13 research outputs found

    Struktur Komunitas Laba-laba (Arachnida: Araneae) Di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara

    Full text link
    Bogani Nani Wartabone National Park is a tropical low land rain forest. This region has high diversity of arthropods, i.e. spider. The aims of this study was to analyze the Community structure of spiders of spiders (Arachnida: Araneae) in various types of habitat at Bogani Nani Wartabone National Park North Sulawesi. Sampling was carried out at three habitat types, namely primary, secondary, and farm. The research was conducted from March to May 2014 by using pitfall trap (to collect spiders that move on the ground) and sweep net (to collect the spideron vegetation canopy). The number of spiders obtained during the study of was 1267 speciments. The specimens collected are consists 15 families, 71 genera, and 129 morphospecies. The Family which most individual abundance is family Tetragnathidae and the least was Ctenizidae. Salticidae were the most common family of species (30 species), while the least were Agelenidae, Ctenidae and Ctenizidae where each family has one species. Abundance, richness, diversity and evenness of species was higher in the farm, while the lowest in the secondary forest. The highest similarity index of spider communities was between primary forests and secondary forests. The results of this research can be used as a diversity database of spiders for conservation strategies in North Sulawesi

    Uji Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia Macrophylla) Terhadap Larva Aedes Aegypti Vektor Penyakit Deman Berdarah

    Full text link
    Demam berdarah merupakan salah satu penyakit di daerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penggunaan biji mahoni sebagai larvasida Aedes aegypty karena biji tumbuhan tersebut mudah didapatkan dan ramah lingkungan jika dibandingkan larvasida yang mengandung bahan kimia. Penelitian ini bertujuan menguji daya larvasida ekstrak biji mahoni (Swietenia macrophylla) terhadap larva nyamuk Aedes aegypty sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue. Metode yang digunakan adalah biji mahoni diekstrak secara maserasiperkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 95%. Uji toksisitas terhadap larva dilakukan dengan cara mencampurkan lima konsentrasi (0 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm dan 800 ppm) ekstrak etanol pekat biji mahoni kedalam wadah larva. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentarasi yang diberikan, maka mortalitas larva akan meningkat. Uji Anova didapatkan nilai signifikasi <0,05, hal ini menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata jumlah kematian larva antar perlakuan. Nilai LC 50 pada 6, 12, 18 dan 24 jam setelah aplikasi masing-masing sebesar 921,55 ppm, 358,09 ppm, 221,60 ppm dan 142,14 ppm. Hal ini berarti nilai LC 50 di bawah 1000 ppm, sehingga dapat dinyatakan bahwa senyawa allelokimia yang terkandung dalam ekstrak etanol biji mahoni bersifat bioaktif. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni positif mengandung flavanoid, alkoloid, saponin, steroid dan terpenoid

    Kelimpahan dan Keanekaragaman Makrozoobentos di Sungai Air Terjun Tunan, Talawaan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara

    Full text link
    KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI AIR TERJUN TUNAN, TALAWAAN, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARAABSTRAKMakrozoobentos merupakan organisme akuatik yang hidup di dasar perairan dengan pergerakan relatif lambat yang sangat dipengaruhi oleh substrat dasar serta kualitas perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat di sungai air terjun Tunan, Desa Talawaan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun. Stasiun 1 (Air Terjun Tunan), Stasiun 2 (Pintu masuk wisata), dan Stasiun 3 (Perkebunan). Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan metode purposive random sampling. Pengambilan sampel makrozoobentos di dasar perairan dengan menggunakan jaring surber yang berukuran ukuran 25 cm x 40 cm. Hasil penelitian menunjukan makrozoobentos yang ditemukan di sungai air terjun Tunan terdiri dari 3 filum, 3 kelas, 10 bangsa, 20 suku, dan 23 marga serta 379 individu. Marga makrozoobentos yang sering di jumpai yaitu Hydropsyche dan Suku makrozoobentos yang paling sering dijumpai yaitu suku Heptageniidae. Indeks keanekaragaman makrozoobentos tertinggi pada stasiun 1 (2,69), kemudian diikuti oleh stasiun 2 (2,31) dan terendah pada stasiun 3 (1,94).Kata kunci: Air terjun Tunan, Indeks Keanekaragaman, Makrozoobentos ABUNDANCE AND DIVERSITY OF MACROZOOBENTOS IN TUNAN WATERFALL RIVER, TALAWAAN, NORTH MINAHASA, NORTH SULAWESI ABSTRACTMacrozoobenthos are aquatic organisms that live at the bottom of the waters with relatively slow movements that are strongly influenced by the basic substrate and the quality of the waters. This study aims to analyze the diversity of macrozoobenthos in the Tunan waterfall river, Talawaan Village, North Minahasa, North Sulawesi. Sampling was carried out at three stations. Station 1 (Tunan Waterfall), Station 2 (tourist entrance), and Station 3 (Plantation). Macrozoobenthos samples were taken using purposive random sampling method. Taking macrozoobenthos samples at the bottom of the water using a surber net measuring 25 cm x 40 cm. The results showed that macrozoobenthos found in the Tunan waterfall river consist of 3 phylum, 3 classes, 10 ordo, 20 familia, and 23 genus and 379 individuals. Macrozoobenthic genus that are often encountered are Hydropsyche and the most common macrozoobenthic classis, the Heptageniidae classis. The highest macrozoobenthos diversity index at station 1 (2.69), followed by station 2 (2.31) and the lowest at station 3 (1.94)

