156 research outputs found

    Prospek Pengembangan Industri Perkulitan Pada Pelita VI

    Get PDF
    The leather industry is one of the strong competitive industry, as it comes from renewable natural resources. Therefore, the leather industry has good prospect to develop at the Pelita VI to be the industrial products export competitive. To develop leather industry and leather products should be given closed attention and well managed, especially concerning raw material supply, quality and leather waste treatment. INTISARI Industri perkulitan merupakan salah satu industri berdaya saing kuat, karena berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui.Oleh karena itu industri perkulitan mempunyai prospek untuk dikembangkan pada Pelita VI untuk dijadikan komoditi andalan ekspor hasil-hasil industri.Untuk mengembangkan industri kulit dan produk kulit perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik, hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku kulit, mutu dan pengendalian limbah kulit

    Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)

    Get PDF
    The waste of B3 is every waste contain of a dangerous anfd of or toxic goods. B3 waste can be produced from specific source, nort specific source and dispodal chemicals. B3 waste has one or more characteristic as follow : corrosive reactive, easy to burm, easy to explode, toxic and infection. Every body or enterprice is not permitted to import B3 waste from abroard to Indonesia or vice versa without permission from the Government of Indonesia Republic. INTISARI Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun. Limbah B3 dapat dapat dihasilkan dari sumber specific, sumber tidak specific dan bahan kimia yang dibuang. Limbah B3 memiliki sesuatu atau lebih karakteristik berikut : korosif, reraktif, mudah terbakar, mudah meledak beracun dan menyebabkan infeksi. Setiap orang atau badan USAha dilang memasukkan limbah B3 dari luar negri kedalam negri atau sebaliknyatanpa persetujuan pemerintah Republik Indonesia

    Social and Anthropometrics Profile of Independent Elderly in East Jakarta, Indonesia

    Full text link
    Studi dilakukan untuk mendokumentasikan status gizi, berdasar pada Index Masa Tubuh (IMT), keadaan sosio-ekonomi dan lingkungan hidup dari dewasa muda (17 sampai 24 tahun), dewasa (25 sampai 44 tahun), pra-lansia (45 sampai 59 tahun) sampai pada lansia (60 tahun atau lebih). Penelitian potong lintang dengan menggunakan pengambilan sampel secara acak dan bertingkat dilakukan di Jakarta Timur. Pemeriksaan antropometri dan status sosio-ekonomi dilakukan pada responden berusia 17 tahun dan lebih. Berat badan kurang dan berat badan lebih dijumpai pada semua kelompok usia. Pra-lansia mempunyai resiko lebih untuk kegemukan. Para lansia dengan IMT yang lebih rendah mempunyai status sosio-ekonomi yang lebih rendah pula. Sebagian besar dari lansia laki-laki mandiri secara ekonomi dan mereka merupakan kepala keluarga. Para lansia perempuan secara ekonomi tidak mandiri dan berperan sebagai ibu rumah tangga. Para dewasa muda dalam presentase yang cukup besar secara ekonomi belum mandiri dan masih tinggal dalam rumah orang tuanya.Para lansia menunjukan IMT dan status sosio-ekonomi yang lebih rendah, sedangkan banyak lansia perempuan dan dewasa muda yang secara ekonomi tidak mandiri

    Alat Ukur Tinggi Badan Manusia Portabel

    Full text link
    Pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat sehingga memberikan banyak kemudahan bagi semua orang untuk melakukan aktivitas di berbagai bidang. Dalam bidang kesehatan banyak orang menggunakan peralatan ukur untuk mengetahui kondisi badan mereka setiap saat terutama dalam mengukur tinggi badan. Saat ini untuk mengukur tinggi badan biasanya dilakukan dengan bantuan orang dengan alat ukur panjang biasa. Dengan demikian pengukuran yang dilakukan akan sedikit terganggu karena perlu bantuan orang lain (kurang efisien). Maka dalam penelitan ini dirancang sebuah alat ukur tinggi badan manusia portabel yang mempermudah pengukuran tinggi badan seseorang secara digital sehingga info tentang tinggi badan dapat langsung dilihat di LCD dan didengar melalui speaker. Alat pengukur tinggi badan ini menggunakan sensor ultrasonik sebagai media untuk memperoleh data pengukuran. Pada alat pengukur tinggi badan ini diperlukan speaker untuk menunjukkan error dan hasil pengukuran tinggi. Hasil pengukurannya akan ditampilkan pada LCD dan terdengar melalui speaker. Semua proses diatur melalui Mikrokontroler AT89S5

