28 research outputs found
Karakteristik Minyak Atsiri Daun Melaleuca leucadendra L. dari Empat Lokasi yang Berbeda Di Kabupaten Paser Kalimantan Timur
Cajuput oil, which comes from the Melaleuca, is one of the NTFPs that is widely used for various health or pharmaceutical products so that it is a product that is in great demand. This study aimed to measure the yield and analyze the physical properties of M. leucadendra L. essential oil which comes from Paser, East Kalimantan. Samples were taken from 4 different locations, namely Rantau Panjang, Jone, Padang Pangrapat and Pondong Baru. Essential oils were obtained from distillation process using the water and steam method. The physical characteristics of essential oils were analyzed including visual color and refractive index using a hand refractometer. The results of M. leucadendra L. oil distillation from 4 locations, namely Rantau Panjang, Jone, Padang Pangrapat and Pondong Baru. showed the various yields, among others, 0.030%, 0.066%, 0.104% and 0.031%. The color of the essential oil observed also varied from yellow to orange and the refractive index range obtained was 1,429-1,450. The results of this study have the potential as a new source of cajuput oil originating from East Kalimantan, however further research is needed to find out about the appropriate distillation technique in order to increase the yield of M. leucadendra essential oil
Karakteristik dan Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri Daun Actinodaphne borneensis Terhadap Mikroorganise Penyebab Karies Gigi
Pencarian bahan alami sebagai alternatif pengobatan terhadap infeksi penyebab karies gigi terus dilakukan, salah satunya yaitu menggunakan minyak atsiri. Actinodaphne borneensis merupakan spesies tumbuhan hutan penghasil minyak atsiri dari famili Lauraceae yang tersebar luas di hutan Borneo khususnya Kalimantan Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik minyak atsiri daun A. borneensis yang dihasilkan dan mengetahui potensi aktivitas antimikroba terhadap bakteri dan jamur penyebab karies gigi. Minyak atsiri daun A. borneensis diisolasi dengan distilasi water and steam distillation. Minyak atsiri yang diperoleh diuji sifat fisik dan dilakukan identifikasi senyawa penyusunnya menggunakan GC-MS. Aktivitas antimikroba diuji menggunakan metode difusi agar dengan konsentrasi uji 100%, 10% dan 1%. Empat mikroorganisme uji yang digunakan antara lain bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus dan jamur Candida albicans. Hasil karakteristik minyak atsiri yang dihasilkan menunjukkan rendemen sebesar 0,1507%, berwarna kuning, nilai indeks bias 1,441 dan larut dalam alkohol 1:2,4 bagian. Berdasarkan hasil analisis GC-MS menunjukkan komponen kimia penyusun minyak atsiri yang mendominasi diantaranya spathulenol, β-ocimene, (+)-aromadendren, D-limonene dan epiglobulol. Aktivitas antimikroba tumbuhan A. borneensis berpotensi dapat menghambat pertumbuhan S. aureus, S. mutans, S. sobrinus dan C. albicans, dengan zona hambat masing-masing 15,11, 19,78, 20,56, dan 16,77 mm
UJI POTENSI EKSTRAK DAUN TANAMAN KETEPENG (Cassia alata L) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Ralstonia solanacearum dan Streptococcus sobrinus
Ketepeng (Cassia alata L.) was a group of plants included in the Magnoliophyta division which can be found in tropical or subtropical areas. The purpose of this study was to determine the potential of Ketepeng leaves to inhibit the growth of R. solanacearum and S. sobrinus bacteria. The method used in this study is agar well diffusion with 3 replications. The sample used was Ketepeng leaf extract with several concentrations of 0.5%, 1%, 2%. Positive controls in this study were Chloramphenicol and negative control of 40% ethanol. The variables calculated are the calculation of water content, percentage of yield and percentage of area diameter barriers (DDH). In addition, the DDH results show the ethanol extract of Ketepeng leaves at concentrations of 0.5% and 1% not able to inhibit the growth of R. solanacearum, but at a concentration of 2% able to inhibit R.solanacearum with a diameter of 11,7 mm and the ethanol extract of Ketepeng leaves at concentrations was able to inhibit the growth of S. sobrinus bacteria with the highest diameter of 16 mm at a concentration of 2%.
Sifat Fisiko-Kimia dan Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri Tumbuhan Actinodaphne glomerata
Tanaman penghasil minyak atsiri berjumlah 160-200 jenis yang tergolong dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Rutaceae, Zingiberaceae, Myrtaceae dan Umbelliferae. Bagi manusia minyak atsiri digunakan dalam industri kosmetik, industri makanan, dan industri farmasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik minyak atsiri dan potensi aktivitas antimikroba minyak atsiri yang berasal dari tumbuhan Actinodaphne glomerata yang tergolong dalam genus Actinodaphne. Penelitian ini meliputi analisis karakteristik minyak atsiri, uji antimikroba dengan metode difusi untuk menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) minyak atsiri tumbuhan Actinodaphne. Karakteristik minyak dianalisis dengan rendemen, warna, indeks bias dan kelarutan dalam alkohol, dan analisis komponen kimia dengan Gas Cromatography and Mass Spectroscopy (GC-MS). Uji antimikroba dengan konsentrasi 100%, 10% dan 1% pada jamur Candida albicans, bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus. Penyulingan uap dan air menghasilkan minyak daun A. glomerata seberat 6.1887 gram. Hasil karakteristik minyak atsiri daun A. glomerata sebagai berikut rendemen 0.2283%, berwarna kuning pucat, nilai indeks bias 1.421 dan larut dalam alkohol 1:1.2 bagian. Hasil analisis GC-MS minyak atsiri daun A. glomerata menunjukkan 26 puncak dengan komponen utama linoleic acid chloride, stigmast-5-en-3-ol (3.β) dan spathulenol. Hasil pengujian antimikroba menunjukkan bahwa A. glomerata memiliki nilai KHM 1% dan KBM 100%
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bakau (Rhizophora mucronata) dalam Menghambat Pertumbuhan Ralstonia solanacearum Penyebab Penyakit Layu
R. mucronata telah banyak digunakan sebagai tanaman obat-obatan tradisional karena mampu menghasilkan metabolit sekunder seperti tanin, alkaloid, terpenoid, sapponin dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi bagian tanaman daun dan kulit batang sebagai penghambat bakteri R. solanacearum, dengan konsentrasi 5000 ppm, 10000 ppm dan 20000 ppm, kontrol positif (Chlorampenicol), kontrol negatif (Etanol). Metode yang digunakan untuk uji daya hambat menggunakan metode difusi agar sumuran. Hasil penelitian menunjukan faktor kelembaban daun R. mucronata (0.33g) kulit batang (0.58g). Hasil rendemen ekstrak daun (17.61%) kulit batang (7.85%). Persentase penghambatan menunjukkan bahwa ekstrak daun R. mucronata memiliki daya hambat terhadap R. solanacearum pada konsentrasi 20000 ppm dan 10000 ppm masing-masing 31% dan 29%, namun disisi lain pada daun R. mucronata konsentrasi 5000 ppm tidak ada aktivitas daya hambat. Pada sampel yang berbeda Kulit batang R. mucronata menunjukkan adanya aktivitas daya hambat pada konsentrasi 5000 ppm, 10000 ppm dan 20000 ppm dengan nilai persentase secara berturut-turut 34%, 39%, dan 44%.