5 research outputs found

    Pemanfaatan Ncb Dan Cbtl Oleh Produsen Elektroteknika Di Indonesia

    Full text link
    Since 2005 BSN represent Indonesia as a member body in the IECEE. Up to now, Indonesia has 3 NCB and 4 CBTL which has received recognition to operate within the IECEE CB Scheme, however the potential for NCB and CBTL is not used optimally by the electrical engineering product manufacturer located in Indonesia. Based on the statistical data of CB Test Certificate (CBTC), until 2012, there are only 4 certificates issued by the NCB in Indonesia (Teguh et al, 2014). The aim of the research was to determine the characteristics of the producers that act as significant factors affecting the utilization of National NCB and CBTL. Hypothesis of this study is the character that affect the utilization were: (1) "Capital" for the status of foreign / domestic investment, (2) "Knowledge" for producers' knowledge to availability of NCB and CBTL in Indonesia, (3) "awareness" for awareness of the company to benefits if NCB and CBTL available in Indonesia, (4) "suitability" for NCB and CBTL scope suitability compared to producers' products, and (5) "Determinant" for party who deciding the election NCB and CBTL. This study used descriptive quantitative method, direct interviews with respondents, multiple regression analysis and correlation. Respondents were selected based on following criterias: (1) listed in CBTC statistical data, (2) located in Indonesia, and (3) product manufacturers have the same scope with the scope of the national NCB (HOUS, LITE, INST and BATT), expanded with TRON and OFF that the statistics dominate the CBTC in Indonesia and the world. 28 respondents were obtained, with 95% of confidence level for representing it population. Conclusion of the research was the five factors tested contribute strongly to the selection of NCB and CBTL by 78.2%, with positive correlation. Three factors with significance <0.15 were "determinant", "suitability", and "knowledge"

    Kesiapan Sni Kayu dan Produk Kayu dalam Mengantisipasi Kerjasama Regional dan Bilateral

    Full text link
    Kerjasama ASEAN menjadikan kayu dan produk kayu merupakan salah satu sektor prioritas dalam ASEAN Economic integration, tentunya hal ini menguntungkan Indonesia karena kayu dan produk kayu merupakan salah satu unggulan produk non-ekspor Indonesia. Namun, kerjasama ACFTA (Asean-China) ternyata memberikan ketimpangan bagi Indonesia karena daya saing Indonesia yang lemah. Agar Indonesia dapat menghadapi kondisi perdagangan Internasional ini sebaik-baiknya diperlukan berbagai upaya, baik dari sisi peningkatan produksi dan mutu juga kesiapan jasa pendukung lainnya yang mempermudah keberterimaan produk Indonesia di pasar regional tersebut. Salah satu upaya yang perlu dilakukan ialah menyediakan standar nasional di bidang kayu dan produk kayu untuk peningkatanmutu dan sekaligus mencegah masuknya barang­ barang impor yang berharga rendah dan bermutu rendah pula.Tulisan ini mengetengahkan hasil kajian tentang SNI kayu dan produk kayu, ketersediaan dan keselarasannya terhadap standar Internasional. Hasil kajian menunjukkan bahwa jumlah standar kayu dan produk kayu masih kurang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas.Jumlah SNI masih jauh di bawah standar ISO, padahal standar ISO umumnya berupa standar kosakata, cara uji, dan standar pendukung lainnya. Standar spesifikasi leknis belum banyak dibuat Indonesia. SNI produk kayu belum terpelihara dengan baik. Sebanyak 109 standar (59,6%) dari 183 standar berusia lebih dari lima tahun. Beberapa jenis produk/proses yang perlu mendapat perhatian, antara lain SNI untuk proses teknologi kayu, kayu dan kayu gergajian, dan kayu lapis. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 183 SNI kayu dan produk kayu yang diamati, 54 standar diantaranya (29,5%) telah identik dengan standar ISO. Sebagian besar SNI tidak memiliki informasi yang cukup tentang standar atau sumber informasilain yang diacu dalam Perumusannya
    corecore