149 research outputs found

    Representasi Black Campaign dalam Spanduk Kampanye Pilkada Jakarta 2012

    Full text link
    Representasi Black Campaign Dalam Spanduk Kampanye Pilkada Jakarta2012SkripsiDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikanPendidikan Strata 1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama : Sony Kusuma AnugerahNim : D2C008103JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013Nama : Sony Kusuma AnugerahNIM : D2C008103Judul : Representasi Black Campaign Dalam Spanduk Kampanye Pilkada Jakarta 2012AbstrakKampanye merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan, saat menjelang suatupemilihan umum. Berbagai cara dilakukan dalam kampanye untuk menarik simpati masyarakat.Banyak cara berkampaye yang dilakukan tim sukses dari partai atau calon untuk bisamemperoleh dukungan dari masyrakat, bahkan kampanye hitam. Kampanye hitam dianggapmampu membentuk opini publik untuk menciptakan citra buruk pihak lawan politik. Sepertiyang terjadi pada Pilkada Jakarta 2012 kemarin, banyaknya temuan pelanggaran terutama dalamkaitan kampanye hitam. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bentuk kampanye hitamyang terjadi pada Pilkada Jakarta 2012 melalui konstruksi makna pada salah satu mediaberkampanye, yaitu spanduk.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisissemiotika untuk menganalisis objek penelitian. Teknik analisis yang dilakukan denganmenggunakan teori semiotika Roland Barthes. Teks atau kata dalam spanduk diuraikan dalamdua tahap untuk mencari makna-makna yang terkandung didalamnya. Tahap pertamapembahasan kata melalui makna denotasi, dan tahap kedua pembahasan kata melalui maknakonotasi yang selanjutnya akan didapat mitos yang berkembang dimasyarakat.Kata-kata pada teks dalam spanduk penelitian ini, merupakan sesuatu yang ambigu.Dibutuhkan kedalaman makna yang dilanjutkan dengan mengkonstruksikan makna, sehinggaakan didapat suatu cerita atau fenomena yang terjadi didalamnya. Black campaign merupakansalah satu bentuk kegiatan propaganda politik, yang berkonotasi negatif dalam penilaian publik.Black campaign bertujuan untuk membentuk opini publik untuk citra yang buruk terhadap lawanpolitiknya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam spanduk kampanye Pilkada Jakarta ini,Black campaign digunakan sebagai kampanye yang menyerang sisi pribadi, kebijakan-kebijakanpolitik, dan dilakukan oleh pelaku yang anonim.Kata kunci: Representasi, Black Campaign, Kampanye.Name : Sony Kusuma AnugerahNIM : D2C008103Title : Black Campaign Representation Inside The Banner Campaign From Elections ofRegional Heads Jakarta 2012AbstractThe campaign is one of the routine activities performed, the eve of a general election.Various methods are used in a campaign to draw public sympathy. Many ways to conducted asuccessful team of the party or candidate to earn the support of the community, even blackcampaign. Black campaign is considered capable of forming public opinion to create a badimage of the political opposition. As happened in Jakarta 2012 elections yesterday, the numberof findings of violations, especially in relation to black campaign. This research aims to describethe shape of a black campaign that occurred in Jakarta Election 2012 through the construction ofmeaning in one of the media campaign, the banner.This research used a qualitative approach using semiotic analysis to analyze the researchobject. Engineering analysis performed using Roland Barthes' semiotic theory. Text or words inthe banner outlined in two stages to find the meanings contained therein. The first stage of thediscussion of the meaning of words through denotation, and the second stage through thediscussion of connotations which would then be obtained myths that developed in thecommunity.The words on the banner text in this research, is something that is ambiguous. It takes adepth of meaning that continue to construct meaning, to get up a story or phenomena that occurtherein. Black campaign is one form of political propaganda activities, which is a negativeconnotation in the public assessment. Black campaign aims to shape public opinion to a badimage against his political opponents.Results of this research indicate that in the Jakarta election campaign banners, Blackcampaign is used as a campaign attacking the personal, political policies, and conducted by theanonymous perpetrator.Key Word: Representation, Black Campaign, Campaign.PENDAHULUANIndonesia telah menjadi salah satu negara yang menganut demokrasi sebagai sistempemerintahannya. Salah satu instrumen terbesar dari sistem demokrasi di Indonesia adalahadanya proses pemilu. Pada tahun 