37 research outputs found

    ANALISA BIAYA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA MANADO AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS (Studi Kasus: Angkutan Umum Trayek Pusat Kota 45-Malalayang)

    Get PDF
    Masyarakat perkotaan khususnya yang tergolong masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam menunjang mobilitas aktifitasnya sehari-hari sangat bergantung pada angkutan kota. Angkutan kota sebagai pilihan utama masyarakat perkotaan dituntut harus dapat menjangkau setiap zona yang ada dan memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Hal ini membuat makin banyaknya angkutan kota dalam satu rute perjalanan, sehingga tidak jarang terjadi kemacetan lalu lintas dalam suatu ruas jalan yang dilewati oleh angkutan umum tersebut. Dengan terjadinya kemacetan lalu lintas dalam satu ruas jalan mengakibatkan adanya tambahan waktu perjalanan, yang juga berdampak pada kehilangan biaya transportasi dari suatu angkutan umum penumpang. Kehilangan biaya transportasi dapat dihitung berdasarkan selisih antara biaya transportasi pada saat eksisting dan biaya transportasi pada saat stabil. Beberapa variabel yang yang penting dalam perhitungan biaya operasi kendaraan adalah: biaya tetap, biaya variabel dan biaya kepemilikan aset. Dalam penelitian ini dianalisa biaya transportasi angkutan umum trayek Pusat Kota 45 – Malalayang. Diambil trayek ini sebagai objek penelitian karena ruas jalan yang dilewati trayek ini sering terjadi kemacetan lalu-lintas mengingat banyaknya tempat-tempat yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Dengan penelitian ini dapat diketahui berapa besar biaya operasi kendaraan dan biaya transportasi yang ditanggung oleh pemilik mikrolet akibat kemacetan lalu lintas. Dari hasil penelitian didapat besarnya biaya operasi kendaraan  adalah sebesar Rp. 110.260.640,66 per tahun serta tiap harinya kendaraan mikrolet trayek Pusat Kota 45 – Malalayang menanggung biaya perjalanan akibat kemacetan lalu lintas sebesar Rp. 1.418,89 per jam atau Rp. 21.283.35 per hari. Kata kunci : analisa biaya transportasi, biaya operasi kendaraan, nilai wakt

    PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS

    Get PDF
    Lapis Aspal Beton-Lapis Aus atau Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) terdiri dari aspal sebagai bahan pengikat dan agregat; yang terdiri dari 3 (tiga) fraksi yaitu, Agregat Kasar (Course Aggregate), Agregat Halus (Fine Aggregate), Fraksi Filler (Filler Fraction). Sampai saat ini, untuk mengevaluasi performance dari campuran AC-WC masih dapat menggunakan metode Marshall, dengan kriteria Marshall mengacu pada spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010 revisi 3. Pada saat pembuatan hot mix  dengan menggunakan Asphalt Mixing Plant (AMP) ada kemungkinan terjadi fluktuasi kandungan filler yang akan mempengaruhi kriteria Marshall. Pengaruh dari variasi kandungan filler  terhadap kriteria Marshall yang akan diteliti. Di laboratorium, benda uji akan dibuat dengan susunan ukuran butir (gradasi) sedapat mungkin mengikuti gradasi ideal, hanya fraksi filler yang dibuat bervariasi. Dari hasil pengujian Marshall untuk campuran AC-WC dengan kadar filler terendah 2% sampai dengan yang tertinggi 10% (dalam rentang 2%) terhadap berat kering total agregat diperoleh nilai stabilitas untuk kadar filler yang terendah yaitu 1779 kg dan untuk yang tertinggi yaitu 2392 kg, juga nilai flow untuk yang terendah yaitu 3,00 mm dan yang tertinggi yaitu 4,00 mm, selanjutnya secara berturut-turut nilai ratio filler bitumen content antara 0,41 sampai dengan 2,07, nilai VIM menurun dari 7,35% sampai dengan 2,79%, nilai VMA menurun dari 19,17% sampai dengan 15,19%, nilai VFB antara 61,72% sampai dengan 81,67%. Dalam penelitian ini, kriteria Marshall yang menentukan jumlah kandungan filler yaitu nilai ratio filler bitumen content dan nilai VIM. Setelah dievaluasi berdasarkan kriteria Marshall diperoleh range kadar filler berada antara 6% sampai dengan 7%, untuk memenuhi kriteria Marshall menurut batasan dalam spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun  2010 revisi 3. Kata kunci: Lapis Aspal Beton- Lapis Aus, kriteria Marshall, filler fraction

