20 research outputs found

    PENGARUH PERENDAMAN KITOSAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN KEKUATAN PUTUS SERTA KEMULURAN TALI SERAT DAUN NANAS UNTUK MATERIAL ALAT PENANGKAP IKAN

    Get PDF
    Pemanfaatan serat daun nanas dan kitosan sebagai pengawet adalah salah satu langkah pengembangan material alat tangkap yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan limbah daun nanas dan cangkang kerang, udang, kepiting, yang biasanya langsung dibuang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kitosan sebagai pengawet dalam menambah kekuatan putus tali serat daun nanas agar dapat digunakan sebagai material alat penangkap ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan 2 (dua) variabel uji. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif yang disajikan pada tabel sederhana dan dikaji berdasarkan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian terbaik dari uji kekuatan putus tersebut diperoleh dari tali daun nanas yang direndam di dalam kitosan berkonsentari 1% dalam waktu 45 menit. Kekuatan putus tali dengan perlakuan tersebut adalah sebesar 183,7497 kgf/cm2. Rata-rata kekuatan putus tali serat daun nanas dengan kitosan lebih kuat dibandingkan tali tanpa kitosan (172,0734 > 152,4089 kgf/cm2). Berdasarkan uji kekuatan putus dan kemulurannya, tali serat daun nanas memiliki potensi untuk digunakan sebagai material alat penangkapan ikan.Pemanfaatan serat daun nanas dan kitosan sebagai pengawet adalah salah satu langkah pengembangan material alat tangkap yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan limbah daun nanas dan cangkang kerang, udang, kepiting, yang biasanya langsung dibuang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kitosan sebagai pengawet dalam menambah kekuatan putus tali serat daun nanas agar dapat digunakan sebagai material alat penangkap ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan 2 (dua) variabel uji. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif yang disajikan pada tabel sederhana dan dikaji berdasarkan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian terbaik dari uji kekuatan putus tersebut diperoleh dari tali daun nanas yang direndam di dalam kitosan berkonsentari 1% dalam waktu 45 menit. Kekuatan putus tali dengan perlakuan tersebut adalah sebesar 183,7497 kgf/cm2. Rata-rata kekuatan putus tali serat daun nanas dengan kitosan lebih kuat dibandingkan tali tanpa kitosan (172,0734 > 152,4089 kgf/cm2). Berdasarkan uji kekuatan putus dan kemulurannya, tali serat daun nanas memiliki potensi untuk digunakan sebagai material alat penangkapan ikan

    STUDI DESAIN KONSTRUKSI ALAT PENANGKAPAN IKAN JENIS PURSE SEINE DI PERAIRAN SELAT BALI

    Get PDF
    Perikanan lemuru di Selat Bali memiliki potensi yang besar, sehingga nelayan melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap ikan ini khususnya nelayan yang ada di PPN Pengambengan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah sumber daya ikan lemuru tetap lestari adalah menggunakan alat tangkap yang hanya menangkap ikan lemuru layak tangkap. Nelayan PPN Pengambengan menangkap lemuru menggunakan pukat cincin sebagai alat tangkap. Berdasarkan pengambilan data rata-rata panjang ikan lemuru hasil tangkapan terbagi menjadi ukuran kecil (14,9 cm), ukuran sedang (15,7 cm) dan besar (16,4 cm). Berdasarkan literatur, ukuran layak tangkap ikan lemuru di selat Bali adalah 17,3 cm. Hal ini menjadi alasan bahwa perlu perbaikan ukuran mata jaring dan panjang tali ris yang tepat yang juga disesuaikan dengan aturan Permen KP No. 59 Tahun 2020. Panjang tali ris yang digunakan di lapangan adalah 400 m dengan ukuran mesh size 0,75 inci. Berdasarkan perhitungan ukuran layak tangkap ikan lemuru, harusnya ukuran mata jaring purse seine yang digunakan sebesar 1,5 inci. Gambar desain jaring purse seine modifikasi dibuat 100 kali lebih kecil dari ukuran yang sebenarnya. Kata kunci: lemuru, pukat cincin, Selat Bal

