28 research outputs found

    Tipologi Ketertinggalan Desa di Kabupaten Situbondo dengan Analisis Kluster pada ArcGIS dan Excel

    Get PDF
    Permasalahan ketertinggalan suatu daerah dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah sarana dan prasarana, perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, dan kelembagaan. Kabupaten Situbondo merupakan salah satu potret daerah tertinggal di Provinsi Jawa Timur yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Jumlah desa tertinggal di Kabupaten Situbondo tidak mengalami perubahan kuantitas dalam rentang waktu antara 2004 hingga 2015, yakni berjumlah 12 desa. Penelitian untuk menentukan tipologi ketertinggalan desa di Kabupaten Situbondo mendesak untuk dilakukan. Penelitian ini mengkuantifikasi data-data dari 4 indikator yang berisikan 13 variabel dengan analisis kluster melalui perangkat lunak Excel dan ArcGIS untuk memudahkan pembacaan kondisi ketertinggalan desa melalui peta. Penulis menetapkan jumlah kluster (tipologi) sejumlah 3 kluster. Analisis kluster dimulai dari variabel-variabel untuk menemukan rentang ketertinggalan per variabel. Hasil dari analisis kluster per variabel digabungkan untuk menentukan ketertinggalan per desa sehingga dapat membentuk tipologi ketertinggalan desa. Terdapat tiga tipologi ketertinggalan desa di Kabupaten Situbondo, yaitu tipologi 1, sangat tertinggal, berisikan 4 desa dengan tingkat ketertinggalan parah pada aspek sarana dan prasarana dasar dan menengah pada aspek perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, dan kelembagaan. Tipologi 2, moderat, berisikan 6 desa dengan tingkat ketertinggalan menengah pada sarana dan prasarana dasar serta perekonomian masyarakat dan kelembagaan serta ringan pada sumber daya manusia. Tipologi 3, berpotensi maju, berisikan 2 desa dengan tingkat ketertinggalan menengah pada sarana dan prasarana dasar dan perekonomian masyarakat, serta ringan pada sumber daya manusia dan kelembagaan

    Arahan Pengembangan Wisata Budaya Situs Candi Tawangalun di Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menyusun arahan pengembangan wisata budaya situs Candi Tawangalun di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Dalam mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui 3 sasaran. Pertama, Menentukan faktor - faktor yang berpengaruh dalam pengembangan wisata budaya situs Candi Tawangalun di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo menggunakan Analisis Delphi. Kedua, Mengidentifikasi karakteristik kondisi eksisting berdasarkan faktor yang berpengaruh pada wisata budaya situs Candi Tawangalun menggunakan Analisis Deskriptif, Ketiga, Menyusun arahan pengembangan wisata budaya situs Candi Tawangalun di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo menggunakan Analisis Triangulasi. Hasil dari penelitian ini, pada sasaran 1 didapatkan 17 Faktor yang berpengaruh dalam pengembangan wisata budaya situs Candi Tawangalun diantaranya adalah Keunikan yang dimiliki, karya seni patung, education tourism, nilai sejarah bangunan, produk budaya yang berwujud, produk budaya yang tidak berwujud, gapura, akomodasi, tempat makan, tempat parkir, jaringan air, jaringan listrik, jaringan jalan, moda transportasi umum, peran pemerintah, organisasi pengelola, promosi. Kemudian pada sasaran ke 2 didapatkan hasil berupa potensi dan masalah karakteristik faktor yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan situs Candi Tawangalun. Sedangakan pada sasaran 3 didapatkan 23 Arahan pengembangan kemudian digolongkan kembali menjadi 10 arahan yang potensial untuk dikembangkan pada pengembangan situs Candi Tawangalun diantaranya adalah Arahan dari keunikan yang dimilki, Arahan dari Karya Seni Patung, Arahan dari Education Tourism, Arahan dari Nilai sejarah bangunan, Arahan dari produk budaya yang berwujud, arahan dari produk budaya yang tidak berwujud dan arahan dari gapura