    Kelayakan Material Domato Di Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaudsebagai Material Lapis Pondasi Perkerasan Jalan

    Get PDF
    Di Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud terdapat kandungan material domato yang cukup banyak. Untuk mengoptimalkan potensi sumber material yang ada di Pulau Karakelang dalam pembuatan jalan khususnya sebagai material lapis pondasi, maka akan diteliti tentang kelayakan material domato di Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai material lapis pondasi perkerasan jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik material domato terutama tingkat kelayakan material domato yang memberikan daya dukung yang tinggi berdasarkan pada spesifikasi Direktorat Jendral Bina Marga Tahun 2010. Material domato yang akan diuji diambil dari dua lokasi dari sekian lokasi yang ada, yakni Kecamatan Melonguane dan Kecamatan Pulutan. Penelitian dilakukan di laboratorium yang dimulai dengan pemeriksaan sifat-sifat fisik.Selanjutnya dilakukan uji kepadatan guna untuk mendapatkan kepadatan kering maksimum (γd maks) dan kadar air optimum (ωopt). Berdasarkan kadar air optimum, maka dibuatlah benda uji untuk pemeriksaan CBR. Dari hasil pemeriksaan material domato ex Melonguane diperoleh: Abrasi = 49,9%, Indeks Plastisitas = 4,48%, Hasil kali indeks Plastis dengan persen Lolos Ayakan No.200 = 62,72, Batas Cair = 32 dan CBR = 100%. Sedangkan hasil pemeriksaan material domato ex Polutan diperoleh : Abrasi = 47,9%, Indeks Plastisitas = 3,05%, Hasil kali indeks Plastis dengan persen Lolos Ayakan No.200 = 31,11, Batas Cair = 31,25 dan CBR =150%. Dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat fisik material domato ex Melonguane dan ex Polutan memiliki mutu dibawah syarat spesifikasi Bina Marga. Namun dengan sifat-sifat tersebut, padaPengujian kekuatan meiliki nilai daya dukung (CBR) yang tinggi. Maka dari itu dalam pembuatan jalan Material ini dapat langsung digunakan sebagai bahan untuk konstruksi lapis pondasi

    PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

    Get PDF
    Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) atau Laston (Lapis aspal beton-lapis antara). Campuran ini terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan filler (bahan pengisi). Menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 3, filler adalah bahan yang 100% lolos saringan No.100 dan tidak kurang 75% lolos saringan No.200. Dalam pelaksanaan pembuatan campuran beraspal panas menggunakan alat AMP (Asphalt Mixing Plant) kemungkinan terjadi fluktuasi kandungan filler. Pengaruh dari variasi kandungan filler dalam campuran ini yang akan diteliti terhadap kriteria Marshall. Dalam penelitian ini digunakan material agregat yang berasal dari desa Lolan dan telah melalui proses pemeriksaan sesuai dengan persyaratan agregat dalam campuran. Berdasarkan gradasi dicari komposisi campuran agregat dengan variasi kadar aspal kemudian diuji Marshall untuk mendapatkan kadar aspal terbaik. Berdasarkan gradasi yang diperoleh dan kadar aspal terbaik dibuat campuran yang mengikuti gradasi ideal, tetapi untuk membuat variasi filler pada ukuran saringan terbawah filler dan dua saringan sebelumnya turut divariasikan, setelah itu dibuat benda uji dengan variasi filler 2%,4%,6%,8%,10% terhadap berat total agregat kering. Hasil pengujian Marshall menunjukkan bahwa pada kadar filler 2% sampai dengan 10% nilai stabilitas adalah 1604 kg sampai dengan 2496 kg, nilai flow adalah 3,27 mm sampai dengan 4,35 mm, nilai VFB adalah 60,85% sampai dengan 83,09%, nilai ratio filler-bitumen efektif adalah 0,41 sampai dengan 2,03, hasil tersebut menunjukkan semakin tinggi kadar filler nilai stabilitas, flow, VFB dan ratio filler-bitumen efektif meningkat. Sedangkan pada kadar filler 2% sampai dengan 10% nilai VIM adalah 7,58% sampai dengan 2,56% dan nilai VMA adalah 19,35% sampai dengan 15,14%, menunjukkan semakin tinggi kadar filler nilai VIM dan VMA menurun. Kadar filler yang terbaik memenuhi seluruh kriteria Marshall ada pada range tertentu dan dalam penelitian ini dibatasi oleh persyaratan nilai ratio filler-bitumen efektif, maka range kadar filler terbaik berada antara 5% sampai dengan 7%. Kata Kunci : AC-BC, Filler (Bahan Pengisi), Kriteria Marshal

    KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 – BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

    Get PDF
    Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi antara Stabilitas dan Flow yang diperoleh dari uji tekan dengan metode Marshall sedangkan besaran Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif diperoleh dan dihitung dari komposisi campuran. Spesifikasi Teknik Bina Marga tahun 2010 Revisi 2 untuk campuran Lapis Aspal Beton (LASTON) semula ada batasan MQ namun pada revisi 3 MQ telah ditiadakan dan diganti dengan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif dengan batasan 1,0 sampai dengan 1,4. Dalam penelitian ini akan dikaji hubungan dan pengaruh Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif terhadap MQ pada campuran LASTON. Penelitian ini menggunakan material batu pecah dari lokasi sumber Kakaskasen dan Aspal penetrasi 60/70 ex Pertamina yang tersedia di Laboratorium Teknik Perkerasan Jalan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi. Bahan Filler tambahan menggunakan Portland Cement (PC). Proses penelitian ini dimulai dengan pemeriksaan persyaratan material dan perancangan komposisi agregat sesuai persyaratan gradasi LASTON, dibuat benda uji untuk pengujian Marshall dan hasil uji dianalisis, sehingga diperoleh kadar Aspal terbaik. Selanjutnya, dirancang komposisi dengan kadar Aspal tetap tapi kandungan Filler berubah – ubah sehingga Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif bervariasi menjadi 0.63, 0.95, 1.2, 1.45, dan 1,75.Dari pemeriksaan di laboratorium diperoleh untuk Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 0.63 nilai MQ adalah 395 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 0.95 MQ adalah 417 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 1.2 MQ adalah  439 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 1.45 MQ adalah 463 kg/mm, dan pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 1.75 MQ adalah 489 kg/mm. Dengan kata lain hubungan antara MQ dengan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif adalah sebagai berikut, jika Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif relatif kecil  menghasilkan nilai MQ yang rendah, sebaliknya Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif lebih besar, menghasilkan nilai MQ yang tinggi. Dengan menggunakan batasan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif antara 1.0 sampai dengan 1.4 nilai MQ yang diperoleh adalah 420 kg/mm sampai dengan 460 kg/mm. Batasan MQ yang sebelumnya hanya memberikan batas minimum 250 kg/mm.Sebaiknya menggunakan nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif yang tinggi karena akan menghasilkan MQ yang besar, namun kandungan kadar Aspal (Bitumen) harus diperhatikan karena kandungan bitumen  akan berpengaruh pada nilai Void In Mix (VIM).   Kata Kunci : Lapis Aspal Beton-Lapis Aus, Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif, Marshall Quotien

    Kajian Perbedaan Kinerja Campuran Beraspal Panas Antara Jenis Lapis Tipis Aspal Beton-lapis Aus (Hrs-wc) Bergradasi Senjang Dengan Yang Bergradasi Semi Senjang