2005, Indonesia mengalami kemajuan proses demokrasikarena rakyat Indonesia mendapatkan haknya untuk memilih langsung calon pemimpin wilayahatau daerahnya melalui PILKADA, yang pada awalnya Kepala Daerah dicalonkan oleh DPRDdan dipilih atau diputuskan oleh Presiden.Kegiatan Pilkada tentu saja tidak lepas dari kegiatan berkampanye. Charles U Larson(dalam Ruslan, 2008:25-26) membagi jenis kampanye menjadi tiga jenis, yaitu kegiatan menjualproduk, gagasan Perubahan sosial, dan kandidat. Kampanye kandidat merupakan kampanye yangberorientasi bagi calon untuk kepentingan kampanye politik. Hal ini tentu saja berkaitan untukmendapatkan dukungan dari pemilih atau pemegang hak suara. Namun pada Kenyataannyasekarang ini banyak kegiatan kampanye yang dilakukan untuk menyerang lawan politiknya(attacking campaign).Kampanye menyerang terdapat dua jenis kampanye, yaitu black campain dan negativecampaign. Black Campaign merupakan model kampanye dengan cara membuat suatu isu ataugosip yang ditujukan kepada pihak lawan, tanpa didukung fakta atau bukti yang jelas (fitnah).Sedangkan Negative Campaign merupakan model kampanye yang lebih menonjolkan dari segikekurangan lawan politik, dan dari apa yang telah disampaikan mempunyai bukti atau fakta yangjelas.Black campaign terlihat seperti dibawah ini yang terdapat pada spanduk kampanyePilkada untuk menjatuhkan salah satu pasangan Cagub dan Cawagub Jokowi-Ahok.Gambar 1.1 Spanduk Pilkada 2012Gambar 1.2 Spanduk Pilkada 2012Pada dasarnya, black campaign merupakan kampanye yang terselubung. Pelaku blackcampaign biasanya juga tidak memperlihatkan identitas seseorang ataupun kelompok politik. Isidari black campaign pun tidak irasional dan tidak dapat dibahas secara terbuka, sehinggakebanyakan khalayak akan menerima isi kampanye ini secara “bulat”, tanpa memproses dari isikampanye hitam ini. Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti Bagaimanabentuk black campaign melalui konstruksi makna dalam spanduk kampanye Pilkada Jakarta2012?.ISIPenelitian ini menggunakan perspektif interpretif yaitu untuk mencari sebuahpemahaman bagaimana kita membentuk dunia pemaknaan melalui interaksi dan bagaimana kitaberperilaku terhadap dunia yang kita bentuk itu. (Ardianto & Q-Anees,2007:124-150Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai makna suatu tanda dengan menggunakananalisis semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika Roland Barthes.Barthes menggunakan istilah konotasi (makna ganda) dan denotasi (makna tunggal) yangmenunjukan tingkatan-tingkatan makna. Maka denotasi adalah tingkat pertama yang bersifatobjektif yang dapat diberikan.Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan,namun juga mengandung makna kedua bagi tanda denotatif yang melandasi kebenarannya.Barthes menyebut denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yangdigunakan barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Tanda konotatif menggambarkaninteraksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilainilai dari kebudayaannya (Sobur, 2009:128). Signifikasi tahap kedua yang berhubungan denganisi tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan ataumemahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.Secara denotatif kalimat “Endonesa Tercina” (spanduk 1) merupakan kalimat penegasan,untuk cinta Indonesia namun dengan cara penyampaian yang sedikit kasar atau dengan caramenyindir. Endonesa Tercina berarti bangsa yang tecinta. Spanduk ini sebenarnya bermaksuduntuk membangkitkan kecintaan terhadap bangsa Indonesia namun dengan penyampaian yangberupa sindirianSedangkan spanduk 2 Secara denotatif kalimat “Haram...!!! Orang Kafir MenjadiPemimpin Orang Islam” mempunyai arti berupa himbauan ataupun penegasan larangan bagiyang membacanya. Kata-kata yang dipakai dalam teks ini merupakan kata-kata yang tegas,karena pada akhir kata pertama yaitu “haram” diakhiri dengan tanda seru “!”.Kalimat pada teks spanduk 2 ini merupakan kalimat dengan pesan persuasif. Pesanpersuasif adalah pesan yang berisikan bujukan, yakni mengingatkan kepada khalayak bahwatelah terdapat hukum yang mengatur orang (agama Islam) untuk memilih pemimpinnya.Sedangkan untuk makna konotasi representasi black campaign dalam spanduk EndonesaTercina! (spanduk 1) ini ditujukan kepada calon wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atauyang lebih dikenal dengan panggilan Ahok. Spanduk ini bertujuan untuk mempersuasipembacanya agar tidak memilih pasangan Jokowi – Ahok. Ahok yang merupakan orangketurunan Cina, pada dasarnya akan berpihak, menguntungkan, dan lebih mendahulukankaumnya. Latar belakang Ahok yang sebagai pengusaha, juga akan memuluskan pengusahapengusahanon-pribumi