    Arahan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo

    Get PDF
    Desa Jatimulyo merupakan salah satu desa wisata di perbukitan menoreh yang memiliki banyak potensi daya tarik wisata khususnya pada wisata air dan juga kuliner serta tarian khas setempat. Namun dibalik potensi yang dimiliki oleh desa tersebut, masih terdapat permasalahan tentang kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pariwisata dalam rangka peningkatan ekonomi lokal. Tujuan Penelitian ini untuk memberikan arahan terkait pengembangan dari Desa Wisata Jatimulyo yang berbasis masyarakat guna meningkatkan ekonomi desa dan juga membangun desa wisata yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan analisis delphi dengan menggunakan input dari stakeholder untuk menentukan faktor penentu pengembangan berbasis partisipasi masyarakat desa wisata, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik dan potensi masalah desa wisata, dan terakhir menggunakan analisis triangulasi untuk menentukan arahan pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat. Hasil dari penelitian ini didapatkan enam indikator yang mempengaruhi pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat yaitu aksesibilitas, promosi, sarana prasarana, sumber daya manusia, atraksi, dan partisipasi masyarakat. Kemudian dalam identifikasi karakteristik desa wisata didapatkan potensi, masalah, serta bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada setiap indikator. Penelitia ini menghasilkan arahan pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprog

    Penentuan Faktor Pengembangan Ekonomi Lokal Industri Mebel di Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan

    Get PDF
    Salah satu industri pengolahan yang paling dikenal di Kota Pasuruan adalah industri mebel yang berpusat di Kecamatan Gadingrejo. Namun, perkembangan industri tersebut masih mengalami karena laju pertumbuhan industri yang semakin menurun tiap tahunnya sehingga tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menentukan variabel penting yang berpengaruh pada pengembangan industri mebel dengan konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri mebel di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan dengan menggunakan analisis Delphi. Hasil dari penelitian ini didapatkan 13 faktor penting yang mempengaruhi pengembangan industri mebel di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan yaitu kualitas tenaga kerja, pemberdayaan tenaga kerja, perolehan bahan baku, ketersediaan bahan baku, kerjasama antar stakeholder, peran pemerintah, peran masyarakat, peran swasta, pemanfaatan teknologi, prosedur pengolahan, strategi pemasaran, permintaan pasar, dan sumber modal

    Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

    Get PDF
    Tanjung Lesung merupakan wilayah pesisir yang terletak di Desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang dan sudah lama dikenal sebagai kawasan pariwisata karena memiliki pasir putih dan panorama yang indah, baik di daratan maupun bawah air. Tanjung Lesung telah ditetapkan sebagai KEK Pariwisata berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, dan semakin menguatkan peran kawasan ini sebagai kawasan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung berbasis partisipasi masyarakat yang ada di kawasan tersebut. Sasaran dalam penelitian ini adalah Identifikasi faktor-faktor berpengaruh dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Tanjung Lesung berbasis partisipasi masyarakat menggunakan analisis deskriptif, Mengidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pariwisata Pantai Tanjung Lesung menggunakan analisis delphi setelah itu Merumuskan arahan pengembangan Pariwisata Pantai Tanjung Lesung berbasis partisipasi masyarakat dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian berupa  arahan pengembangan yang tepat dengan melibatkan partisipasi masyarakat yaitu membuka lapangan pekerjaan di sektor pariwisata dari masyarakat sebagai salah satu daya tarik wisata,  perbaikan dan peningkatan sarana prasarana yaitu salah satunya masalah persampahan di Tanjung Lesung.,  membuat tempat pelatihan berupa training center untuk memberikan pendidikan dan pemahaman bagi masyarakat setempat di bidang keterampilan dan keprofesian, dan menjadikan kawasan wisata pantai Tanjung Lesung memiliki tenaga kerja profesional dan kompeten di bidang pariwisata dan kegiatan bisnis

