2 research outputs found
Uji Efektivitas dan Toksisitas Antimalaria Fraksi Nomor 33K, 35K dan 36K Metabolit Sekunder Streptomyces hygroscopicus subsp. Hygroscopicus Secara In Vitro
Malaria merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Malaria disebabkan
oleh infeksi parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina dari spesies
Anopheles. Salah satu spesies yang sering digunakan sebagai model untuk infeksi malaria
pada manusia adalah Plasmodium berghei. Parasit ini menginfeksi mencit dan mempunyai
siklus hidup serta morfologi yang mirip dengan spesies Plasmodium yang menyebabkan
malaria pada manusia. Pengobatan yang efektif merupakan elemen penting dalam
pengendalian malaria. Akan tetapi, resistensi obat antimalaria muncul sebagai salah satu
tantangan terbesar dalam pengendalian malaria saat ini. Salah satu usaha yang dilakukan
untuk mengatasi masalah resistensi ini adalah pemanfaatan produk dari alam yang
memainkan peran penting sebagai sumber zat aktif biologis dalam pengembangan obat
baru. Salah satu sumber antibiotik alami pada penelitian terdahulu yang telah terbukti
memiliki efek antimalaria baik secara in vivo, in vitro dan in silico adalah ekstrak dari S.
hygroscopicus subsp. Hygroscopicus. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang
bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas antimalaria fraksi nomor 33K, 35K, dan 36K
metabolit sekunder S. hygroscopicus subsp. Hygroscopicus terhadap P. berghei dan
toksisitasnya sebagai kandidat obat antimalaria potensial baru secara in vitro.
Sampel penelitian ini memakai isolat S. hygroscopicus subsp. Hygroscopicus yang
telah difermentasi dan diekstraksi oleh peneliti terdahulu untuk mendapatkan metabolit
sekunder. Dari hasil fraksinasi diperoleh profil metabolit sekunder aktif dengan total 47
fraksi pada fraksinasi pertama dan 60 fraksi pada fraksinasi kedua, sehingga penelitian ini
akan berfokus pada fraksi nomor 33K, 35K, dan 36K. Terdapat dua uji yang akan dilakukan
yaitu uji efektivitas dan uji toksisitas. Uji efektivitas dilakukan secara in vitro terhadap kultur
P. berghei dengan mengamati morfologi dan menghitung densitas parasit secara
mikroskopis. Kemudian hasil densitas parasit dihitung dengan rumus untuk mengetahui
aktivitas penghambatan dan dapat ditentukan nilai Inhibition Concentration (IC50). Pada uji
efektivitas menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 0.25 μg/ml, 1.25 μg/ml, 6.25 μg/ml,
31.25 μg/ml, dan 156.25 μg/ml. Kemudian, dilanjutkan uji toksisitas menggunakan
prosedur MTT Assay terhadap kultur MCF-7 Breast Cancer Cell Line. Pada uji toksisitas
menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 0.25 μg/ml, 2.5 μg/ml, 25 μg/ml, 250 μg/ml, dan
2500 μg/ml. Pembacaan hasil uji toksisitas dilakukan menggunakan microplate reader,
kemudian dengan menghitung persentase kematian sel dapat ditentukan nilai Lethal
Concentration 50 (LC50).
Pada uji efektivitas penelitian ini, terbukti fraksi 36K memiliki persentase
penghambatan parasit terbaik dibandingkan fraksi 33K dan 35K. Persentase
penghambatan fraksi 36K pada konsentrasi 156,25 μg/ml adalah sebesar 52,36%.
Kemudian, nilai IC50 fraksi 36K dihitung dengan analisis probit yaitu pada konsentrasi
135.913 μg/ml. Fraksi 33K dan 35K belum dapat ditentukan nilai IC50 pada penelitian ini,
karena dengan konsentrasi paling tinggi yaitu 156,25 μg/ml fraksi 33K dan 35K memiliki
nilai presentase kematian sel sebesar 46,19% dan 44,94% (tidak mencapai 50% (IC50)).