untuk mencari keuntungan di kota Jakarta.Sedangkan spanduk 2 ini bertujuan untuk mempersuasi pembacanya agar tidak memilihJokowi sebagai pemimpin (Gubernur) pada Pilkada Jakarta 2012. Spanduk ini mengatakanbahwa Jokowi merupaka sosok orang kafir, hal ini dikarenakan Jokowi merupakan anak dariperkawinan yang berbeda agama yaitu bapak dari Jokowi beragama Islam dan Ibu dari Jokowiberagama Nasrani. Perkawinan berbeda agama terutama bagi seorang muslim sangat terlarangdiajaran agama Islam.PENUTUPBlack campaign menjadi suatu cerminan politik di Indonesia pada saat ini, dimanakampanye dilakukan tidak didasari sesuai dengan undang-undang dan etika yang berlaku.Kampanye merupakan suatu kegiatan dari calon, tim sukses partai atau kelompok-kelompokyang mendukung untuk meyakinkan masyarakat agar mau memilihnya untuk menjabat, denganmenawarkan atau menjanjikan apa yang akan dilakukan dalam program kerjanya. Kampanyeyang positif tidak boleh dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras, suku, agama, golongancalon atau peserta pemilu serta menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupunmasyarakat.Kenyataan pada saat ini, black campaign bisa menjadi bumerang bagi pihak pengirim isukarena masyarakat akan bersimpati terhadap korban kampanye ini. Gambaran ini tercermindengan terpilihnya pasangan Jokowi-Ahok untuk menjabat sebagai Gubernur dan WakilGubernur dengan banyaknya terpaan black campaign pada diri mereka.KESIMPULANBlack campaign pada spanduk ini, digambarkan sebagai kampanye yang menyerang sisipribadi, dan cenderung tidak ada hubungannya dengan kampanye serta mengesampingkan etikaundang-undang dalam berkampanye, seperti pada pasal 78 ayat 2 dan 3.Black campaign dianggap sebagai salah satu strategi yang jitu untuk menjatuhkan pihaklawan, serta tidak membutuhkan dana yang besar sehingga black campaign sangat mudah untukdilakukan. Orientasi semata-mata hanya untuk kekuasaan, sehingga berbagai cara dilakukan agartujuannya yaitu terpilih dalam pemilu tercapai.DAFTAR PUSTAKAArdianto, Elvinaro, dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:Simbiosa Rekatama MediaBudiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka UtamaBudiman, Kris. 2011. Semiotika Visual – Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta :JalasutraEmzir. 2010. Analisis Data : Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. RajaGrafindoPersadaFiske, John. 1992. Introduction to Communiation Studies. Bandung : Citra Aditya BaktiFiske, John. 2011. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta : JalasutraMulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT RemajaRosadakaryaNasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : TarsitoRuslan, Rosady. 2008. Kiat dan Strategi Public Relations. Jakarta : PT. RajaGrafindoPersadaSobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, AnalisisSemiotik dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja RosadakaryaSobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja RosdakaryaSunardi, St. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta : Penerbit Buku Baik YogyakartaVan Zoest, Aart. 1991. Fiksi dan Nonfiksi Dalam Kajian Semiotik. Jakarta : IntermasaWibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis BagiPenelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta : Mitra Wacana MediaLain-lain :Laely Wulandari, S.H., M.Hum. Makalah “Black campaign sebagai tindak pidana politik”Internet :http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/09/12403053/Ini.Jenis.Kampanye.yang.Menyerang.Lawan. (diakses 13 oktober 2012, 16:00)http://id.wikipedia.org/http://abisyakir.wordpress.com/2012/09/17/prediksi-jokowi-menang-di-pilkada-DKI-putaran-2/ (diakses 12 februari 2013, 22:08)http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2319 (diakses 19 februari 2013, 00:51)http://www.merdeka.com/Jakarta/tata-pkl-ahok-lirik-pengusaha-pribumi.html (diakses 1 mei2013, 01:00)http://finance.detik.com/read/2013/02/27/144925/2181170/4/ahok-tak-ada-lagi-pengusahadapat-proyek-cuma-karena-kedekatan (diakses 1 mei 2013, 01:10)http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/03/19/mjwfr1-ahokkeberatan-dengan-ump-Perusahaan-silakan-minggir (diakses 1 mei 2013, 01:13)http://www.wartamerdeka.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2472:waktu-ahok-bupati-belitung-timur-banyak-hajikan-guru-ngaji&catid=77:DKI-Jakarta&Itemid=420(diakses 1 mei 2013, 01:23)http://www.republika.co.id/berita/menuju-Jakarta-1/news/12/08/08/m8g2ta-fitnah-ibujokowi-rhoma-terancam-dipidanakan (diakses 23 april 2013, 18:35)http://ahok.org/berita/news/ini-komentar-ibunda-jokowi-soal-isu-sara/ (diakses 27 april 2013,00.25