    Keanekaragaman Serangga Air Di Sungai Pajowa Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara

    Full text link
    Serangga air merupakan kelompok Arthropoda yang sebagian siklushidupnya berada di perairan. Serangga ini berperan penting dalam rantaimakanan pada suatu ekosistem perairan. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis kelimpahan, kekayaan, keanekaragaman dan kemerataaanspesies serangga air di Sungai Pajowa, Kabupaten Minahasa, SulawesiUtara. Pengambilan sampel menggunakan surber sampler dan handcollection. Jumlah serangga air yang ditemukan sebanyak 22 spesies, 14famili dan 5 ordo. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Gerrisremigis, sedangkan ordo yang memiliki spesies paling banyak adalahEphemeroptera. Kelimpahan dan kekayaan spesies serangga air tertinggiterdapat pada bagian tengah aliran sungai, sedangkan keanekaragamandan kemerataan spesies tertinggi di bagian hulu sungai. Kelimpahan,kekayaaan dan keanekaragaman spesies serangga air berbeda nyataantar stasiun pengamatan, sedangkan kemerataan spesies tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata.Arthropods are a group of aquatic insects whose life cycles are partlyin the water. These insects play an important role in the food chain in anaquatic ecosystem. This research is aimed to analyze the abundance,richness, diversity and evenness of species of insects in the river waterPajowa, Minahasa regency, North Sulawesi. Surber sampler and handcollection are used in Sampling. Number of aquatic insects found as manyas 22 species, 14 families and 5 orders. The most commonly foundspecies is Gerris remigis, while orders that have the most species areEphemeroptera. Abundance and species richness of aquatic insects ishighest in the middle of the river, while the highest species diversity andevenness in the upper reaches of the river. Abundance, species richnessand diversity of aquatic insects were significantly different between thestations of observation, whereas species evenness did not showsignificant differences

    Identifikasi Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Suku Dani Di Kabupaten Jayawijaya Papua

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikas spesies tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan cara penggunaannya sebagai obat tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah survey eksploratif dan Participatory Rural Appraisal melalui wawancara dengan dukun kampung bersamaan dengan pengambilan sampel dan identifikasi tumbuhan obat di lokasi penelitian. Hasil penelitian identifikasi dan pemanfaatan tumbuhan obat di 9 desa di Kecamatan Asologaima, Kurulu dan Wamena, ditemukan 16 spesies tumbuhan obat dari 12 famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan khasiat dan cara penggunaan yang berbeda-beda dan sederhana namun umumnya dengan merebus tumbuhan dan air rebusannya diminum. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2015. Berdasarkan habitusnya yang paling banyak ditemukan adalah semak sedangkan bagian tumbuhan yang banyak digunakan adalah bagian daun.This research aims for identifying plant species which particularly have ability as medicine and can be used as traditional medicine. Research methods used are explorative survey and Participatory Rural Appraisal through interview with a village shaman (or called person who has ability and experience with traditional medicine) followed with sampling and identifying medication plant in research location. Result of identifying research and used of medication plant in 9 villages in Asologaima, Kurulu, and Wamena Districts, found that 16 species of plant medication of 12 family which used by local society with different benefits and the way it is used and simple but commonly with boiled the medication and drink the water. This research held in September to November 2016. Based on the place of habits the most found plants is shrub, meanwhile the most useful part of the plant is lea

    Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Ranoyapo, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara

    Full text link
    MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS DALAM MENENTUKAN KUALITAS AIR SUNGAI RANOYAPO, MINAHASA SELATAN, SULAWESI UTARA ABSTRAK Sungai Ranoyapo merupakan sungai terpanjang di Wilayah Minahasa dengan panjang sekitar 60, 5 Km. Sungai Ranoyapo adalah sungai utama DAS Ranoyapo yang memiliki luas sekitar 87,154 Ha. Sungai Ranoyapo melintasi kawasan pertanian, perkebunan, permukiman penduduk, dan industri. Limbah yang berasal dari kawasan tersebut mempengaruhi kualitas air Sungai Ranoyapo. Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Ranoyapo berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim hujan yaitu Januari-Maret 2013. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di tiap lokasi. Kualitas air Sungai Ranoyapo ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Shannon Wiener (H') menurut kriteria Staub et al (1970). Makrozoobentos di Sungai Ranoyapo terdiri dari 3 Filum, 5 Kelas, 13 Bangsa, 21 Suku, dan 23 Marga. Indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Stasiun I (hulu), Stasiun II (tengah) dan Stasiun III (hilir) yaitu 2,43; 2,06; dan 1,77. Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun I dan di Stasiun II telah tercemar ringan dengan indeks H': 2,0 – 3,0 (H'>2). Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun III telah tercemar sedang dengan indeks H' sekitar 1,0 – 2,0 (H' 2.0) and at down was moderately polluted with index H ': 1.0 to 2.0 (H' <2)