Pada pengamatan morfologi dengan mikroskop, menunjukkan hasil bahwa fraksi
nomor 33K, 35K, dan 36K mampu merubah bentuk morfologi Plasmodium berghei. Hal ini
ditandai dengan penemuan crisis form pada konsentrasi 12,25 μg/ml dan konsentrasi yang
lebih tinggi. Crisis form ditunjukkan dengan bentuk sel parasit yang sitoplasmanya semakin
hilang dengan inti nukleus yang tertarik ke tepi sitoplasma parasit, dan kromatin yang
tampak tebal, padat, serta gelap.
viii
Uji toksisitas hanya dilakukan pada fraksi nomor 36K sebagai fraksi dengan
penghambatan densitas parasit terbaik daripada fraksi 33K dan 35K. Fraksi 36K terbukti
memiliki efek non toksik terhadap MCF7 Breast Cancer Cell Line secara in vitro. Akan
tetapi, nilai LC50 fraksi 36K pada penelitian ini belum dapat ditentukan karena dengan
konsentrasi paling tinggi yaitu 2500 μg/ml, fraksi 36K memiliki nilai presentase kematian
sel sebesar 23,28% (tidak mencapai 50% (LC50).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fraksi 33K, 35K
dan 36K ekstrak metabolit S. hygroscopicus subsp. Hygroscopicus memiliki efek
antimalaria terhadap Plasmodium berghei dan bersifat tidak toksik sebagai kandidat obat
antimalaria potensial baru dalam uji in vitr
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Murbei Hitam (Morus nigra L.) sebagai Antibiofilm Klebsiella Pneumoniae
ABSTRACT
Pneumonia is a health problem with high mortality, especially Ventilator-Associated Pneumonia (VAP). The most common cause of VAP is Klebsiella pneumoniae. This bacterium can make strong biofilms that are difficult to eradicate. The black mulberry leaf contains tannin, terpenoids, steroids and anthocyanins which are believed to have an antibiofilm effect on K. pneumoniae. This study aims to study the activity of black mulberry leaf extract as attachment prevention, growth inhibition and destruction of K. pneumoniae biofilms. The method used is the tissue culture plate method. The treatments consisted of black mulberry leaf extract with a concentration 0.16 mg/ml, 0.08 mg/ml, 0.04 mg/ml, 0.02 mg/ml, and 0.01 mg/ml. The results of the study were read using a microplate reader and optical density (OD) values were obtained. The results showed that black mulberry leaves had activity against attachment, growth inhibition, and destruction of K. pneumoniae biofilms with the highest activity at concentrations 0.04 mg/ml, 0.04 mg/ml, and 0.16 mg/ml. The percentage of antibiofilm activity in these combinations was 28.13%, 19.68%, and 25.70%. The results of the analysis data on the attachment prevention and growth inhibition of biofilm showed that the value of optical density was not influenced by the large concentration of black mulberry leaf extract. Meanwhile, in the biofilm destruction test, the value of optical density was significantly affected by the large concentration of black mulberry leaf extract (Morus nigra L.).
ABSTRAK
Pneumonia merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang tinggi, terutama Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Penyebab terbanyak VAP adalah Klebsiella pneumoniae. Bakteri ini memiliki kemampuan membentuk biofilm kuat sehingga sulit untuk dieradikasi. Daun murbei hitam memiliki kandungan senyawa tannin, terpenoid, steroid dan antosianin yang dipercaya memiliki efek antibiofilm terhadap K. pneumoniae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun murbei hitam sebagai pencegah perlekatan, penghambat pertumbuhan dan penghancuran biofilm K. pneumoniae. Metode yang digunakan adalah metode tissue culture plate. Perlakuan berupa penambahan ekstrak daun murbei hitam dengan konsentrasi 0,16 mg/ml, 0,08 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,02 mg/ml dan 0,01 mg/ml. Hasil penelitian dibaca menggunakan microplate reader dan diperoleh nilai optical density (OD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun murbei hitam memiliki aktivitas pencegahan perlekatan, penghambatan pertumbuhan, dan penghancuran biofilm K.
pneumoniae dengan aktivitas tertinggi pada konsentrasi berturut-turut yaitu 0,04 mg/ml, 0,04 mg/ml, dan 0,016 mg/ml. Presentase aktivitas antibiofilm pada konsentrasi tersebut berturut-turut yaitu 28,13%, 19,68% dan 25,70%. Hasil analisis data penelitian pada uji pencegahan perlekatan dan penghambatan pertumbuhan biofilm menunjukkan bahwa besar nilai optical density tidak dipengaruhi oleh besar konsentrasi ektrak daun murbei hitam. Sedangkan, pada uji penghancuran biofilm besar nilai optical density dipengaruhi secara signifikan oleh besar konsentrasi ektrak daun murbei hitam (Morus nigra L.)