    Get PDF
    HRS-Lapis Aus (HRS-WC) digolongkan atas 2 jenis gradasi yaitu yang bergradasi senjang dan semi senjang. Pada dasarnya kedua gradasi agregat dalam campuran HRS-WC ini hampir sama, namun menurut spesifikasi Bina Marga Tahun 2010, HRS bergradasi semi senjang dapat digunakan pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak tersedia. Untuk HRS-WC yang benar-benar senjang, dengan ketentuan paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Campuran HRS-WC gradasi senjang dan semi senjang akan diteliti berdasarkan kriteria Marshall. Akan dibuat jenis campuran bergradasi senjang dan semi senjang dari bahan dasar yang sama, yaitu batu pecah dari desa Lolan Bolaang Mongondow, aspal curah bersetifikat dan pasir halus yang berasal dari pasir pantai desa Ambang Bolaang Mongondow. Penelitian dimulai dengan pemeriksaan mutu agregat dan dilanjutkan sampai pada pengujian Marshall agar mendapatkan kriteria Marshall. Hasil penelitian menunjukkan pada campuran HRS-WC gradasi senjang kadar aspal terbaik 7,4% sedangkan campuran HRS-WC gradasi semi senjang, kadar aspal terbaik 7,2%. Pada masing-masing kadar aspal terbaik dari kedua campuran menunjukkan bahwa campuran HRS-WC gradasi senjang relatif lebih rendah terhadap campuran HRS-WC gradasi semi senjang ditinjau dari Stabilitas yang lebih kecil 1,86% , Marshall Quotient yang lebih kecil 4,48% dan VIM lebih kecil dengan selisih 0,10% (dari 5,20% ke 5,10%). Demikian juga campuran HRS-WC gradasi semi senjang relatif lebih rendah terhadap campuran HRS-WC gradasi senjang ditinjau dari Flow yang lebih kecil 2,52%, VMA lebih kecil dengan selisih 0,31%, dan VFB lebih kecil dengan selisih 0,96%. Jika ditinjau dari Stabilitas dan Marshall Quotient, campuran HRS-WC gradasi semi senjang relatif lebih sensitif terhadap Perubahan kadar aspal (baik lebih tinggi atau lebih rendah dari kadar aspal terbaik yang diperoleh), dibandingkan dengan campuran HRS-WC gradasi senjang. Juga dapat disimpulkan bahwa antara kedua jenis campuran tersebut, perbedaan kriteria Marshall tidak signifikan (lebih kecil dari 10%). Apabila kemungkinan terjadi fluktuasi kadar aspal di lapangan, maka disarankan untuk memilih campuran HRS-WC gradasi senjang karena jika terjadi Perubahan terhadap kadar aspal baik lebih tinggi atau lebih rendah dari kadar aspal terbaik, Perubahan yang terjadi pada kriteria Marshall relatif tidak terlalu signifikan. Tetapi jika melihat dari segi kadar aspal terbaik yang diperoleh, maka disarankan memilih campuran HRS-WC gradasi semi senjang karena kadar aspal terbaik yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan kadar aspal terbaik pada campuran HRS-WC gradasi senjang

    ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT BERAT UNTUK PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Lingkar SKPD Tahap 2 Lokasi Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur)

    Get PDF
    Pekerjaan teknik sipil berskala besar perlu menggunakan alat berat. Alat berat menurut fungsinya masing-masing antara lain alat penggali, pemuat, pengangkut, penghampar, dan alat pemadat. Alat harus digunakan secara efisien sehingga pengguna perlu mengetahui kemampuan alat, jenis-jenis alat, keterbatasan alat, serta biaya operasional alat. Produktivitas alat berat bergantung pada jenis atau type alat, metode kerja, kondisi medan kerja, serta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis alat yang dibutuhkan, serta kapasitas produksi alat berat pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar SKPD Tahap 2 di Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Sesuai dengan waktu (durasi) kontrak dan kuantitas pekerjaan utama (major item), pekerjaan galian dijadwalkan 45 hari kerja dengan kuantitas pekerjaan 23.128 m3; pekerjaan timbunan dijadwalkan 33 hari kerja dengan kuantitas pekerjaan 11.181 m3; pekerjaan lapis pondasi agregat dijadwalkan 30 hari kerja dengan kuantitas pekerjaan 866 m3; pekerjaan perkerasan aspal dijadwalkan 11 hari kerja dengan kuantitas pekerjaan 564 m3. Produksi Asphalt Mixing Plant dan Crusher tidak ditinjau.  Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data yang ada dilapangan kemudian dilakukan analisis kapasitas produksi, keseimbangan penggunaan alat, serta harga satuan alat sesuai teori yang dirangkum dari berbagai sumber untuk menunjang analisis yang dilakukan.Dari hasil analisis diperoleh jenis alat berat yang akan digunakan beserta kapasitas produksi dari masing-masing alat sesuai dengan pekerjaan utama yaitu Pekerjaan Galian kapasitas produksi Hydraulic Excavator 150,22 m3/jam, Dump Truck 57,73 m3/jam. Pekerjaan Timbunan Pilihan kapasitas produksi Wheel Loader 23,22 m3/jam, Dump Truck 14,36 m3/jam, Motor Grader 1863 m3/jam, Vobration Roller 51,86 m3/jam. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Wheel Loader 23,22 m3/jam, Dump Truck 5,39 m3/jam, Motor Grader 1397,3 m3/jam, Vobration Roller 51,86 m3/jam. Pekerjaan Perkerasan Aspal Dump Truck 6,78 m3/jam, Asphalt Finisher 39,69 m3/jam, Tandem Roller 45,9 m3/jam, Pneumatic Tired Roller 56,7 m3/jam.Dapat disimpulkan sesuai dengan waktu yang ditentukan serta kapasitas produksi dari masing-masing alat, waktu puncak berada pada hari yang ke 66 sampai 75 sesuai kontrak dengan kuantitas produksi 577,52 m3/hari karena pada hari tersebut terjadi 2 jenis pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan sehingga alat yang dibutuhkan untuk hari tersebut yaitu Hydraulic Excavator 1 unit, Dump Truck 5 unit, Wheel Loader 1 unit, Motor Grader 1 unit, Vibratory Roller 1 unit. Kebutuhan alat dapat ditanggulangi karena kapasitas Dump Truck kurang lebih hampir sama dengan kuantitas produksi yaitu 576,72 m3/hari, sedangkan kapasitas alat lain melebihi kuantitas produksi. Kata Kunci:     Produktivitas Alat Berat, Pembangunan Jalan,Excavator, Loader, Rolle