    Modification of Mixed Structure Tio2 Nanoporous-nanotube Arrays with Cds Nano Particle and Their Photo Electro Chemicalproperties

    Full text link
    MODIFICATION OF MIXED STRUCTURE TiO2 NANOPOROUS-NANOTUBE ARRAYS WITH CdS NANO PARTICLE AND THEIR PHOTO ELECTRO CHEMICALPROPERTIES. In thiswork, a mixed structure TiO2 with a top nanoporous layer and an underneath highly ordered nanotube arrays layer (TNPs-NTAs) were prepared by anodic oxidation of Ti foil under controlled anodization time in an electrolyte containing fluoride ion,water and ethylene glycol. CdS nanoparticles (NPs) was deposited onto the mixed structure of TiO2 by Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) with an aim toward tuning the photoelectrochemical performance to visible region. Themorphology, elemental composition, crystal structure, optical properties and photoelectrochemical performance of TNPs-NTs and CdS modified (CdS/TNP-NTAs) samples were characterized by Field Emisi Scanning Electron Microscope (FESEM), Electron Dispersive Spectroscopy (EDS), X-Ray Diffractometer (XRD), Diffuse Reflactance Spectroscopy (DRS) and electrochemical working station respectively. The results indicate that CdS nanoparticles uniformly decorated on top of surface and inner wall of TNPs-NTs sample. No clogging of CdS-NP at the mouth TNPs-NTAs was observed. The CdS/TNP-NTs show an increasing in the visible light adsorption and photocurrent response. Under white light illumination (9.93 mW/cm2), we found that the CdS/TNPs-NTAs have an optimum photocurrent density of 1.16 mA/cm2 , corresponding to energy photoconversion efficiency of 9.75%, which is 7 times higher than that of the bare TiO2 (TNPs-NTAs). The increase of photocurrent is attributed to the enhancement of charge separation efficiency and improved electron transport