    Variasi Genetik Troides Helena (Lepidoptera: Papilionidae) Berdasarkan Gen COI (Cytochrome C Oxydase I)

    Get PDF
    Kupu-kupu Troides helena (Kupu-kupu Raja) merupakan salah satu spesies langka yang dilindungi. Eksploitasi yang berlebihan, serta alih fungsi hutan menjadi ancaman bagi kehidupan kupu-kupu ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi pada gen cytochrome C oxidase I Troides helena yang diperoleh dari dua lokasi yang berbeda, yaitu Gunung Tumpa dan Gunung Dua-sudara. Analisis sekuens menunjukkan adanya perbedaan satu pasang basa nukleotida dari kedua spesimen tersebut. Selain itu, variasi juga ditunjukan pada sampel yang diperoleh dari basis data GenBank dengan adanya perbedaan 7-8 pasang basa nukleotida dengan spesimen pada penelitian ini. Hasil perhitungan jarak genetik menunjukkan bahwa meskipun secara geografis spesimen-spesimen uji ini berasal dari lokasi yang berjauhan, variasi genetik masih berada dalam kisaran variasi intraspesies.Troides helena (Common Birdwing) is listed as one of endangered and protected butterfly species. Excessive exploitation and forest conversion have become threat to the life of this butterfly. This study was conducted to determine the genetic variation of Troides helena obtained from Mt. Tumpa and Mt. Dua-sudara based on cytochrome C oxidase I gene. Sequence analysis shows one nucleotide difference between these two specimens. Moreover, genetic variation also has been shown by comparing these two specimen with other Troides helena obtained from database in GenBank. There are 7-8 nucleotides differences among tested specimens. The result of genetic distance calculations indicates that although geographically these test specimens derived from remote locations, the genetic variation is still within the range of intraspecific variation

    Densitas Tangkasi (Tarsius Spectrum) Pada Elevasi Yang Berbeda Di Gunung Klabat, Minahasa Utara

    Full text link
    Tarsius spectrum (nama sinonim: Tarsius tarsier) dalam bahasa lokal disebut tangkasi (Minahasa), ngasi (Sulawesi Tengah), Tanda bona passo (Wana), Podi (Tolaki), Wengu (Mornene) merupakan spesies primata endemik Sulawesi. Tangkasi merupakan salah satu primata terkecil dan beberapa diantara anggota spesiesnya merupakan satwa endemik Sulawesi yang terancam punah dan dilindungi. Menurut IUCN (2008), tarsius dalam Red Data Book IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) termasuk dalam kategori vulnerable (rentan). Penelitian ini bertujuan untuk menghitung densitas tangkasi pada elevasi yang berbeda di Gunung Klabat, Minahasa Utara. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah estimasi densitas Tangkasi berdasarkan vokalisasi (duet call) sesuai dengan yang dikembangkan oleh Saroyo et al (2014). Pada setiap elevasi dibuat 10 plot yang berbentuk lingkaran dengan diameter 100 m. Jarak antar plot 200 m. Berdasarkan hasil pengamatan, densitas tangkasi pada elevasi 500 mdpl (2,04 individu/Ha), elevasi 1000 mdpl (2,68 individu/Ha), elevasi 1500 mdpl (0,89 individu/Ha) dan elevasi 2000 mdpl (0,12 individu/Ha)

    Populasi Kupu-kupu (Lepidoptera ) di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara

    Full text link
    POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA ABSTRAK Kupu-kupu berperan penting dalam ekosistem dan dapat membantu proses penyerbukan pada tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi kupu-kupu di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Pengambilan sampel kupu-kupu dilakukan dari Maret sampai Mei 2013 di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Kupu-kupu dikoleksi dengan menggunakan metode sweeping yang diterapkan secara acak sepanjang 500m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kupu-kupu di Pulau Mantehage ada 19 spesies yang termasuk ke dalam 4 famili yaitu Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae dan Riodinidae. Spesies kupu-kupu yang paling banyak ditemukan yaitu Catopsilia scylla asema. Famili yang paling banyak ditemukan yaitu Famili Nymphalidae dengan jumlah spesies sebanyak 11 spesies. Kupu-kupu yang paling sedikit yaitu Famili Riodinidae yang memiliki jumlah satu spesies. Kata kunci : Populasi kupu-kupu, Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. POPULATION OF BUTTERFLY (LEPIDOPTERA) IN MANTEHAGE ISLAND, NORTH SULAWESI ABSTRACT Butterfly has ecological functions for pollination and as biodicator of ecosystem change. This study was conducted for studying butterfly population in Mantehage Island, North Sulawesi. Butterfly sampling conducted in March until May 2013 in Mantehage island, North Sulawesi. Butterfly were collected by using random sweeping along 500 m. The result showed there were 19 species in 4 families i.e. Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae dan Riodinidae. The most commonly butterfly found was Catopsilia scylla asema. The most common family was Nymphalidae with numbers of species were 11 species. The least family was Riodinidae with only 1 species
    corecore