    KAJIAN PERBEDAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS YANG MENGGUNAKAN BAHAN AGREGAT DENGAN BERAT JENIS (SPESIFIK GRAFITY) YANG BERBEDA

    Get PDF
    Berat jenis agregat dari berbagai sumber tidak akan sama, tergantung pada sifat fisik dan mekanik. Campuran beraspal panas dari berbagai sumber itu akan berbeda satu sama lain, Berat jenis akan mempengaruhi parameter-parameter pengujian Marshall berupa Stabilitas, Flow, VIM, VMA, VFB, kepadatan, (Spesifikasi Bina Marga tahun 2010 revisi 3). Penelitian ini akan mengkaji perbedaan campuran beraspal panas yang menggunakan bahan agregat dengan berat jenis (spesifik grafity) yang berbeda. Benda uji Marshall dibuat dengan menggunakan material batu pecah yang bersumber dari tiga tempat yaitu Kakaskasen Tomohon, Tateli Minahasa dan Matali Kotamobagu, dengan aspal penetrasi 60/70 ex Pertamina sebagai bahan pembentuk campuran beraspal panas. Setelah dilakukan pemeriksaan bahan selanjutnya dicari komposisi agregat yang memenuhi syarat untuk masing-masing campuran yaitu AC-WC dan dibuat campuran benda uji untuk 5 variasi kadar aspal untuk setiap sumber material. Hasil penelitian untuk ketiga material yang kadar aspalnya dibuat sama dan penambahan PC sebesar 1%, Maka nilai-nilai marshall menunjukkan angka yang berbeda, seperti berat jenis material Matali termasuk tinggi, sehingga berada di angka 2.7. pada pengujian Marshall di kadar aspal 6.5%, nilai stabilitas di dapat sebesar 2045 kg; flow = 2.70 mm; VIM = 3.53%; VMA = 17.67%; VFB = 80.10%; density =2.40 gr/cc; rasio filler = 0.85. Berat jenis material Tateli termasuk rendah, sehingga berada di angka 2.4 dan 2.3. pada pengujian Marshall di kadar aspal 6.5%, nilai stabilitas di dapat sebesar 1450 kg; flow= 3.01mm; VIM = 3.67%; VMA = 15.43%; VFB = 76.24%; density = 2.18 gr/cc; rasio filler = 1.41. Berat jenis material Kakaskasen termasuk rendah, sehingga berada di angka 2.4 dan 2.3. pada pengujian Marshall di kadar aspal 6.5%, nilai stabilitas di dapat sebesar 1535 kg, flow = 3.49mm; VIM = 4.58%; VMA=15.10%; VFB = 69.71%, density= 2.15 gr/cc; rasio filler = 1.07. Jika harga satuan pekerjaan Hotmix aspal diukur dalam satuan berat, maka dalam 1ton/m³ campuran yang dikalikan dengan harga satuan pekerjaan masih relatif menguntungkan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa material Matali merupakan material yang memiliki nilai density terbesar yaitu kisaran 2.40 sedangkan material Tateli dan material Kakaskasen memiliki nilai density yang relatif rendah sehingga menghasilkan nilai yang hampir sama yaitu sebesar 2.18 dan 2.15. hal ini disebabkan semakin tinggi nilai berat jenis pada material maka nilai density semakin tinggi. Jika satuan pembayaran dari campuran beraspal panas diukur dari satuan berat, maka menggunakan agregat yang mempunyai berat jenis yang lebih besar relatif lebih mengguntungkan. Dari kesimpulan tersebut disarankan pada pekerjaan perkerasan jalan, jika sebaiknya menggunakan material yang berat jenis tinggi seperti material Matali Kata kunci: Besaran Marshall, Berat jenis, AC-WC, Material, Densit

