8 research outputs found

    The Easiness and Side Effect Using New Inserter (R_inserter) for Insertion of CuT-380A IUD During Postpartum Periods

    Get PDF
    Background of this study is the fact that the rate of IUD use in Indonesia is relatively low at 7.2% among all contraceptive users. The standard insertion of IUD should be a no touch and withdrawal technique. With the conventional inserter this IUD is not able to use during postpartum period. The new inserter should be devised. Objective of the study was to find out whether the new R_inserter could be used to insert IUD during postpartum period in no touch and withdrawal technique easily and to find out side effects and complication that might occur. Design for this study was phase II clinical trial, post test observation. During 9 months period of study has recruited as many as 142 clients who meet the eligibility criteria. Mean duration of insertions was 3,89 ±2,08 minutes, with the minimum 2 minutes and the maximum 10 minutes. No difficulties were perceived by insertors. Cumulative expulsion rates were 9.9% and 10.6% for 3 and 6 months respectively. Continuation rates were 89.4% and 86.6% for 3 and 6 months respectively. No perforations, no pregnancy was found during this study. The conclusion is the new R_inserter could be used easily for CuT insersions. The highest incidence rates are expulsion occured in the first month after insersions

    Kemudahan dan Efek Samping Penggunaan Inserter Baru (R_inserter) Untuk Pemasangan IUD CuT-380A Pascasalin

    Get PDF
    Latar belakang penelitian ini didasari oleh penggunaan IUD di Indonesia yang relatif rendah yakni 7,2% dari seluruh pemakaian alat kontrasepsi. Selama ini pemasangan IUD yang baku adalah mengunakan prinsip ”no touch and withdrawl technique”. IUD pascasalin yang sekarang digunakan adalah IUD biasa dimana panjang insertor tidak sesuai dengan kedalaman rongga rahim sehingga prinsip di atas tidak bisa dilakukan, dan keadaan ini  dapat meningkatkan risiko infeksi. Oleh karena itu penulis berusaha membuat insertor baru yang sesuai dengan kedalaman uterus pascasalin. Tujuannya untuk mengetahui apakah IUD R_inserter baru ini bisa dipasang secara no touch dan withdrawl technique dengan mudah dan untuk mengetahui efek samping yang terjadi. Metode yang digunakan merupakan Uji klinis fase II, post test observation. Selama kurun waktu 9 bulan pengamatan diperoleh 142 klien yang memenuhi kriteria penelitian. Lama pemasangan rata-rata adalah 3,89 ± 2,08 menit dengan minimum 2 menit dan maksimum 10 menit. Tidak ada kesulitan yang dirasakan. Secara kumulatif kejadian ekspulsi dalam 3 dan 6 bulan masing-masing 9,9% dan 10,6%. Kejadian seperti nyeri, perdarahan dan infeksi relatif lebih kecil dan dapat diatasi. Angka kelangsungan selama 3 dan 6 berturut turut adalah 89,4% dan 86,6%. Tidak dijumpai perforasi dan kehamilan pada penelitian ini. Adapun kesimpulan yang bisa didapat dari IUD R_Inserter baru dapat dipasang dengan mudah. Angka kejadian tertinggi adalah ekspulsi terjadi dalam satu bulan pertama pasca pasang.Kata kunci: R_inserter, ekspulsi, angka kelangsungan. [The Easiness and Side Effect Using New Inserter (R_inserter) for Insertion of CuT-380A IUD During Postpartum Periods].The Background this study because the rate of IUD use in Indonesia is relatively low at 7.2% among all contraceptive user. The standard insertion of IUD should be a no touch and withdrawal technique. With the conventional inserter this IUD is not able to be used during postpartum period. The new inserter should be devised. Objectives spesific To find out whether the new R_inserter could be used to insert IUD during postpartum period in no touch and withdrawal technique easily and to find out side effects and complication that might occur. Study design for this riset phase II clinical trial, post test observation. During 9 months period of study has recruited as many as 142 clients who meet the eligibility criteria. Mean duration of insertions was 3,89 ± 2,08 minutes, with the minimum 2 minutes and the maximum 10 minutes. No difficulties were perceived by insertors. Cumulative expulsion rate were 9.9% and 10.6% for 3 and 6 months respectively. Continuation rates were 89.4% and 86.6% for 3 and 6 months respectively. No perforations, no pregnancy was found during this study and the conclusion is the new R_inserter could be used easily for CuT insersions. The highest incidence rates are expulsion occured in the first month after insersions.Keywords: R_inserter, expulsion, continuation rate

