32 research outputs found
The Disputes of South China Sea From International Law Perspective
Disputes in the South China Sea (SCS) occur due to the seizure of mari- time regions of Spratly and Paracel islands, the regions which are rich in natural resources of oil and gas. Indonesia is not a claimant state to the features in SCS, but Indonesia has a vital national interest to the jurisdiction of waters of the exclusive economic zone (EEZ) and the continental shelf which overlaps with claims 9 dashed lines of PRC. In analyzing and resolving these disputes, the writer uses theory of law- based state as a grand theory, the theory of International law as a middle range theory, and theory of conflict resolution as an applied theory. The method is a normative legal research. The legal materials are collected based on the identifted list of problems/issues and are assessed according to the classiftcation of the problems. The legal materials are deductively managed to draw conclusions from the problems encountered, and are further analyzed to solve these problems. Conflict resolution to maritime territorial dispute can be achieved by legal means. The dispute settlement by legal means can be done through bilateral, multilateral, arbitration, to the International Court of Justice, while the dispute resolution through CBMs can be achieved through dialogue in International fora by applying the formula 6 + 4 + 2 or 6 + 4 + 1 + 1, and by conducting survey and research cooperation in the fteld of maritime
Association of Obesity and Breast Cancer Risk: the Role of Estrogen, Tumor Necrosis Factor-alpha, and Adiponectin as Risk Factors (Preliminary Study)
BACKGROUND: Breast cancer is the most frequent cancer diagnosed among women. Many factors influence the carcinogenesis of breast cancer. The aim of this study to analyze the role of obesity (waist circumference and body mass index), serum Estradiol levels, TNF-α, and Adiponectin in the occurrence of breast cancer.METHODS: This was observational study with casecontrol design. Eleven breast cancer patients as cases and twelve Fibroadenoma Mammae (FAM) patients as controls were analyzed. The serum Estrogen, TNF-α and Adiponectin were examined in their association with breast cancer risk.RESULTS: Women with breast tumor and waist circumference > 80 cm have significantly higher breast cancer risk than women with breast tumor and waist circumference 2.30 pg/ml) have higher breast cancer risk (19.25 times) than women with breast tumor and have lower serum TNF-α levels (95% CI=1.77-209.55, p=0.015). Whereas, women with breast tumor and lower Adiponectin/TNF-α ratio (80 cm and low Adiponectin/TNF-α ratio in women with breast tumor are significantly associated with an increased risk for breast cancer
Analisa Permeabilitas Zona Inti Dan Zona Filter Bendungan Logung
Pada bendungan tipe urugan, rembesan merupakan penyebab terbesar dari kegagalan bendungan. Dimana rembesan bisa ditinjau dari segi gradasi maupun permeabilitas dari material yang digunakan. Selain untuk mengetahui permeabilitas material pada saat terjadi rembesan, tetapi juga dilakukan peninjauan stabilitas pada lapisan filter sehingga dapat diketahui apakah material filter (filter kasar) mampu menahan laju erosi material lapisan base (filter halus). Untuk permeabilitas dari zona inti maupun zona filter bisa didapat melalui pengujian di laboratorium maupun pendekatan menggunakan kurva gradasi dari masing-masing zona. Pengujian permeabilitas yang dilakukan di laboratorium sendiri dibedakan berdasarkan ukuran material yang akan diuji. Pada material timbunan yang memiliki butiran halus (<0,0075mm) digunakan alat falling head sedangkan untuk butiran kasar (>0,0075) digunakan alat constant head. Dengan menggunakan alat constant head juga dapat diketahui stabilitas antara filter halus dengan filter kasar. Sampel dari masing-masing zona (inti,filter halus, dan filter kasar) diuji menggunakan alat tersebut dan didapat nilai permeabilitas dari masing-masing zona yaitu: zona inti dengan k=2,48x10-7 m/s, zona filter halus dengan k=2,24x10-4 dan 1,98x10-4 m/s serta untuk zona filter kasar dengan