    ZONASI POTENSI SUMBERDAYA PESISIR DI WILAYAH KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

    Get PDF
    Pesisir Kecamatan Munjungan merupakan kawasan yang memiliki sumberdaya alam bernilai ekonomis tinggi, sehingga mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan. Informasi terkait dengan penataan zonasi pada kawasan pesisir di desa-desa pesisir yang ada di kecamatan Munjungan masih kurang dan belum didukung oleh penelitian ilmiah sebelumnya. Oleh karena itu, dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui zonasi potensi sumberdaya pesisir di Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara serta melakukan tracking. Kemudian dipadukan dengan data pengamatan citra satelit dan dilakukan overlay. Daerah Kecamatan Munjungan memiliki 11 potensi yaitu potensi pemukiman, hutan, sawah, tanah terbuka, perkebunan, pariwisata, peternakan, perikanan tangkap dan budidaya, pulau kalong, terumbu karang dan mangrove. Luas Kawasan yang paling berpotensi adalah hutan dengan persentase 73,94% (6368 Ha) kemudian sawah sebesar 8,2% (674 Ha), perkebunan sebesar 6,87% (565 Ha), pemukiman sebesar 6,86% (487 Ha), tanah terbuka sebesar 3,48% (286 Ha), pariwisata sebesar 0,32% (27 Ha), konservasi kalong sebesar 0,1% (9 Ha), mangrove sebesar 0,08% (7 Ha), serta terumbu karang sebesar 0,07% (6 Ha).Pesisir Kecamatan Munjungan merupakan kawasan yang memiliki sumberdaya alam bernilai ekonomis tinggi, sehingga mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan. Informasi terkait dengan penataan zonasi pada kawasan pesisir di desa-desa pesisir yang ada di kecamatan Munjungan masih kurang dan belum didukung oleh penelitian ilmiah sebelumnya. Oleh karena itu, dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui zonasi potensi sumberdaya pesisir di Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara serta melakukan tracking. Kemudian dipadukan dengan data pengamatan citra satelit dan dilakukan overlay. Daerah Kecamatan Munjungan memiliki 11 potensi yaitu potensi pemukiman, hutan, sawah, tanah terbuka, perkebunan, pariwisata, peternakan, perikanan tangkap dan budidaya, pulau kalong, terumbu karang dan mangrove. Luas Kawasan yang paling berpotensi adalah hutan dengan persentase 73,94% (6368 Ha) kemudian sawah sebesar 8,2% (674 Ha), perkebunan sebesar 6,87% (565 Ha), pemukiman sebesar 6,86% (487 Ha), tanah terbuka sebesar 3,48% (286 Ha), pariwisata sebesar 0,32% (27 Ha), konservasi kalong sebesar 0,1% (9 Ha), mangrove sebesar 0,08% (7 Ha), serta terumbu karang sebesar 0,07% (6 Ha)

    ROLE OF AUDITOR PERFORMANCE MEDIATION IN ACCEPTANCE OF AUDITOR DYSFUNCTIONAL BEHAVIOR: ATTRIBUTION THEORY PERSPECTIVE AND ROLE THEORY

    Get PDF
    The purpose of this study is to examine and to provide empirical evidence on the influence of role conflict and organizational commitment to acceptance of auditor dysfunctional behavior mediated by the Auditor Performances. Methods of data collection using survey and obtained 83 respondents who occupy functional positions of auditors and other internal supervisory apparatus on regional inspectorate in Ex Malang Residences. Data were analyzed by using Structural Equation Model - Partial Least Square (SEM-PLS). The result of the research shows that role conflict influence to acceptance of auditor dysfunctional behavior, organizational commitment negativelyinfluence to acceptance of auditor dysfunctional behavior, role conflict negatively influence to auditor performance, organizational commitment positivelyinfluencetoAuditor Performance, Auditor Performance negativelyinfluence to acceptance of auditor dysfunctional behavior, role conflict role conflict indirectly effect on acceptance of auditor dysfunctional behavior through Auditor Performance, and organizational commitment indirectly effect on acceptance of auditor dysfunctional behavior through Auditor Performance. The results of this study can be considered to minimize dysfunctional behavior of local government internal auditors by increasing organizational commitment and performance and reduce role conflict so as to improve the quality of internal audit results

    KEBERLANJUTAN PERIKANAN TUNA DI PERAIRAN SENDANGBIRU KABUPATEN MALANG

    Get PDF
    Ikan tuna memiliki nilai ekonomis penting dan tersebar hampir di seluruh wilayah di perairan Indonesia. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya tuna telah memberikan kontribusi yang besar bagi sektor perikanan di Indonesia. Kebutuhan dan tingginya permintaan pasar terhadap ikan tuna menyebabkan intensitas penangkapan ikan ini semakin meningkat. Peningkatan intensitas penangkapan ikan tuna terjadi di seluruh wilayah perairan Indonesia. Tingginya intensitas penangkapan ikan tuna khususnya di daerah Selatan Jawa dikhawatirkan akan mengancam kelestarian dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan tuna. Daerah Sendangbiru di Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah penghasil tuna terbesar di Jawa Timur. Peningkatan intensitas penangkapan ikan tuna di daerah ini juga terjadi setiap tahunnya. Analisis keberlanjutan dari kegiatan perikanan tuna sangat perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan terkini dari perikanan tuna di daerah Sendangbiru. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keberlanjutan dari masing-masing domain atau aspek yang ada di dalam EAFM dan menentukan tingkat keberlanjutan kegiatan perikanan tuna di perairan Sendangbiru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan berbasis ekosistem (Ecosystem Approach to Fisheries Management / EAFM). Hasil dari penelitian ini menunjukan aspek yang memiliki tingkat keberlanjutan sangat baik meliputi aspek teknik penangkapan ikan, ekonomi dan kelembagaan, sedangkan domain/aspek yang memiliki tingkat keberlanjutan sedang meliputi sumberdaya ikan, habitat dan ekosistem perairan dan sosial. Tingkat keberlanjutan kegiatan perikanan tuna di daerah Sendangbiru tergolong baik. Perolehan nilai dari analisis komposit dari setiap domain dalam indikator EAFM sebesar 80.28.Kata kunci:keberlanjutan, perikanan tuna, EAF