    PERENCANAAN TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN JALAN TIPE B DI KECAMATAN TOMOHON SELATAN KOTA TOMOHON

    Get PDF
    Menurut Perda Kota Tomohon No 6 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Tomohon Tahun 2013 – 2033, dalam Bab 4 Pasal 14 Ayat 1b direncanakan akan dibangun 4 terminal penumpang angkutan jalan raya tipe B, masing-masing di  Kecamatan Tomohon Barat, Tomohon Timur, Tomohon Utara, dan Tomohon Selatan. Dalam penelitian ini dibahas tentang perencanaan terminal di Kecamatan Tomohon selatan yang  merupakan kawasan tingkat kedatangan trayek terbanyak dibandingkan dengan Kecamatan lain.Perencanaan terminal penumpang angkutan jalan raya ini digunakan data terminal eksisting untuk perencaanan terminal baru yang mengacu pada Permenhub No. 132 Tahun 2015 dan tidak mengambil data forecast karena akan memerlukan data jangka panjang. Berdasarkan data tersebut akan di analisis Fasilitas dan Kapasitas terminal, Pola Parkir dan antrian pada terminal, serta Model bentuk rencana terminal beserta layout-nya.Dari hasil analisis data yang diperoleh maka untuk luas perencanaan terminal adalah 7665 m² dan terdiri dari 2 (dua) jalur dengan perincian 1 (satu) jalur untuk areal kedatangan dan 1 (satu) jalur untuk areal pemberangkatan. Terminal menggunakan 2 (dua) pintu yaitu 1 (satu) pintu masuk dan 1 (satu) pintu keluar. Dan untuk areal parkir kendaraan yaitu areal kedatangan menggunakan sistem parkir 180º dan areal pemberangkatan menggunakan sistem parkir 90º. Diharapkan hasil perencanaan yang didasarkan pada data terminal eksisting dapat memenuhi kebutuhan perencanaan salah satu terminal yang akan dibangun di tomohon selatan kota Tomohon. Kata Kunci : Perencanaan Terminal, Tomohon Selata

    Batu Bara Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Minyak Pada Campuran Aspal Panas

    Full text link
    Kelangkaan BBM untuk proses produksi campuran aspal panas membuat para produsen memakai material batu bara sebagai penggantinya. Studi ini meneliti tentang kinerja campuran aspal panas HRS-Base denganagregat dari cold bin yang proses pengeringan menggunakan BBM dan campuran aspal panas HRS-Base dengan agregat dari hot bin yang proses pengeringan menggunakan batu bara serta meneliti tentang perbedaan biaya kedua campuran tersebut.Pengujian dilakukan di laboratorium transportasi dengan material agregat pecah, pasir alam ex Kinilow, batu bara serta aspal penetrasi 60/70. Spesifikasi yang digunakan sebagai acuan adalah Spesifikasi KhususCampuran Beraspal Panas HRS-Base Dirjen Bina Marga tahun 2007, dan pengujian dilakukan dengan uji Marshall, untuk mendapatkan karakteristik campuran aspal panas yang proses pengeringannya menggunakan BBM dan menggunakan batu bara.Hasil pengujian menunjukkan bahwa HRS-Base proses pengeringan dengan BBM, memenuhi spesifikasi kriteria Marshall pada kadar aspal 5,15 % - 6,75 %, sedangkan HRS-Base proses pengeringan dengan batubara, mempunyai rentang kadar aspal yang lebih pendek yaitu memenuhi spesifikasi kriteria Marshall pada kadar aspal 5,85 % - 6,5 %.Untuk memproduksi 1 ton campuran aspal panas, memerlukan biaya BBM sebesar Rp. 50.292,- bahan bakar/ton, sedangkan jika menggunakan batu bara hanya memerlukan Rp. 45.000,-bahan bakar/ton
    corecore