    Clicktivism Sebagai Dramaturgi Di Media Sosial

    Full text link
    Media sosial adalah salah satu medium online yang paling banyak digunakan saat ini dengan angka pengguna yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Media sosial dipercaya telah membawa bentuk baru dalam dunia komunikasi, termasuk sosiologi komunikasi. Di Indonesia dan beberapa negara lainnya, penggunaan media sosial dalam sebuah aktivisme telah menjadi hal yang lumrah. Aktivisme suatu gerakan sosial menggunakan fitur-fitur yang terdapat dalam media sosial untuk mencari anggota/relawan dan mendukung penyebaran awareness dari gerakan agar menyebar luas (viral). Dengan tujuan tersebut, aktivisme dalam suatu gerakan sosial rentan berubah menjadi clicktivism, yaitu kemauan untuk menunjukkan kepedulian dari suatu gerakan sosial melalui aktivitas di dunia maya (click), tetapi tidak diimbangi dengan pengorbanan yang berarti (action) dalam membuat suatu Perubahan sosial di dunia nyata. Banyaknya clicktivism yang terjadi di media sosial seakan memberi peluang bagi pelaku (clicktivist) untuk memanfaatkan aktivitas tersebut sebagai upaya unjuk diri, seperti yang dijelaskan dalam konsep dramaturgi oleh Erving Goffman (1959). Penelitian bertujuan untuk mengetahui makna dan gagasan-gagasan clicktivist yang menjadikan clicktivism sebagai dramaturgi di media sosial. Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis semiotika oleh Roland Barthes (1957). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan beberapa post di media sosial tentang gerakan Ice Bucket Challenge pada Agustus 2014. Data kemudian diinterpretasi menggunakan konsep analisis mitos dalam studi semiotika Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa clicktivist menggunakan aksi dalam gerakan Ice Bucket Challenge sebagai upaya untuk menampilkan diri, seperti yang dijelaskan Goffman dalam konsep dramaturgi. Clicktivist menggunakan front stage untuk mempercantik tampilan dirinya melalui aksi yang dilakukan, atau pakaian dan atribut yang dikenakan. Clicktivist juga menggunakan impression management agar dipersepsikan secara positif oleh penonton sesuai dengan gambaran/image ideal dirinya. Impression management ditunjukkan melalui pakaian/atribut yang dikenakan, juga dari dialog dan gesture yang ditampilkan clicktivist. Sedangkan back stage merupakan fakta-fakta yang terdapat dalam aksi Ice Bucket Challenge yang dilakukan clicktivist. Fakta ini seringkali tidak sesuai dengan apa yang diungkapkan clicktivist pada front stage-ny

    Proses Strategi Branding yang Dilakukan Pemerintah Kota Magelang melalui Pesan Kota Sejuta Bunga

    Full text link
    Sebuah kota dituntut terlibat dalam kegiatan pemasaran dan branding untukmeningkatkan citra kota. Sehingga diharapkan mampu memposisikan dan menjadiimage kota. Menyambut hal ini beberapa Kepala Daerah mulai menawarkan potensidaerah termasuk Pemerintah Kota Magelang.Pemerintah Kota Magelang membranding Magelang dengan “Kota SejutaBunga”. Untuk menyampaikan pesan Kota Sejuta Bunga maka Pemerintah KotaMagelang melakukan pembangunan fisik Kota Magelang termasuk melakukanpenataan taman kota.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahuistrategi branding dan mengevaluasi proses strategi branding yang dilakukanPemerintah Kota Magelang melalui pesan Kota Sejuta Bunga. Fase-fase destinationbranding menjadi dasar dalam evaluasi branding Kota Magelang. Oleh karena itu,penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses branding yang dilakukan olehKota Magelang sudah sesuai dengan konsep branding. Hal ini dapat dilihat melaluihal-hal yang telah dilakukan Kota Magelang untuk mewujudkan Kota Sejuta Bunga