    PENERAPAN STANDARDISASI PEMBUATAN KAPAL BERBASIS FIBERGLASS REINFORCED PLASTIC (FRP) PADA GALANGAN KAPAL TANJUNG BENOA

    Get PDF
    Galangan kapal berbasis fiberglass dalam memproduksi kapal umumnya menggunakan kebiasaan turun-temurun tanpa dilandasi dengan standar pembuatan kapal yang sudah ditetapkan. Standar pada aktivitas galangan kapal dinilai perlu untuk diterapkan agar kapal yang diproduksi memiliki kualitas dan aman dalam pengoperasiannya. Kurangnya pemahaman standar baku pembuatan kapal dikhawatirkan akan menyebabkan kapal yang dihasilkan tidak maksimal atau tidak laik operasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kesesuaian kegiatan proses pembuatan kapal dan penyimpanan bahan baku berdasarkan Biro Klasifikasi Indonesia pada galangan kapal fiberglass. Metode analisis yang digunakan adalah analisis skoring data tunggal. Berdasarkan 2 bagian aturan yang tertuang pada peraturan Biro Klasifikasi Indonesia part 3 volume V tahun 2021 tentang Rules for Fiberglass Reinforced Plastic Ships sejumlah 20 pernyataan diperoleh hasil, yaitu sebesar 10% kegiatan masuk dalam kriteria tidak sesuai, 30% masuk dalam kriteria sesuai dan 60% kegiatan di galangan kapal masuk dalam kriteria sangat sesuai, sementara hasil skoring dengan menggunakan kuesioner standardisasi part 3 volume B Guidance for Certification of FRP Fishing Vessel less than 12 m dengan jumlah 10 pernyataan, diperoleh hasil sebesar 10% kegiatan yang masuk dalam kriteria tidak sesuai, 20% masuk dalam kriteria sesuai dan 70% kegiatan di galangan kapal masuk dalam kriteria sangat sesuai. Kata kunci: galangan kapal, kapal fiberglass, standardisas

    TINJAUAN OPERASIONAL USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MAYANGAN, JAWA TIMUR

    Get PDF
    Salah satu contoh pukat cincin (purse seine) dengan satu kapal dan menggunakan lampu adalah yang saat ini digunakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan. Berdasarkan data monitoring UPT PPP Mayangan, terjadi peningkatan alat tangkap purse seine sebesar 13,9% dari tahun 2020 sebesar 216 menjadi 246 di tahun 2021. Berdaasarkan data tersebut, peninjauan usaha perikanan purse seine dilakukan untuk mengevaluasi usaha perikanan tersebut melalui analisis keuangan, apakah menguntungkan atau sebaliknya. Metode purposive sampling digunakan dalam pengumpulan data peninjauan tersebut dengan melakukan beberapa tinjauan di lapangan seperti wawancara dan observasi pada responden. Responden yang dipilih berjumlah 20 yang mewakili nelayan purse seine  di PPP Mayangan. Berdasarkan  kajian tersebut menunjukkan bahwa operasi penangkapan ikan pukat cincin di PPP Mayangan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.28.310.000 selama 4 perjalanan, dengan nilai rasio pendapatan terhadap biaya (revenue cost ratio) sebesar 2,23, yang menandakan usaha yang menguntungkan. Periode pengembalian investasi (payback period) untuk usaha ini adalah 33 bulan, menunjukkan pengembalian investasi yang relatif cepat. Berdasarkan hasil peninjauan, dapat disimpulkan bahwa usaha perikanan pukat cincin (purse seine) di PPP Mayangan adalah usaha perikanan tangkap yang sukses dengan pengembalian investasi yang cepat, memungkinkan usaha ini dipertahankan dan ditingkatkan. Kata kunci: purse seine, studi kasus, usaha perikana