    PROMOSI DESA MENGESTA MELALUI VIDEO BRANDING DENGAN PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL

    Get PDF
    Desa Mengesta adalah sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.Desa Mengesta memiliki potensi wisata yang cukup menonjol dengan keasrian alamnya serta pengalaman yang diberikan. Adapun berbagai ragam tempat wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan seperti Air Panas Sahabat Piling dan Belulang. Terlepas dari keindahan yang dimiliki, Desa Mengesta masih belum banyak diketahui oleh warga lokal ataupun wisatawan asing. Dengan itu, upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan wisata dari Desa Mengesta yakni dengan melakukan pembuatan video branding bersama masyarakat Desa Mengesta serta Mahasiswa KKN UNDIKNAS yang bertujuan untuk mengajak wisatawan agar berkunjung dan tetap menjaga keindahan serta keasrian alam dari Desa Mengesta, video ini dipublikasikan di media sosial

    PKM DENGAN TIM PENGEMBANGAN DESA WISATA DALAM PERENCANAAN MASTERPLAN INFRASTRUKTUR EKOWISATA DI DESA BESANG KAWAN, KELURAHAN SEMARAPURA KAJA

    No full text
    Tourism plays a role in accelerating the process of economic transformation in rural areas. Village communities who initially worked as farmers were gradually able to learn to develop services to support tourism in a village. The momentum of tradition, culture and environmental exoticism can be packaged as village tourism products attractive to visitors from outside the region. Efforts to increase the number of tourist villages as an effort to move the village economy are also carried out in several villages in Bali Province. One of the village plans that will be developed as an ecotourism-based village is Besang Kawan Village which is included in the administrative area of ​​Semarapura Kaja Village. The problems faced by Partners in this case the village development team in Semarapura Kaja Village are the lack of tourism supporting infrastructure and the not yet maximized potential of Besang Kaja Village as an ecotourism village. Based on the initial survey and discussions conducted with the leaders and community of Besang Kawan Village, it is known that the village has potential in the form of religious tourism objects (Tirta Celempung Temple) and landscapes in the form of rice fields. Based on the documentation of the survey results above, information is obtained that currently, in Besang Kawan Village, there is tourism potential, and the existing infrastructure is still relatively minimal. As an initial step in the development of Besang Kawan Village as a tourist village, a jogging track is proposed that crosses the potentials of Besang Kawan Village. This jogging track will cross residential areas and rice fields. The length of the jogging track is 1878m. The design of this jogging track is paving block pavement which enhances the aesthetics of the track. At a distance of every 300m will be equipped with a rest area so that visitors can rest

    PEMBERDAYAAN KELOMPOK PENGELOLA PANTAI MERTASARI DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN REVITALISASI KAWASAN PANTAI MERTASARI SEBAGAI DAERAH EKOWISATA

    No full text
    Desa Adat Intaran mengelola Pantai Mertasari yang merupakan Objek Wisata (DTW) pesisir sejak tahun 2014. Berada di Desa Sanur Kauh yang berada di Kecamatan Denpasar Selatan. Sebagai mitra, Pengelola Wisata Pantai Mertasari dapat memberikan saran atau masukan. tentang rancang bangun, pengembangan, dan kualitas sarana penunjang wisata pantai, yang harus disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan pelaksanaan pembangunan yang akan mereka persiapkan nanti. Selain itu, diperlukan pula kontribusi kelompok masyarakat dalam mencari informasi yang dibutuhkan dalam menyusun, misalnya, informasi ukuran lokasi, titik batas kepemilikan lokasi, dan lain-lain. Masalah aksesibilitas dan parkir, perdagangan dan fasilitas perikanan, ruang terbuka publik, lapangan dan taman terbuka, dan fasilitas pendukung rekreasi adalah beberapa masalah yang dihadapi mitra di lapangan. Menata ulang jalur pejalan kaki pesisir dan pemasangan fasilitas untuk kegiatan bersepeda di jalan akan mengatasi masalah aksesibilitas dan parkir.Th Pembangunan bale kelompok nelayan merupakan solusi dari permasalahan fasilitas nelayan. Penataan ruang terbuka hijau publik dengan fasilitas rekreasi lansia dan landmark kawasan merupakan solusi dari permasalahan ruang terbuka publik, lapangan terbuka, dan taman. Pembangunan bale kelompok nelayan tempat rekreasi outbond dan rekreasi anak, serta fasilitas kegiatan pantai yang aman dan dermaga wisata merupakan solusi dari permasalahan fasilitas penunjang rekreasi

    Perencanaan Co-Working Space di Padangsambian Klod dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic

