff on raw materials while waiving tariffs on processed products. Tariffs decreased following the progress of refinery plant construction. Based on the fixed effects panel regression at the commodity-country-pair level, this study finds that the export taxes system negatively reduces raw material export while increasing processed mineral export. Tariff stratification on mineral commodities distorts trade patterns, affecting business orientation in upstream and downstream sectors. Furthermore, tier tariff significantly elevates the export quantity of downstream products compared to flat export taxes, directly proportional to export value. Export contraction of raw materials resulted from tier tariff slightly lower than the flat type but with a higher exports performance of processed products. The shifting phenomena to the value-added industry indicate an effort for export taxes evasion. This finding is reinforced by the massive investment inflow in the mineral processing sector. Meanwhile, the exporter manufacturing industry positively correlates with the export performance of processed products and a negative direction with raw material, which aligns with the main finding

    Paket Pelatihan Coping Self-Talk Bagi Calon Konselor

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan paket pelatihan coping self-talk bagi calon konselor yang mempunyai akseptabilitas tinggi, yaitu memenuhi kriteria ketepatan, kegunaan, kemudahan, kemenarikan, dan kejelasan. Penelitian ini menggunakan desain dan prosedur penelitian pengembangan yang diadaptasi dari Borg & Gall. Pengujian bahan pelatihan dilakukan dengan uji ahli dan uji lapangan. Dua ahli bimbingan dan konseling dan seorang ahli media pembelajaran diminta untuk memvalidasi paket pelatihan. Berikutnya, seorang dosen dan sepuluh mahasiswa BK terlibat dalam pengujian kelompok kecil. Setelah dilakukan revisi produk yang diperlukan, pengujian lapangan operasional dilakukan oleh seorang dosen dan 39 mahasiswa BK lainnya. Serangkaian uji coba tersebut menghasilkan produk paket pelatihan coping self-talk yang memiliki kriteria sangat tepat, sangat berguna, sangat mudah, sangat menarik, dan sangat jelas

    Hubungan Kelentukan Otot Pinggang dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Cut Back Selancar Klub Canggu Surf Community 2021

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan antara kemampuan kelentukan otot pinggang terhadap kemampuan cut back selancar, (2) hubungan antara kemampuan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan cut back selancar, dan (3) hubungan secara bersama-sama kelentukan otot pinggang dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan cut back selancar. Penelitian ini merupakan penelitian hubungan berganda dengan metode tes dan pengukuran. Populasi diambil dari klub canggu surf community yang berjumlah 20 orang. Data berupa hasil kelentukan otot pinggang, kekuatan otot tungkai dan kemampuan cut back. Data yang diperoleh diuji menggunakan program computer SPSS 16. Sampel yang digunakan adalah teknik “population study” yaitu menggunakan seluruh populasi langsung dijadikan sampel. Instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan tes dan pengukuran kelentukan otot pinggang, kekuatan otot tungkai, dan kemampuan cut back selancar. Data hasil penelitian menggunakan hubungan product moment dan hubungan berganda. Hasil analisis data diperoleh 1) besarnya hubungan antara korelasi kelentukan otot pinggang terhadap kemampuan cut back selancar r hitung sebesar 0,604 > r tabel 0,444, 2) besarnya hubungan antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan cut back selancar r hitung sebesar 0,614 >  nilai r tabel 0,444, dan 3) Besarnya hubungan secara bersama-sama kelentukan otot pinggang dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan cut back selancar sebesar 0,620 dan nilai f change sebesar 0,016 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Ada hubungan secara signifikan antara kelentukan otot pinggang dengan kemampuan cut back selancar, 2) Ada hubungan secara signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan cut back selancar, 3) Ada hubungan antara kelentukan otot pinggang dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan cut back selancar

    Pengaruh Latihan Lari Amplop terhadap Kelincahan Atlet Shorinji Dojo Weleng Manggarai

    Full text link
    Kelincahan merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi atlet Shorinji Kempo, maka diperlukan metode pelatihan tentang kelincahan melalui gerakan-gerakan yang lebih efektif. latihan lari amplop merupakan latihan untuk meningkatkan kelincahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan lari amplop dalam meningkatkan kelincahan atlet Shorinji Kempo Dojo Weleng Mangarai. Jenis penelitian ekperimental dengan rancangan randomized pre-test and post-test with control groups design. Subjek penelitian adalah atlet Shorinji Kempo Dojo Weleng Mangarai yang berjumlah 20 orang dan dibagi dalam dua kelompok yang berbeda. Kelompok Perlakuan diberikan pelatihan lari amplop dan kelompok Kontrol diberikan pelatihan lari bolak Balik, frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Pengukuran kelincahan menggunakan shuttle run test dengan satuan detik. Hasil penelitian pada kedua kelompok didapatkan rerata kelincahan sebelum pelatihan lari amplop 15,145±0,999 detik, sedangkan sesudah pelatihan lari amplop menjadi 13,050±0,609 detik. Rerata kelincahan sebelum pelatihan lari bolak Balik 15,405±1,037 detik, sedangkan sesudah pelatihan lari bolak Balik menjadi 14,220±0,646 detik. Uji beda rerata peningkatan keseimbangan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol dengan menggunakan independen t-test pada data posttest kedua kelompok menunjukkan bahwa p = 0,001 (p<0,05). Disimpulkan bahwa Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol sama-sama memberi efek peningkatan kelincahan (p<0,05) dan Kelompok Perlakuan lebih meningkatkan kelincahan daripada Kelompok Kontrol pada atlet Shorinji Kempo Dojo Weleng Mangarai. Saran dalam penelitian ini diharapkan para pelatih dapat memberikan pelatihan secara benar dan menggunakan metode monitoring evaluasi untuk meningkatkan pencapaian prestasi atlet