k=4,08x10-3 m/s. Untuk pengujian stabilitas didapatkan hasil antara filter halus hulu terhadap filter kasar dengan nilai permeabilitas 2,38 x 10-2 m/s dan dengan penurunan material 10 mm sehingga filter kasar stabil, dan untuk filter halus hilir terhadap filter kasar dengan nilai permeabilitas 1,85 x 10-2 m/s dan dengan penurunan material 10 mm sehingga filter kasar stabil. Pada metode dengan menggunakan analisa gradasi, nilai permeabilitas didapat menggunakan rumus Hazen dan Kozeny-Carman. Hasil dari masing-masing rumus yang ada yaitu: Filter halus dengan nilai k=3,54x10-4 dan 4,84x10-4(Hazen) serta k =8,47 x 10-4 dan 2,33 x 10-3(Kozeny-Carman). Hasil permeabilitas yang diperoleh melalui pengujian laboratorium maupun menggunakan kurva gradasi, memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Selain itu, dari nilai permeabilitas yang ada, dapat juga diketahui karakteristik dari masing-masing material dengan menggunakan metode Terzaghi dan Peck. Didapat bahwa zona inti memiliki permeabilitas buruk, sehingga air sulit keluar dari zona tersebut. Untuk zona filter halus dan filter kasar diperoleh bahwa kedua lapisan tersebut memiliki permeabilitas tinggi sehingga saat terjadi rembesan pada bendungan, air cepat keluar dari zona tersebut. Selain itu zona filter halus dan kasar juga berfungsi sebagai drainase (jalur keluarnya air)
Analisis Geoteknik Perencanaan Sistem Polder Tambak Lorok Semarang Utara Provinsi Jawa Tengah
Rob merupakan problem yang sering terjadi di Kota Semarang, salah satu penangananya berupa Sistem Polder dengan Kolam Retensi. Salah satu kolam retensi yang dibangun berada di kali Banger. Kolam retensi kali Banger berupa kolam Retensi sedalam 4 meter dan struktur Rumah Pompa berupa galian sedalam 6 meter. Berdasarkan data bor, NSPT dan pengujian triaxial, tanah pada lokasi tersebut berupa very soft soil sehingga kegagalan galian dapat terjadi. Untuk mengatasi digunakan beberapa alternaif perkuatan pada kolam retensi berupa: 1. sheet pile, 2. sheet pile dan spun pile, 3. cerucuk bambu dan. Perkuatan galian Rumah Pompa menggunakan secant pile. Analisis stabilitas dan keamanan perkuatan tersebut menggunakan beberapa metode yaitu Basal Have dan Terzaghi Modified (gaya uplift tanah), Tekanan Tanah (gaya aktif dan pasif), Slip Line Fellenius (longsoran), Broms (gaya lateral yang dapat ditanggung oleh pile), Ultimate Bearing Capacity (daya dukung pile), Taylor Stability Number (angka aman galian tanpa perkuatan). Berdasarkan analisis data yang dilakukan,hasil perkuatan dinding kolam retensi menggunakan sheet pile memperoleh safety factor 0,647. Perkuatan sheet pile dan spun pile memperoleh safety factor 2,197. Perkuatan dinding kolam retensi cerucuk bambu safety factor 1,9 dengan tetap menjaga muka air pada kolam paling rendah adalah -2,00 meter. Perkuatan yang dipilih menggunakan cerucuk bambu karena mempunyai tingkat keamanan baik, efisien dalam hal biaya serta pelaksanaanya (kemudahan pelaksanaan), dan material bambu lebih awet jika terendam oleh air. Pada analisis galian dalam rumah pompa menggunakan secant pile hingga kedalaman -32,30 m serta untuk menopang beban rumah pompa diperlukan pile group dengan satu spun pile memiliki panjang 60 m
Perilaku Clay Shale Terhadap Kuat Geser Residual Pada Lokasi Banyumeneng, Penawangan, Dan Wonosegoro
Bencana longsor pada daerah Manyaran, Semarang merupakan salah satu potensi bencana dari Clay Shale. Clay Shale adalah sedimen berbutir halus yang terbentuk dari konsolidasi mineral lempung. Untuk menangani longsoran dilakukan penelitian terhadap Clay Shale sehingga mengetahui parameter sudut geser residualnya. Daerah penelitian yaitu Desa Banyumeneng Kabupaten Demak, Desa Penawangan Kabupaten Grobogan, dan Desa Wonosegoro Kabupaten Boyolali termasuk material Clay Shale. Hasil analisis pengujian geser langsung didapatkan nilai sudut geser residual efektif (f'r) Sampel Wonosegoro 12,82o dengan nilai Liquid Limit 49; Sampel Penawangan 9,69odengan Liquid Limit 54, dan Sampel Banyumeneng 8,98o dengan Liquid Limit 60. Jika hasil sudut geser residual dan Liquid Limit di plot dalam grafik Stark (1994) didapat hasil yang memuaskan karena mendekati hasil pengujian dari Stark. Uji pengembangan bebas dilakukan untuk mengetahui persentase Swelling pada Clay Shale, didapatkan nilai persentase sebesar 10-25%. Hubungan korelasi dalam penelitian diperoleh dari hasil pengujian Properties Index, pengujian Direct Shear dalam parameter kuat geser residual serta pengujian pengembangan bebas dalam parameter Free Swell Index (FSI) dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam perencanaan geoteknik