    MODIFICATION OF MIXED STRUCTURE TiO2 NANOPOROUS-NANOTUBE ARRAYS WITH CdS NANO PARTICLE AND THEIR PHOTO ELECTRO CHEMICALPROPERTIES

    Get PDF
    MODIFICATION OF MIXED STRUCTURE TiO2 NANOPOROUS-NANOTUBE ARRAYS WITH CdS NANO PARTICLE AND THEIR PHOTO ELECTRO CHEMICALPROPERTIES. In thiswork, a mixed structure TiO2 with a top nanoporous layer and an underneath highly ordered nanotube arrays layer (TNPs-NTAs) were prepared by anodic oxidation of Ti foil under controlled anodization time in an electrolyte containing fluoride ion,water and ethylene glycol. CdS nanoparticles (NPs) was deposited onto the mixed structure of TiO2 by Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) with an aim toward tuning the photoelectrochemical performance to visible region. Themorphology, elemental composition, crystal structure, optical properties and photoelectrochemical performance of TNPs-NTs and CdS modified (CdS/TNP-NTAs) samples were characterized by Field Emisi Scanning Electron Microscope (FESEM), Electron Dispersive Spectroscopy (EDS), X-Ray Diffractometer (XRD), Diffuse Reflactance Spectroscopy (DRS) and electrochemical working station respectively. The results indicate that CdS nanoparticles uniformly decorated on top of surface and inner wall of TNPs-NTs sample. No clogging of CdS-NP at the mouth TNPs-NTAs was observed. The CdS/TNP-NTs show an increasing in the visible light adsorption and photocurrent response. Under white light illumination (9.93 mW/cm2), we found that the CdS/TNPs-NTAs have an optimum photocurrent density of 1.16 mA/cm2 , corresponding to energy photoconversion efficiency of 9.75%, which is 7 times higher than that of the bare TiO2 (TNPs-NTAs). The increase of photocurrent is attributed to the enhancement of charge separation efficiency and improved electron transport

    Validation of the Fibromyalgia Survey Questionnaire within a Cross-Sectional Survey

    Get PDF
    The Fibromyalgia Survey Questionnaire (FSQ) assesses the key symptoms of fibromyalgia syndrome. The FSQ can be administrated in survey research and settings where the use of interviews to evaluate the number of pain sites and extent of somatic symptom intensity and tender point examination would be difficult. We validated the FSQ in a cross-sectional survey with FMS patients. In a cross-sectional survey, participants with physician diagnosis of FMS were recruited by FMS-self help organisations and nine clinical institutions of different levels of care. Participants answered the FSQ (composed by the Widespread Pain Index [WPI] and the Somatic Severity Score [SSS]) assessing the Fibromyalgia Survey Diagnostic Criteria (FSDC) and the Patient Health Questionnaire PHQ 4. American College of Rheumatology 1990 classification criteria were assessed in a subgroup of participants. 1,651 persons diagnosed with FMS were included into analysis. The acceptance of the FSQ-items ranged between 78.9 to 98.1% completed items. The internal consistency of the items of the SSS ranged between 0.75–0.82. 85.5% of the study participants met the FSDC. The concordance rate of the FSDC and ACR 1990 criteria was 72.7% in a subsample of 128 patients. The Pearson correlation of the SSS with the PHQ 4 depression score was 0.52 (p<0.0001) and with the PHQ anxiety score was 0.51 (p<0.0001) (convergent validity). 64/202 (31.7%) of the participants not meeting the FSDC criteria and 152/1283 (11.8%) of the participants meeting the FSDC criteria reported an improvement (slightly too very much better) in their health status since FMS-diagnosis (Chi2 = 55, p<0.0001) (discriminant validity). The study demonstrated the feasibility of the FSQ in a cross-sectional survey with FMS-patients. The reliability, convergent and discriminant validity of the FSQ were good. Further validation studies of the FSQ in clinical and general population settings are necessary

