409 research outputs found
Wakaf Produktif di Negara Sekuler: Kasus Singapura dan Thailand
Dalam Islam beberapa aktifitas yang potensial untuk dikembangkan dalam mengatasi kemiskinan adalah wakaf. Wakaf selain berfungsi sebagi ibadah individual, juga sebagai ibadah sosial. Perkembangan wakaf tidak hanya terjadi pada negara – negara muslim saja tetapi juga pada negara – negara sekuler. Beberapa negara sekuler di kawasan Asia Tenggara adalah Singapura dan Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, manajemen wakaf produktif di Singapura tidak hanya berkontribusi pada masyarakat sosial dan kebutuhan keagamaan, di negara asal mereka dan bahkan manfaatnya dirasakan sampai ke luar negeri seperti India, Yaman, Arab Saudi, dan Indonesia. Kedua, akuntabilitas dan transparansi yang kuat serta budaya muslim Singapura yang baik telah membuat semua aset wakaf dapat diaudit dengan benar. Ketiga, wakaf produktif di Thailand belum memiliki manajemen terintegrasi karena tidak adanya lembaga wakaf independen yang bertanggung jawab mengadministrasikan asset wakaf dan tidak Undang – Undang wakaf yang mengatur hal tersebut di Kerajaan Thailand sehingga asset wakaf sering kali mudah dirampas oleh pihak – pihak tertent
Deteksi Perkembangan Lahan Terbangun Kota Gorontalo Berdasarkan Citra Last (Landsat, Aster, & Sentinel-2a) (Detection of the Built-up Area Development in Gorontalo City Based on Last (Landsat, Aster, & Sentinel-2a) Imagery)
–Lahan terbangun mudah ditemukan di wilayah perkotaan yang merupakan penggunaan lahan paling banyak dibandingkan penggunaan lahan lainnya. Perkembangan lahan terbangun turut meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi. Sebagian besar aktivitas penduduk berupa ekonomi, jasa, perdagangan, perkantoran, pendidikan, kesehatan, dan sarana hiburan yang terpusat di wilayah perkotaan menyebabkan ketersediaan lahan non-terbangun kian menyusut pula. Deteksi lahan terbangun dapat dikaji dari data penginderaan jauh menggunakan indeks perkotaan (urban index), klasifikasi multispektral (supervised and unsupervised classification), dan saluran spektral (spectral bands). Penelitian ini bertujuan mendeteksi lahan terbangun berdasarkan citra multis-sensor dan multi-temporal. Citra landsat 5 TM, landsat 8, ASTER, dan sentinel-2B (LAST) digunakan dalam penelitian ini. Pengolahan citra digital dilakukan pada masing-masing citra yang menggunakan metode klasifikasi terbimbing algoritma support vector machine (SVM). Sebanyak empat kelas tutupan lahan diambil, yaitu lahan terbangun, vegetasi, lahan terbuka dan tubuh air. Sampel kelas lahan terbangun diambil sebanyak 31 titik secara random sampling yang tersebar di wilayah penelitian. Uji validasi dilakukan untuk masing-masing citra berdasarkan ground check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan lahan terbangun mengarah ke utara, dan perbedaan luasan informasi lahan terbangun yang disebabkan perbedaan resolusi spasial.
Kata kunci: lahan terbangun, landsat, aster, sentinel, klasifikasi terbimbing, Gorontal
Social isolation causers mortality by disrupting energy homeostrasis in ants
Social deprivation can have negative effects on the lives of social animals, including humans, yet little is known about the mechanisms by which social withdrawal affects animal health. Here we show that in the carpenter ant Camponotus fellah, socially isolated workers have a greatly reduced life span relative to ants kept in groups of ten individuals. By using a new tracking system, we found that social isolation resulted in important behavioral changes and greatly increased locomotor activity. The higher activity of single ants and their increased propensity to leave the nest to move along the walls suggested that the increased mortality of isolated ants might stem from an imbalance of energy income and expenditure. This view was supported by the finding that while isolated ants ingested the same amount of food as grouped ants, they retained food in the crop, hence preventing its use as an energy source. Moreover, the difference in life span between single and grouped individuals vanished when ants were not fed. This study thus underlines the role of social interactions as key regulators of energy balance, which ultimately affects aging and health in a highly social organism
Interpretasi Lahan Sawah Di Kecamatan Limboto Barat Menggunakan Citra Landsat 8 Oli (Interpretation of Paddy Fields in West Limboto Subdistrict Using Landsat 8 Oli)
- One of the issues of national food security is the availability of staple food in the form of rice in a sustainability. The availability of paddy fields in West Limboto subdistrict, which is one of the rice producing areas in Gorontalo Regency needs to be interpreted to be known if there is land conversion in the future. Calculation of rice fields can be interpreted using remote sensing data. The purpose of this research is to interpreationt the extent of paddy field located in West Limboto subdistrict. Landsat 8 OLI
(Operational Land Imager) acquired November 20, 2015 is the data used in this study. GPS measuring instrument is used as a tool for checking the coordinates of sample points that will be in the fiel d check.
The method by digital image processing landsat 8 OLI using supervised classification algorithm maximum likelihood. Landsat 8 layer stacking process then do corrected geometric. Unsupervised classification is performed as an initial interpretation stage to classify land cover and also as sample point extraction. Total 18 sample points were taken that were used for ground data. Reclassified using supervised method processing after finished ground data. The results show that the paddy fields about
886,66 ha spread in 8 villages.