Perencanaan Underpass Zaenal Abidin – Soekarno Hatta, Bandar Lampung
Kemacetan pada persimpangan Bundaran Tugu Radin Inten yang menghubungkan Jalan Soekarno-Hatta / Jalur Lintas Timur Sumatera (arteri primer) dengan Jalan Zaenal Abidin (arteri sekunder) telah menjadi permasalahan di Kota Bandar Lampung. Hal ini dikarenakan ruas jalan sudah tidak mampu menangani volume kendaraan pada persimpangan. Oleh karena itu perlu dibuat simpang tak sebidang (underpass). Analisa geoteknik sangat diperlukan untuk merencanakan struktur underpass, karena beban yang bekerja pada underpass tidak hanya berasal dari beban lalu lintas saja, namun sebagian besar berasal dari tanah yang mana sangat berpengaruh terhadap stabilitas struktur. Maka digunakan bantuan software Plaxis 8.2 untuk memperhitungkan besarnya deformasi, rembesan, dan gaya dalam yang terjadi pada underpass. Kemudian hasil dari gaya dalam tersebut dicek terhadap kapasitas sheetpile dengan bantuan software SPColumn, sedangkan untuk besarnya nilai factor of safety (FoS) rembesan (water boiling) yang dihasilkan harus > 1,5. Ketiga aspek perencanaan diatas harus diperhitungakan berdasarkan parameter jangka pendek dan jangka panjang. Selanjutnya hasil yang paling kritis dari kedua parameter tersebut dibandingkan dengan perhitungan menggunakan rumus empiris sebagai validasi hasil yang diperoleh. Hasil yang lebih kritis terdapat pada perhitungan menggunakan parameter jangka panjang. Hasil yang diperoleh dari analisa menggunakan software Plaxis 8.2 dan rumus empiris tidak berbeda jauh
PENGARUH LINGKUNGAN FISIK KERJA DAN KESAMAPTAAN MANUSIA TERHADAP BEBAN KERJA DAN PERFORMANSI KERJA SERTA DAMPAKNYA KEPADA JUMLAH PRODUK AKHIR
CV. Ratu Gumay adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri makanan. Dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis, pihak perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan terutama yang berindikasi pada jumlah produk akhir yang maksimal. Dengan kata lain jumlah output yang dihasilkan lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik pula. Namun untuk melakukan hal tersebut terdapat kekurangan yang dirasakan pihak perusahaan saat ini yaitu kurang optimalnya jumlah produk akhir yang dihasilkan untuk memenuhi permintaan pasar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan dan penurunan jumlah produk akhir yang dihasilkan, antara lain adalah Lingkungan Fisik Kerja (X1), Kesamaptaan Manusia (X2), Beban Kerja (W) dan Performansi Kerja (Y).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Lingkungan Fisik Kerja dan Kesamaptaan Manusia terhadap Beban Kerja dan Performansi Kerja serta dampaknya kepada Jumlah Produk Akhir yang dihasilkan oleh setiap pekerja di CV. Ratu Gumay Bandung.
Model pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis), tujuannya adalah untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel penyebab (Eksogenus) terhadap seperangkat variabel akibat (Endogenus), di mana penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar pengaruh Lingkungan Fisik Kerja dan Kesamaptaan Manusia terhadap Beban Kerja dan Performansi Kerja serta dampaknya kepada Jumlah Produk Akhir.
Berdasarkan perhitungan dari pengolahan data pada Analisis Jalur menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel Lingkungan Fisik Kerja (X1) dan Kesamaptaan Manusia (X2) terhadap Beban Kerja (W), Performansi Kerja (Y) dan Jumlah produk Akhir (Z) masing-masing memberikan kontribusi sebesar 90.54%, 90.00% dan 88.94%, sedangkan faktor lain di luar variabel penelitian yang tidak teridentifikasi oleh model penelitian dan dapat mempengaruhi variabel-variabel endogenus W, Y dan Z masing-masing sebesar 9%, 10% dan 11%