2 research outputs found

    Analisis Peresepan Obat Pada Instalasi Rawat Jalan Di Klinik X Kabupaten Bogor Periode September -November 2020

    Get PDF
    Dampak bagi pasien atas ketidakrasionalan pada pengobatan akan berdampak pada tingginya tingkat pembiayaan dalam pelayanan kesehatan. Obat yang tidak rasional akan memberikan khasiat yang tidak sesuai dengan terapi pengobatan, adanya efek lain yang berbahaya antara pencampuran berbagai jenis obat dan menurunnya mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan nilai rasionalitas suatu obat dalam pengobatan diperlukan adanya usaha dari tenaga kesehatan agar obat dikelola dengan baik dan sesuai panduan yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan gambaran mengenai pola peresepan obat pada salah satu klinik di kabupaten Bogor. Penelitian ini dapat memberikan gambaran tingkat rasionalitas peresepan dan upaya untuk meningkatkan rasionalitas dalam penggunaan obat serta kesalahan dalam pemberian obat pada pelayanan kesehatan dasar di klinik. Hasil penelitian di dapatkan bahwa pola peresepan obat di salah satu klinik Kabupaten Bogor yakni 98,66 % dengan total resep yang di analisis sebanyak 148 resep menununjukan resep sudah rasional. Hasil analisa dari penelitian ini bahwa pengobatan di klinik X termasuk dalam kategori rasional diantaranya tepat kepada pasien sesuai terapi pengobatannya, tepat pemberian obat serta dosis obat, tepat pada waktu dan cara pemberian yang diberikan oleh tenaga kesehatan juga tepat pada dokumentasi peresepan di fasilitas layanan kesehatan dan tepat informasi obat kepada pasien.&nbsp

    Faktor Penentu Keterkendalian Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Bina Husada Cibinong

    No full text
    Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar kadar gula darah pasien dapat terkendali serta mencegah terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penentu yang mempengaruhi kadar gula darah pada pasien DM di ruang Poliklinik Penyakit Dalam RS Bina Husada pada 2018. Sampel yang digunakan adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang dilakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu sebanyak 102 orang.Variabel indepenent yang diteliti adalah sosiodemografi pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan asuransi), aktifitas fisik, faktor biomedik (riwayat keturunan, lama menderita DM, komobiditas), dan faktor konsumsi obat (rasionalitas, pola pemberian obat dan kepatuhan mengkonsumsi obat)  yang diduga mempengaruhi keterkendalian kadar gula darah. Desain penelitian menggunakan studi observasional secara retrospektif dan prospektif.  Analisis data menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 102 orang pasien, terdapat 75 orang (73,5%) glukosa darahnya  terkendali dan 27 orang  (26,5%) glukosa darahnya tidak terkendali. Faktor yang paling dominan menentukan keterkendalian glukosa darah adalah faktor kepatuhan dengan OR 3,873, yang artinya responden yang tidak patuh dalam minum obat akan berpeluang glukosa darahnya  menjadi tidak terkendali 3,9 kali dibanding responden yang patuh setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, rasionalitas dan komorbiditas
    corecore