    Kemampuan Sepak Sila dalam Sepak Takraw pada Siswa Kelas X MIPA-4 SMA Negeri 2 Abiansemal

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan “Bagaimanakah Kemampuan Sepak Sila Dalam Sepak Takraw Pada Siswa Kelas X MIPA-4 SMA Negeri 2 Abiansemal Tahun Pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Adapun informan dalam penelitian ini adalah 6 informan yang terdiri dari 5 siswa kelas X MIPA-4 dan 1 informan guru penjaskes kelas X MIPA-4 SMA Negeri 2 Abiansemal. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini pengamatan dan perhitungan langsung, data skunder yang digunakan yaitu data wawancara dan kuesioner. Teknik pengumpulan data menggunakan triangulasi yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner. Adapun analisis data yang digunakan yaitu analisis Miles dan Huberman yaitu analisis data model interaktif yang melalui langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belum maksimalnya kemampuan siswa dalam gerak dasar sepak sila yaitu kurang maksimal (cukup). Dari data observasi ditemukan siswa dengan kategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), kategori baik sebanyak 23 siswa (63%), kategori cukup sebanyak 11 siswa (13%), kategori kurang sebanyak 0 siswa (0%). Hasil data wawancara menunjukan adanya faktor penghambat suatu proses pembelajaran mengakibatkan kemampuan gerak dasar sepak sila belum maksimal (cukup). Hasil data Kuesioner menunjukan data persentase dengan kategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), kategori baik sebanyak 34 siswa (100%), kategori cukup sebanyak 20 siswa (0%), kategori kurang sebanyak 0 siswa (0%)

    Chloroquine or sulfadoxine-pyrimethamine for the treatment of uncomplicated, Plasmodium falciparum malaria during an epidemic in Central Java, Indonesia

    Get PDF
    A recent malaria epidemic in the Menoreh Hills of Central Java has increased concern about the re-emergence of endemic malaria on Java, which threatens the island's 120 million residents. A 28-day, in-vivo test of the efficacy of treatment of malaria with antimalarial drugs was conducted among 16 7 villagers in the Menoreh Hills. The treatments investigated, chloroquine (CQ) and sulfadoxine pyrimethamine (SP), constitute, respectively, the first- and second-line treatments for uncomplicated malaria in Indonesia. The prevalence of malaria among 1389 residents screened prior to enrollment was 33%. Treatment outcomes were assessed by microscopical diagnoses, PCR-based confirmation of the diagnoses, measurement of the whole-blood concentrations of CQ and desethylchloroquine (DCQ), and identification of the Plasmodium falciparum genotypes. The 28-day cumulative incidences of therapeutic failure for CQ and SP were, respectively, 47% (N = 36) and 22% (N = 50) in the treatment of P. falciparum, and 18% (N = 77) and 67% (N = 6) in the treatment of P. vivax. Chloroquine was thus an ineffective therapy for P. falciparum malaria, and the presence of CQ-resistant P. vivax and SP-resistant P. falciparum will further compromise efforts to control resurgent malaria on Java

    Chloroquine or sulfadoxine-pyrimethamine for the treatment of uncomplicated, Plasmodium falciparurn malaria during an epidemic in Central Java, Indonesia

    Get PDF
    A recent malaria epidemic in the Menoreh Hills of Central Java has increased concern about the re-emergence of endemic malaria on java, which threatens the island \u27s 120 million residents. A 2R-uay, in-vivo test of the efficacy of treatment of malaria with antimalarial drugs was conducted among 167 villagers in the Menoreh Hills. The treatments investigated chloroquine (CQ) and sulfadoxine- pyrimethamine (SP) , constitute, respectively, the first- and second -line treatments for uncomplicated malaria in Indonesia. The prevalence of malaria among 1389 residents screened prior to enrollment was 3.l%. Treatment outcomes were assessed by microscopical diagnoses, PCR-based confirmation of the diagnoses, measurement or the whole -blood concentrations of CQ and descthylchloroquine (DCQ) , and identification of the Plasmodium falciparum genotypes. The 28-day cumulative incidences of therapeutic failure for CQ and SP were, respectively, 47% (N= 36) and 22% (N = 50) in the treatment of P. falciparum and 18%( N = 77) and 67% (N = 6) in the treatment of P. vivax. Chloroquine was thus an ineffective therapy for P. falciparurn malaria, and the presence of CQ- resistant P. Vivax and SP-resistant P. falciparum will further compromise efforts to control resurgent malaria on Java
    corecore