Keywords: paddy fields, supervised, mapping, west limboto, Gorontal
Identifikasi Potensi Alam Desa Dulangeya Sebagai Kawasan Wisata Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Identification of the Natural Potential of Dulangeya Village as a Tourism Area Using Geographic Information Systems)
- Penelitian ini dilakukan di Desa Dulangeya Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo. Desa Dulangeya merupakan salah satu Desa di Kecamatan Botumoito yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang layak untuk dijadikan sebagai obyek daya tarik wisata alam. Potensi alam tersebut berupa sumber mata air panas, mangrove dan pesisir pantai berpasir putih berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi alam di Desa Dulangeya menjadi kawasan wisata dengan memanfaatkan aplikasi SIG. Metode dan analisis data yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi yaitu metode yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan potensi alam di Desa Dulangeya yang akan dijadikan sebagai kawasan wisata dan dianalisis secara spasial dan skoring. Hasil analisis spasial berdasarkan peta tutupan lahan, peta lereng dan peta geologi menunjukan bahwa Desa Dulangeya memiliki tutupan lahan (hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, pertanian lahan
kering, pertanian lahan kering bercampur semak/belukar), tataran geologi aluvium dan granodiorit serta kemiringan lereng yang berkisar antara 2-5% dan 5-15%. Sedangkan berdasarkan hasil analisis skoring untuk setiap kriteria penilian adalah daya tarik (94,44%), aksesibilitas (70,83%), akomodasi (33,33%) serta sarana dan prasana (70%). Berdasarkan hasil analisis spasial dan analisis skoring menunjukkan bahwa Desa Dulangeya merupakan salah satu Desa di Kecamatan Botumoito yang memiliki potensi SDA yang layak untuk dijadikan sebagai salah satu obyek wisata alam.
Kata Kunci: Potensi Alam, Wisata, Desa Dulangeya, SI
Analisis Spasio-temporal Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kabupaten Gorontalo (Spatio-temporal Analysis of Dengue Health Fever (Dbd) in Gorontalo District)
– Data dan informasi secara spasial dan temporal sangat berguna dalam upaya mengurangi jumlah kejadain DBD di setiap Daerah, dan Kabupaten Gorontalo belum memiliki informasi secara spasial dan temporal mengenai kejadian DBD, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis data dan informasi kejadian DBD di Kabupaten Gorontalo secara spasiotemporal. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo.Sebuah perangkat lunak ArcGIS 10.1 diaplikasikan dalam penelitian ini untuk melihat secara epidemiologi deskriptif yang disajikan dalam bentuk peta, dan tabel yang kemudian digambarkan secara tumpang susun dengan data kejadian DBD melalui sistem informasi geografis (SIG). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam enam tahun terakhir, sejak Tahun 2010 hingga Tahun 2016 Kabupaten Gorontalo mengalami KLB DBD di Kecamatan Limboto, kemudian pada tahun 2013-2016 terdapat 9 Kecamatan yang mengalami KLB DBD yakni Kecamatan Telaga, Telaga Jaya, Telaga Biru, Limboto Barat, Tilango, Tibawa, Bilato dan Tabongo yang ditandai oleh peningkatan kasus pada setiap tahun di Wilayah bagian Timur Kabupaten Gorontalo tepatnya berada di area Kawasan Danau Limboto. jika diverivikasi menggunakan data Curah Hujan, Kejadian DBD di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2011 hingga tahun 2015 tidak dipengaruhi oleh jumlah Curah Hujan akan tetapi berbeda dengan kejadian DBD pada tahun 2016 yang justru dipengaruhi oleh jumlah Curah Hujan yang tinggi.
Kata kunci: spasio-temporal, sig, demam berdarah dengue, Gorontal
Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Arahan Fungsi Kawasan Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Alo Kabupaten Gorontalo (Analysis of the Suitability of Land Use Based on the Direction of the Function of the Area in Alo Basin in Gorontalo District)
- Penetapan fungsi kawasan sangat penting guna menjaga kelestarian dan mencegah kerusakan lingkungan, sehingga dapat meningkatan keselamatan, kesejahteraan serta Kenyamanan hidup. Kejadian longsor di Kabupaten Gorontalo sebagian dari wilayah DAS Alo yaitu berada di Kecamatan Pulubala dan Kecamatan Tibawa telah menghancurkan 221 buah rumah, 31 buah rumah di antaranya rusak parah, dan korban luka-luka sejumlah 628 orang. Selain itu yang menjadi faktor penyebab longsoran di DAS Alo diantaranya adalah faktor lereng, jenis tanah, curah hujan yang tinggi dan pemanfaatan lahan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memetakan arahan fungsi utama kawasan di DAS Alo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 (2) Menganalisis kesesuaian penggunaan lahan di DAS Alo berdasarkan arahan fungsi utama kawasan dan menyajikannya dalam bentuk peta. Metode dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah skoring, overlay, dan survey lapangan. Berdasarkan hasil analisis DAS Alo memiliki 4 arahan fungsi kawasan yaitu Arahan fungsi kawasan lindung memilki luas 93.09 ha (0.40%), kawasan penyangga 4970.74 ha (21.13), kawasan budidaya tanaman tahunan 3614,56 ha (15,37%), sedangkan kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman memilki luas sebasar 14.843,3 ha (63,10%). Sebagian besar pemanfaatan lahan di DAS Alo dikatakan sudah sesuai terhadap arahan fungsi kawasan, dimana lahan sesuai memilki luas 18.566,6 ha atau 79,05 % sedangkan lahan yang tidak sesuai 4.920,7 ha atau 20,95 % dari seluruh wilayah DAS Alo.
Kata kunci: kesesuaian lahan, arahan fungsi lahan, daerah aliran sungai alo, Gorontal
- …