5,091 research outputs found
Banking crisis in Asia and Latin America – A single pattern for emerging market economies?
Most extant work on prediction of banking crises has utilised global samples, which are in turn dominated by observations from middle-income countries, and rely on a
single estimator, while a range of specifications is desirable to check robustness. However, economic and financial structure as well as the pattern of shocks may differ substantially across regions. Accordingly, in this paper we test the implicit pooling assumption in earlier
work on Early Warning Systems using the widest range of models, by estimating logit, signal extraction and binary recursive tree specifications separately for crises in Asia and Latin America, as well as the pooled sample. Results suggest markedly different crisis determinants across regions, implying global samples are inappropriate
Off-balance sheet exposures and banking crises in OECD countries
Against the background of the acknowledged importance of off-balance-sheet exposures in the sub prime crisis, we seek to investigate whether this was a new phenomenon or common to earlier crises. Using a logit approach to predicting banking crises in 14 OECD countries we find a significant impact of a proxy for the ratio of banks‟ off-balance-sheet activity to total (off and on balance sheet) activity, as well as capital and liquidity ratios, the current account balance and GDP growth. These results are robust to the exclusion of the most crisis prone countries in our model. For early warning purposes we show that real house price growth is a good proxy for off balance sheet activity prior to the sub-prime episode. Variables capturing off-balance sheet activity have been neglected in most early warning models to date. We consider it essential that regulators take into account the results for crisis prediction in regulating banks and their off-balance sheet exposures, and thus controlling their contribution to systemic risk
Bank regulation, property prices and early warning systems for banking crises in OECD countries
Early warning systems (EWS) for banking crises generally omit bank capital, bank
liquidity and property prices. Most work on EWS has been for global samples dominated by
emerging market crises where time series data on bank capital adequacy and property prices are typically absent. We estimate logit crisis models for OECD countries, finding strong effects from capital adequacy and liquidity ratios as well as property prices, and can exclude traditional variables. Higher capital adequacy and liquidity ratios have a marked effect on the crisis probabilities, implying long run benefits to offset some of the costs that such regulations may impose
How idiosyncratic are banking crises in OECD countries?
Low levels of bank capital and liquidity in combination with ongoing crises in other countries are shown to increase the probability of banking crises in OECD
countries. Hence global coordination of regulatory reform is vital for reducing crisis risks.Funding was received from the ESRC for this work
Evaluasi Terminal Penumpang Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo Berdasarkan Konsep Acoustical Building
Fungsi sistem transportasi yaitu mampu menghasilkan jasa yang lancar, aman, nyaman, handal dan berkemampuan tinggi serta diselenggarakan secara terpadu, tertib, efektif dan efisien. Sedangkan peranannya adalah menunjang dalam menggerakkan dinamika pembangunan, memperlancar mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung peningkatan hubungan secara nasional.
Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sedang berkembang pesat sehingga menuntut terciptanya percepatan terhadap kebutuhan pada berbagai bidang khususnya di bidang transportasi udara.
Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo terletak pada jazirah utara pulau Sulawesi yaitu Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dahulu masuk wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Bandar udara ini berjarak 18 km dari Ibu Kota Kabupaten Limboto dengan koordinat 00 38' 17" LU dan 122 51' 07" BT, dengan ketinggian di atas permukaan laut 18 m adalah merupakan pintu gerbang utama transportasi udara yang melayani Daerah Provinsi Gorontalo dengan Ibu Kota Negara dan Kota Provinsi lainnya di wilayah Republik Indonesia. Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo memiliki panjang landasan 2500 m dengan lebar 45 m. Sedangkan apron memiliki panjang 230 m dan lebar 80 m.