    Optimizing the Timing of Highest Hydrocortisone Dose in Children and Adolescents With 21-Hydroxylase Deficiency

    Get PDF
    CONTEXT: Hydrocortisone treatment of young patients with 21-hydroxylase deficiency (21OHD) is given thrice daily, but there is debate about the optimal timing of the highest hydrocortisone dose, either mimicking the physiological diurnal rhythm (morning), or optimally suppressing androgen activity (evening). OBJECTIVE: We aimed to compare 2 standard hydrocortisone timing strategies, either highest dosage in the morning or evening, with respect to hormonal status throughout the day, nocturnal blood pressure (BP), and sleep and activity scores. METHODS: This 6-week crossover study included 39 patients (aged 4-19 years) with 21OHD. Patients were treated for 3 weeks with the highest hydrocortisone dose in the morning, followed by 3 weeks with the highest dose in the evening (n = 21), or vice versa (n = 18). Androstenedione (A4) and 17-hydroxyprogesterone (17OHP) levels were quantified in saliva collected at 5 am; 7 am; 3 pm; and 11 pm during the last 2 days of each treatment period. The main outcome measure was comparison of saliva 17OHP and A4 levels between the 2 treatment strategies. RESULTS: Administration of the highest dose in the evening resulted in significantly lower 17OHP levels at 5 am, whereas the highest dose in the morning resulted in significantly lower 17OHP and A4 levels in the afternoon. The 2 treatment dose regimens were comparable with respect to averaged daily hormone levels, nocturnal BP, and activity and sleep scores. CONCLUSION: No clear benefit for either treatment schedule was established. Given the variation in individual responses, we recommend individually optimizing dose distribution and monitoring disease control at multiple time points

    Human embryonic stem cell-derived test systems for developmental neurotoxicity: a transcriptomics approach

    Get PDF
    Developmental neurotoxicity (DNT) and many forms of reproductive toxicity (RT) often manifest themselves in functional deficits that are not necessarily based on cell death, but rather on minor changes relating to cell differentiation or communication. The fields of DNT/RT would greatly benefit from in vitro tests that allow the identification of toxicant-induced changes of the cellular proteostasis, or of its underlying transcriptome network. Therefore, the 'human embryonic stem cell (hESC)- derived novel alternative test systems (ESNATS)' European commission research project established RT tests based on defined differentiation protocols of hESC and their progeny. Valproic acid (VPA) and methylmercury (MeHg) were used as positive control compounds to address the following fundamental questions: (1) Does transcriptome analysis allow discrimination of the two compounds? (2) How does analysis of enriched transcription factor binding sites (TFBS) and of individual probe sets (PS) distinguish between test systems? (3) Can batch effects be controlled? (4) How many DNA microarrays are needed? (5) Is the highest non-cytotoxic concentration optimal and relevant for the study of transcriptome changes? VPA triggered vast transcriptional changes, whereas MeHg altered fewer transcripts. To attenuate batch effects, analysis has been focused on the 500 PS with highest variability. The test systems differed significantly in their responses (\20 % overlap). Moreover, within one test system, little overlap between the PS changed by the two compounds has been observed. However, using TFBS enrichment, a relatively large 'common response' to VPA and MeHg could be distinguished from 'compound-specific' responses. In conclusion, the ESNATS assay battery allows classification of human DNT/RT toxicants on the basis of their transcriptome profiles.EU/FP7/ESNATSDFGDoerenkamp-Zbinden Foundatio
    corecore