    Arahan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo

    Get PDF
    Desa Jatimulyo merupakan salah satu desa wisata di perbukitan menoreh yang memiliki banyak potensi daya tarik wisata khususnya pada wisata air dan juga kuliner serta tarian khas setempat. Namun dibalik potensi yang dimiliki oleh desa tersebut, masih terdapat permasalahan tentang kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pariwisata dalam rangka peningkatan ekonomi lokal. Tujuan Penelitian ini untuk memberikan arahan terkait pengembangan dari Desa Wisata Jatimulyo yang berbasis masyarakat guna meningkatkan ekonomi desa dan juga membangun desa wisata yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan analisis delphi dengan menggunakan input dari stakeholder untuk menentukan faktor penentu pengembangan berbasis partisipasi masyarakat desa wisata, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik dan potensi masalah desa wisata, dan terakhir menggunakan analisis triangulasi untuk menentukan arahan pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat. Hasil dari penelitian ini didapatkan enam indikator yang mempengaruhi pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat yaitu aksesibilitas, promosi, sarana prasarana, sumber daya manusia, atraksi, dan partisipasi masyarakat. Kemudian dalam identifikasi karakteristik desa wisata didapatkan potensi, masalah, serta bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada setiap indikator. Penelitia ini menghasilkan arahan pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprog

    Prioritas Variabel Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Tangkap Skala Rumah Tangga di Kabupaten Tapanuli Tengah

    Get PDF
    Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten dengan produksi ikan tangkap terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah 38.348 ton tahun 2018 yang berpotensi diolah dalam industri pengolahan ikan. Industri pengolahan ikan dominan merupakan pengeringan ikan dan pengasinan ikan di Desa Hajoran, Hajoran Indah, dan Muara Nibung yang termasuk dalam skala usaha industri rumah tangga. Ketiga desa mempunyai potensi berupa keuntungan mendapatkan bahan baku, keuntungan aglomerasi dan permintaan pasar tinggi namun terdapat masalah yaitu aktivitas kapal pukat trawl, sulitnya permodalan, kurangnya diversifikasi produk, alat pengolahan tradisional dan masalah sarana prasarana industri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas variabel yang berpengaruh dalam industri pengolahan perikanan tangkap skala rumah tangga di Kabupaten Tapanuli Tengah. Dalam mencapai tujuan tersebut, dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu identifikasi variabel yang berpengaruh, dilanjutkan penentuan variabel prioritas. Penentuan variabel berpengaruh dilakukan dengan metode analisa delphi dilanjutkan dengan penentuan priortias variabel dengan menggunakan metode analisa AHP. Responden dalam analisa AHP yaitu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah,Dinas Kelautan dan Perikanan Tapanuli Tengah, Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Tapanuli Tengah, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tapanuli Tengah, Kantor Kecamatan Pandan, Pengolah Ikan, Kelompok Pengolah Ikan. Berdasarkan analisa AHP, urutan prioritas variabel yang berpengaruh dalam pengembangan industri pengolahan ikan skala rumah tangga di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah modal, kualitas tenaga kerja, kontinuitas bahan baku, permintaan pasar, strategi pemasaran, kuantitas bahan baku, wilayah pemasaran, teknologi industri, kelembagaan masyarakat, sarana produksi, cold storage, listrik, air bersih, dan jalan

    Arahan Pengembangan Daya Tarik Wisata Desa di Desa Wisata Betisrejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen

    Get PDF
    Desa Betisrejo merupakan sebuah desa wisata bercorak agro yang terletak di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Pengembangan Desa Wisata Betisrejo dilakukan melalui Program PEL pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kondisi Desa Wisata Betisrejo saat ini tidak beroperasi karena kurangnya pengelolaan sejak tahun 2014. Adanya potensi yang beraneka ragam dari tiga desa di Desa Wisata Betisrejo, dapat dikembangkan suatu model integrasi pariwisata. Tujuan penelitian ini adalan merumuskan arahan pengembangan daya tarik wisata di Desa Wisata Betisrejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen agar semakin berkembang sehingga lebih menarik antusiasme wisatawan untuk berkunjung. Penelitian ini menggunakan analisis Delphi untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh sebagai daya tarik wisata desa, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik pariwisata desa, dan analisis Triangulasi untuk merumuskan arahan pengembangan daya tarik wisata desa. Hasil dari penelitian ini didapatkan faktor yang mempengaruhi daya tarik wisata desa, yaitu daya tarik alam/bio hayati, daya tarik buatan, daya tarik budaya desa, daya tarik sikap dan tata kehidupan masyarakat, jaringan jalan, akomodasi, rumah makan, lahan parkir, sumber daya manusia, dan kelembagaan pengelola desa wisata. Berdasarkan identifikasi karakteristik eksisting pariwisata desa didapatkan potensi dan permasalahan pada masing-masing variabel. Penelitian ini menghasilkan arahan pengembangan daya tarik wisata desa untuk Desa Wisata Betisrejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen berupa peningkatan kapasitas lembaga pengelola desa wisata dengan memperjelas struktur organisasi dan edukasi terhadap masyarakat, pemeliharaan secara rutin terhadap potensi yang sudah unggul, serta penyediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung wisata desa