    No full text
    Kondisi ekonomi saat ini sudah memasuki era ekonomi kreatif dan berkembang pesat di Indonesia yang dimana didominasi oleh generasi milenial (1981-2000). Data menyebutkan sekitar 80% generasi milenial mengakses informasi melalui media sosial setiap harinya. Generasi milenial awalnya tumbuh dengan pikiran suasana kerja yang mengerikan. Berdasarkan data The American Institute of Stress, 65% pemicu dari stres berkaitan dengan tempat kerja itu sendiri dan lingkungannya. Karena itu, generasi milenial berusaha membuat iklim ruang kerja yang menyenangkan. Co-working space adalah solusi bagi pengguna untuk bekerja dan belajar saling berinteraksi, bertukar informasi, dan berkolaborasi dengan menambahkan pendekatan biophilic di dalamnya, akan mewujudkan satu ikatan biologi antara kesehatan dan desain dengan alam sebagai penghubung utama dan mampu menghadirkan interaksi atau hubungan manusia dengan tanaman guna menciptakan energi positif terhadap kesehatan psikologi terlepas dari sumber daya dan iklim. Tujuan penelitian menghasilkan bentuk ruang dan konsep perencanaan dan perancangan co-working space dengan pendekatan architecture biophilic dan untuk menjembatani kembali ikatan antara manusia dan alam yang akibat transisi gaya hidup modern ini mulai terpisahkan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif-eksploratif untuk menganilisis teori serta mengumpulkan data mengenai pendekatan biophilic. Hasil penelitian yaitu berupa program-program dan desain konsep perencanaan dan perancangan co-working space dengan pendekatan arsitektur biophilic

    PEMBERDAYAAN TIM PENGEMBANGAN DESA WISATA DALAM PENATAAN PASAR DESA BESANG KANGIN, KELURAHAN SEMARAPURA KAJA

    No full text
    Tourism has a very significant impact on economic development in a region. Tourism plays a role in accelerating the process of economic transformation in rural areas. Villagers who initially worked as farmers gradually learned to develop services to support tourism in a village. The momentum of tradition, culture and environmental exoticism can be packaged as village tourism products that attract visitors from outside the region. Efforts to increase the number of tourist villages to drive the village economy were also carried out in several villages in the Province of Bali. One of the village plans that will be developed as an ecotourism-based village is Besang Kangin Village, which is included in the administrative area of Semarapura Kaja Village. The previous year's PKM activities resulted in a jogging track master plan to attract visitors to Besang Kawan Village. As a supporting facility for tourism villages, the Besang Tourism Village Development Team plans to propose structuring traditional markets as one of the objects and places to market village community handicraft products. The problem faced in realizing this arrangement is the occurrence of floods which cause landslides in the market area, so a market arrangement design is needed that is safe from flooding and has a better appearance as a tourism object plan

    Penerapan Konsep Edukatif pada Perencanaan Dan Perancangan Fasilitas Penunjang Agrowisata Aren di Karangasem

    No full text
    Agro-tourism is a type of tourism activity that utilizes the potential of nature, farming (agriculture), culture and rural community activities as a tourist attraction, with the aim of enriching insight, experience, amusement parks and rural agro-industry business relations. Karangasem Regency is a region of Bali that plays an important role in agriculture and plantations, which can be developed as an agricultural tourism area. Karangasem is an area with natural advantages in terms of land suitable for plants and people who like gardening. In addition, Karangasem Regency offers views of extensive agricultural land and plantations, where many of these agricultural lands and plantations are overgrown with palm trees. Aren (Arenga pinnata Merr.) is a multipurpose plant that has long been known as an industrial raw material. Almost all the physical and productive parts of this plant can be utilized and have economic value. Karangasem Regency is the third province in Bali with the highest production of Jaka/Aren Trees. To take advantage of all the potential that exists in Manggis Village, Manggis, Karangasem, a place for education, processing, recreation, and sale of processed palm sugar is needed, which collaborates aspects of tourism, agriculture, with knowledge, which is called aren agro-tourism.Agrowisata adalah suatu jenis kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam, tani (pertanian), budaya dan kegiatan masyarakat pedesaan sebagai daya tarik wisata, dengan tujuan memperkaya wawasan, pengalaman, taman hiburan dan hubungan bisnis agroindustri pedesaan. Kabupaten Karangasem merupakan wilayah Bali yang berperan penting dalam bidang pertanian dan perkebunan, yang dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata pertanian. Karangasem merupakan kawasan dengan keunggulan alam dari segi lahan yang cocok untuk tanaman dan masyarakat yang gemar berkebun. Selain itu, Kabupaten Karangasem menawarkan pemandangan lahan pertanian dan perkebunan yang luas, dimana lahan pertanian dan perkebunan ini banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon aren. Aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan tanaman serbaguna yang telah lama dikenal sebagai bahan baku industri. Hampir seluruh bagian fisik dan produktif tanaman ini dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis.. Kabupaten Karangasem menjadi provinsi ketiga di Bali dengan produksi Pohon Jaka/Aren terbanyak. Untuk memanfaatkan semua potensi yang ada di Desa Manggis, Manggis, Karangasem sangat dibutuhkan suatu tempat edukasi, pengolahan, rekreasi, serta penjualan olahan aren, yang mengkolaborasikan aspek wisata, pertanian,  dengan pengetahuan , yang disebut dengan agrowisata aren
    corecore