Keywords : Transportasi udara dan Bandara Djalaluddi
DAMMING HUNZA RIVER BY MASSIVE ATTABAD LANDSLIDE, STORY OF A RISK MANAGEMENT INITIATIVE FROM HUNZA, PAKISTAN
The mountainous region of northern Pakistan is seismically active as Indian plate is subducting beneath the Eurasian plate. Various geological phenomena are active due to the mountain building and landslides are one of the most destructive natural disasters in the Karakoram range. The northern part of Pakistan, Gilgit-Baltistan, falling in this region is no exception to that. Attabad was a remote village situated on the right bank of Hunza River at a ground distance of almost 125 km from Gilgit city. The area falls into Darkut-Karakoram metamorphic complex composed of granites, granodiorite, and gneiss. A devastating landslide occurred on 4th January 2010, as mode of circular failure which blocked the Hunza River forming a lake behind. The debris material hit the opposite rock cliff, due to narrow gorge the landslide mass travelled downstream 1.5km with huge debris surges, hitting 8 houses in lower Attabad which came under rubble and 19 people died. Aga Khan Agency for Habitat previously FOCUS Pakistan developed an inventory of active landslides across the KKH in Hunza in 2000-2001, however this landslide was not identified. Later in 2002 after the Astore earthquake initial cracks developed at the top of the slope. The 8th October Kashmir earthquake destabilized and U-shaped demarcation appeared across the slope. Anthropogenic activities like irrigation of lands, seepage of water from rain and snow melt water further destabilized the land. Finally, an earthquake in November 2009 in Hindukush region triggered the landslide and brittle failure occurred on 4th January 2010
Perencanaan Emplasemen Bekry Sepanjang 1500 Meter Lintas Tanjung Karang - Kotabumi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku statis elemen struktur balok beton bertulang pracetak yang disambung dengan sambungan basah. Benda uji yang digunakan adalah balok beton bertulang 30 MPa dengan 6 buah tulangan utama diameter 8 mm yang diletakkan di atas dua tumpuan sendi rol pada masing-masing ujungnya mempunyai penampang prismatis segi empat 10x18 cm2. Sambungan basah adalah sambungan yang menggunakan bahan beton polimer 40 MPa dengan metoda penyambungan menggunakan metoda prepacked. Kajian perilaku statis pada model benda uji untuk mengetahui kekuatan lentur struktur, kekakuan dan pola retak struktur balok akibat beban statis yang diletakkan di tengah bentang. Beban statis adalah beban mempunyai arah dan besar tetap. Hasil kajian struktur beton yang disambung kemudian dibandingkan dengan struktur yang tanpa sambungan (monolit). Kekuatan balok dengan sambungan basah lebih kecil daripada kekuatan balok monolit
Analisis Pengaruh "SPEED HUMPS" Terhadap Karakteristik Lalulintas
Perkembangan teknologi kendaraan bermotor yang semakin pesat menyebabkan kecepatan kendaraan semakin bertambah. Hal tersebut disamping memberikan keuntungan bagi pengguna kendaraan berupa waktu tempuh yang semakin singkat juga dapat menimbulkan kerugian dengan sering terjadinya kecelakaan akibat kecerobohan pengemudi baik roda dua ataupun roda empat, khususnya jika melewati jalan-jalan di lingkungan pemukiman yang padat penduduk. Di lingkungan pemukiman yang padat penduduk, anak-anak sering bermain di jalan akibat terbatasnya fasilitas umum yang tersedia. Hal tersebut tentu saja sangat membahayakan keselamatan jiwa mereka jika ada kendaraan yang lewat. Untuk mengatasi hal tersebut warga di sekitar pemukiman biasanya memasang speed humps (alat pembatas kecepatan) dengan bentuk dan ukuran yang beragam dengan maksud untuk menurunkan kecepatan kendaraan yang melintas, melindungi pejalan kaki ataupun anak-anak yang sedang bermain di lingkungan tersebut.Ă‚ Penelitian ini menganalisis Speed Humps terhadap kecepatan yang meliputi pengaruh pemasangan speed humps terhadap penurunan kecepatan; mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kendaraan pada area speed humps.serta karakteristik yang mempengaruhi kendaraan ketika melintasi daerah speed humps. Kecepatan kendaraan sebelum di speed humps berbeda dengan kecepatan kendaraan pada saat melintas di speed humps, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan speed humps secara nyata mampu untuk menurunkan kecepatan kendaraan.Ă‚ Hubungan Kecepatan dan Kepadatan diperoleh persamaan linier, sebelum speed humps adalah Y = 20,032491 - 1,1123 X dengan koeffisien korelasi sebesar 0,958431; saat melintas adalah Y = 16,377346 - 0,718344 X dengan koeffisien korelasi sebesar 0,98294 , sedangkan setelah melintas adalah Y = 27,690623 - 1,643643X dengan koeffisien korelasi sebesar 0,991433. Hubungan Kecepatan dan Aliran lalu lintas mempunyai persamaan sebelum speed humps adalah f=((20,03249 v-v^2))/1,11241 ; saat melintas adalah f=((16,377346 v-v^2))/(-0,718344), sedangkan setelah melintas adalah f=((27,690623 v-v^2))/(-1,643643). Hubungan Kepadatan dan Aliran lalu lintas mempunyai persamaan sebelum speed humps adalah f = 20,03249 d - 1,1123 d2 ; saat melintas adalah f = 16,377346 d - 0,718344 d2, sedangkan setelah melintas adalah f = 27,690623 d - 1,643643 d
- …