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Daya Tarik Wisata (DTW) di Kawasan Wisata Bulak Surabaya

    Get PDF
    Kota Surabaya memiliki kawasan strategis yang berpotensi dikembangkan untuk mendukung eksistensi pengembangan wilayah kota Surabaya di masa mendatang, salah satunya adalah kawasan kota tepi pantai yang berada di Unit Pengembangan III Tambak Wedi yaitu Kecamatan Bulak. Kawasan ini memiliki beberapa Daya Tarik Wisata (DTW) dengan kunjungan wisata yang cukup besar dan dapat dikembangkan secara optimal dengan pengembangan pariwisata alam dan buatan serta permukiman nelayan. Namun wisata dan aktifitas masing-masing DTW di kawasan Bulak ini masih terpisah-pisah. Agar pengembangan kawasan wisata lebih maksimal dan merata kunjungannya, pariwisata pesisir Bulak perlu diintegrasikan keberadaan potensi DTW yang ada dalam satu kawasan wisata. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang sesuai dalam mengembangkan pariwisata dengan mengintegrasikan DTW di kawasan wisata Bulak Surabaya.  Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendapatkan karakteristik integrasi kawasan kemudian analisis delphi untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi DTW. Hasil arahan dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi daya tarik wisata di kawasan wisata Bulak Surabaya

    Arahan Pengembangan Infrastruktur Berdasarkan Protokol CHSE pada Daya Tarik Wisata Pantai Pasir Putih Malikan, Desa Lojejer, Kabupaten Jember Selama Pandemi COVID-19

    Get PDF
    Pantai Pasir Putih Malikan atau yang lebih dikenal dengan Pantai Papuma merupakan pantai yang berada di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. Meski letaknya berada 40 km dari pusat kota, kunjungan ke pantai ini masih cukup ramai dikarenakan keindahan dan keeksotisannya. Namun sejak adanya pandemi COVID-19, Pantai Papuma mengalami penurunan pengunjung yang sangat signifikan. Salah satu strategi untuk mengembalikan keadaan adalah dengan penerapan protokol CHSE pada lokasi wisata. Namun, dalam kondisi di lapangan, infrastruktur yang berdasarkan protokol CHSE tersebut masih dinilai dan dirasa kurang. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan arahan pengembangan infrastruktur berdasarkan protokol CHSE pada Daya Tarik Wisata Pantai Pasir Putih Malikan, Desa Lojejer, Kabupaten Jember selama pandemi COVID-19. Sasaran pertama adalah mengidentfikasi kondisi eksisting infrastruktur pariwisata berdasarkan protokol CHSE di kawasan daya tarik wisata Pantai Pasir Putih Malikan. Kedua, menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja infrastruktur pariwisata berdasarkan protokol CHSE pada daya tarik wisata Pantai Pasir Putih Malikan Jember. Ketiga, memberikan arahan infrastruktur pariwisata berdasarkan protokol CHSE pada daya tarik wisata Pantai Pasir Putih Malikan Jember berdasarkan analisis tingkat kepentingan. Menggunakaan analisis IPA diketahui bahwa arahan pengembangan infrastruktur terbagi dalam tiga kategori prioritas. Infrastruktur yang masuk dalam kategori prioritas pertama yaitu Ruang Isolasi, Wastafel, Fasilitas pembelian tiket/pintu masuk, Penyediaan jaringan jalan, Moda Transportasi Umum, dan jaringan persampahan. Selanjutnya pada kuadran ke-II terdapat pos kesehatan, penandaan, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, penyediaan lahan parkir terpusat, penyediaan pos keamanan, dan penyediaan toilet
    corecore