    Keadaan Gizi Kurang Dan Beberapa Aspek Fungsi Otak

    Full text link
    Keadaan gizi kurang dan beberapa aspek fungsi otak. (Under­nutrition and some aspects of brain function). Presented at the Second National Pediatric Congress. Bandung, 1971. A group of 31 Indonesian children aged 9 to 15 years whose nutritional status had been studied over a two-year period from 1957 to 1959 were reexamined in 1969. According to their earlier classification which was made in the first examination. 10 chil­dren had been undernourished and 21 children were regarded as healthy mostly during their second and third year of life. The undernourished and healthy groups were significantly smaller than the reference Djakarta standard. Between the ori­ginal undernourished and healthy groups they showed also a significant difference both in height and weight. On the basis of the clinical aspects, the healthy group remained in better physical condition. The dietary study showed low calorie and nutrient intakes particularly protein which were deficient in both groups. The parents of the children of both groups had a low income, were unskilled laborers and were illiterate. Educational place­ment showed that most of the children lag much behind the average for Indonesian school children. The I.Q. values were found significantly lower in the under­nourished group. The large number of cases detected as abnor­mal, recorded as generalized or focal slow activity of the brain waves, was 64.5%. Our observations indicated that early undernutrition during the second and third year of life, also presumably earlier, resulted in retardation of both physical and intellectual developments

    Profil Anak Balita Penderita Gizi Buruk Di Daerah Bogor

    Full text link
    PROFIL ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI DAERAH BOGO

    Hubungan Keadaan Gizi Dengan Beberapa Aspek Intellegensia

    Full text link
    Hubungan keadaan gizi dengan beberapa aspek intelligensi. (The relation of nutritional status on some aspects of intelligence). Presented at the Second National Pediatric Congress. Bandung, 1971. Data obtained in this empirical study agree very well with the theoretical assumption that nutritional status influences the functions of intelligence. The lower the degree of nutritional status, the greater it affects the functions of intelligence. The study showed clearly that undernutrition influences verbal abilities and abstraction. Undernutrition influences also attention and concentration which in turn decrease the mental effectiveness of the subjects; and performance tasks, but which ability is influenced was not clearly shown. It might be due to the environment which was not stimulating for the development of this ability. The effects of undernutrition on perception were also not clearly shown in this study. This study indicated that in the study of nutritional status one should not neglect the influence of the environment. In order that intelligence be able to function at an optimum, any improve­ment of nutritional status should be accompanied by improve­ment in socio-economic, psychological and educational conditions

    Kecukupan Energi Dan Pola Kegiatan Golongan Remaja Putra Di Pedesaan Bogor

    Full text link
    Kebutuhan energi manusia berbeda menurut golongan umur, jenis kelamin serta kegiatan fisiknya. Penelitian mengenai penggunaan energi dan pola kegiatan remaja putra di pedesaan, telah dilakukan, guna menaksir kecukupan energinya. Sebagai subyek ialah siswa dari Sekolah Lanjutan Atas di Kabupaten Bogor, dalam keadaan gizi baik (BB/TB = 90% baku Harvard). Jumlah subyek yang terpilih dari dua sekolah tersebut ada 97 orang, berumur 16-19 tahun. Data jenis serta waktu yang digunakan untuk berbagai kegiatan diperoleh dengan cara mencatat berbagai kegiatan menit demi menit selama 24 jam. Penggunaan energinya diperoleh dengan mengukur penggunaan oksigen pernafasan dalam keadaan "Basal" (Basal Metabolic Rate cara tidak langsung); kemudian dihitung secara faktorial dengan menggunakan konstanta FAO/WHO/UNU 1985. Hasil yang diperoleh ialah rata-rata "Basal Metabolic Rate" sebesar 0.018 Kkal/Kg BB/menit atau 26.43 Kkal/BB/24 jam; besarnya penggunaan energi sehari adalah 2053.6 Kkal atau 40.99 Kkal/Kg BB/hari. Sehingga taksiran kecukupan energi untuk kegiatan putra di pedesaan adalah 40.99 Kkal/Kg BB/hari
    corecore