    KARAKTERISTIK ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA KENDARI (PPS) SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    Jaring pukat cincin (purse seine) merupakan sebuah alat tangkap ikan berbahan jaring yang dioperasikan dengan metode melingkari gerombolan ikan, yang akan membentuk mangkuk pada proses pengoperasiannya. Purse seine yang digunakan oleh nelayan Kendari mempunyai karateristik tersendiri pada konstruksi purse seine dibandingkan dengan kapal Slerek di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik alat tangkap purse seine yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. Pengumpulan data diperoleh dengan melakukan perhitungan dan pengukuran secara langsung terkait dengan konstruksi alat tangkap purse seine. Selain itu, pengumpulan data terkait dengan alat tangkap purse seine juga dilaksanakan menggunakan metode wawancara. Karakteristik alat tangkap purse seine didasarkan melalui analisis parameter teknis alat tangkap. Prinsip perhitungannya yakni dengan menentukan rasio antara daya tenggelam dengan daya apung komponen yang menyusun jaring purse seine. Pukat cincin yang digunakan nelayan di PPS Kendari pada umumnya memiliki dimensi panjang 400 meter dan dalam 60 meter. Sehingga dapat diklasifikasikan termasuk ke dalam golongan pukat cincin berukuran sedang. Nilai rasio antara daya apung dengan daya tenggelam yang dimiliki oleh jaring ini sebesar 1,81. Nilai rasio ini masih tergolong baik. Ciri khas alat tangkap di daerah ini adalah penggunaan cincin, yang mana cincin tersebut memiliki 2 fungsi yakni sebagai pemberat dan sebagai tempat lewatnya tali kerut.Jaring pukat cincin (purse seine) merupakan sebuah alat tangkap ikan berbahan jaring yang dioperasikan dengan metode melingkari gerombolan ikan, yang akan membentuk mangkuk pada proses pengoperasiannya. Purse seine yang digunakan oleh nelayan Kendari mempunyai karateristik tersendiri pada konstruksi purse seine dibandingkan dengan kapal Slerek di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik alat tangkap purse seine yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. Pengumpulan data diperoleh dengan melakukan perhitungan dan pengukuran secara langsung terkait dengan konstruksi alat tangkap purse seine. Selain itu, pengumpulan data terkait dengan alat tangkap purse seine juga dilaksanakan menggunakan metode wawancara. Karakteristik alat tangkap purse seine didasarkan melalui analisis parameter teknis alat tangkap. Prinsip perhitungannya yakni dengan menentukan rasio antara daya tenggelam dengan daya apung komponen yang menyusun jaring purse seine. Pukat cincin yang digunakan nelayan di PPS Kendari pada umumnya memiliki dimensi panjang 400 meter dan dalam 60 meter. Sehingga dapat diklasifikasikan termasuk ke dalam golongan pukat cincin berukuran sedang. Nilai rasio antara daya apung dengan daya tenggelam yang dimiliki oleh jaring ini sebesar 1,81. Nilai rasio ini masih tergolong baik. Ciri khas alat tangkap di daerah ini adalah penggunaan cincin, yang mana cincin tersebut memiliki 2 fungsi yakni sebagai pemberat dan sebagai tempat lewatnya tali kerut

    Perbandingan Potensi Medication Error Pada Rawat Inap dan Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Ganesha Gianyar

    Get PDF
    Medication error adalah kesalahan pengobatan yang dapat dicegah yang menyebabkan pemakaian obat yang tidak sesuai atau membahayakan pasien. Medication error dapat terjadi pada 4 fase yaitu prescribing, transcribing, dispensing dan administration. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan potensi kejadian medication error pada rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional, yang dilakukan pada bulan April 2023. Sampel penelitian ini adalah 50 resep pasien rawat inap, 50 resep pasien rawat jalan. Penilaian potensi medication error pada fase prescribing sebanyak 14 parameter, fase transcribing sebanyak 8 parameter, fase dispensing sebanyak 6 parameter dan fase administration sebanyak 5 parameter. Kejadian medication error pada prescribing yang terjadi paling banyak pada rawat inap dan rawat jalan yaitu tidak ada berat badan pasien (100%), fase transcribing yang terjadi paling banyak yaitu tidak jelas bentuk sediaan, pada rawat inap sebanyak (40%), dan pada rawat jalan sebanyak (42%), pada fase dispensing dan administration tidak ditemukan medication error. Perbandingan medication error rawat inap dan rawat jalan mendapatkan hasil pada fase prescribing (P=0,000), fase transcribing (P=0,961), fase dispensing (P=1.000), dan fase administration (P=1.000). Simpulan penelitian yaitu adanya perbedaan yang signifikan potensi medication error antara pasien rawat inap dan pasien rawat jalan pada fase prescribing, dimana potensi lebih banyak terjadi di rawat inap. Sehingga diperlukan perbaikan medication error dengan cara melakukan penambahan tenaga kerja dan pengetahuan kefarmasian di Instalasi Farmasi, hal ini dilakukan agar dapat mengurangi potensi kejadian medication error di RSU Ganesha Gianyar
    corecore