16 research outputs found

    Imunomodulator Pada Penyakit Alergi

    Full text link
    Penyakit-penyakit alergi seperti asma, pilek alergi dan dermatitis alergika adalah penyakit-penyakit yang patofisiologinya didasari oleh ketidakseimbangan sistem imun, yang mana terjadi dominasi jalur Th2.Oleh karena itu, terapi imunomodulator yang mengurangi aktivitas sel-sel imun pada jalur Th2 sebaiknya digunakan untuk mengatasi berbagai manifestasi penyakit alergi.Terapi imunomodulator yang telah digunakan antara lain adalah imunoterapi. Beberapa tumbuhan obat seperti Phyllanthus niruri, Physalis angulata, Smilax officinalis, dan Pfaffia paniculata dapat pula memodulasi sel-sel imun yang aktif secara berlebihan. Selain itu, imunomodulator seperti Methotrexate, Cyclosporine, dan intravenous immunoglobulin (IVIG) yang telah digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit gangguan sistem imun mungkin dapat digunakan juga. Namun penggunaan ketiga obat tersebut untuk mengatasi penyakit alergi khususnya asma masih sangat terbatas, karena keterbatasan data yang menunjang penggunaannya dan potensi obat-obat tersebut untuk menimbulkan efek samping

    Akurasi Deteksi Mycobacterium Tuberculosis Dengan Teknik PCR Menggunakan “Primer X” Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) Dan Kultur Sputum Penderita Dengan Gejala Tuberkulosis Paru

    Full text link
    Akhir-akhir ini, terjadi peningkatan jumlah penderita tuberkulosis. Guna pembe-rantasan penyakit TBC, diagnosis dan deteksi Mycobacterium tuberculosis menjadi amat penting. Deteksi tersebut dapat dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), pemeriksaan mikroskopik, dan kultur bakteri. Tujuan penelitian ini adalah menilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi deteksi Mycobacterium tuberculosis dalam sputum penderita TBC paru dengan teknik PCR dibandingkan pemeriksaan secara mikroskopik (Bakteri Tahan Asam/BTA) dan kultur bakteri TBC dalam sputum.Penelitian ini merupakan suatu uji diagnostik yang dirancang secara cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap penderita TB paru di BP4 Jl Cibadak Bandung, mulai April 2004 sampai dengan Agustus 2004.Pemeriksaan sputum penderita dilakukan dengan tiga teknik pemeriksaan, yaitu dengan teknik PCR, pemeriksaan BTA secara mikroskopik, dan kultur bakteri.Dibandingkan dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam secara mikroskospik, deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR memiliki sensitivitas 30%, spesifisitas 80%, dan akurasi 47%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil adanya perbedaan yang bermakna. (p < 0,01).Dibandingkan dengan metode kultur bakteri TBC, deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR memiliki sensitivitas 65%, spesifisitas 40%, dan akurasi 57%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil tidak adanya perbedaan yang bermakna. (p = 1,0). Dibandingkan dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam secara mikroskospik, deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan metode kultur bakteri TBC memiliki sensitivitas 31,6%, spesifisitas 81,8%, dan akurasi 50%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil adanya perbedaan yang bermakna. (p < 0,01).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR sama baiknya dengan kultur bakteri TBC, namun waktu pemeriksaan dengan teknik PCR lebih singkat dibandingkan dengan kultur bakteri TBC. Mycobacterium tuberculosis banyak tidak terdeteksi dengan pemeriksaan mikroskopik (BTA

    Efek Anti Hepatotoksik, Anti Inflamasi Pada Dermatitis Alergika, Dan Uji Toksisitas Akut Herba Jombang (Taraxacum Officinale Weber Et Wiggers)

    Full text link
    Ketidakseimbangan sistem imun dapat menimbulkan beberapa penyakit kronis, seperti hepatitis virus ataupun alergis (asma, rinitis, dan dermatitis), dan yang berperan dalam proses ini adalah IgE. Bila ketidakseimbangan ini dapat diperbaiki, maka penyakit kronis tersebut dapat diatasi. Herba Jombang (Taraxacum officinale Weber et Wiggers) diharapkan dapat memperbaiki ketidakseimbangan imun, karena secara empiris digunakan sebagai obat hepatitis dan reaksi peradangan pada ekzema.Metode yang digunakan adalah pengujian efek anti hepatotoksik Herba Jombang pada mencit yang diinduksi oleh CCl4, sedangkan pengujian efek anti inflamasinya juga dilakukan dengan hewan coba mencit yang diinduksi ovalbumin secara intrakutan untuk menimbulkan dermatitis alergika.Hasil penelitian menunjukkan Herba Jombang dapat memperbaiki aktivitas enzim ALT (29 IU/L), mengurangi kerusakan hati (nekrosis hepatosit: 46), dan mengurangi nilai absorbansi hasil reaksi malondialdehid hati dan asam tiobarbiturat (0,260) pada mencit-mencit yang telah diberi CCl4, bila dibandingkan (p<0,05) dengan kelompok kontrol positif yang diberi CCl4 dosis tunggal. (aktivitas ALT: 61 IU/L; nekrosis hepatosit: 221; nilai absorbansi hasil reaksi malondialdehid hati dan asam tiobarbiturat (0,327). Herba Jombang juga dapat mengurangi lebar peradangan (13,71 mm ) dan jumlah sel-sel radang (59) pada kulit mencit yang telah diinduksi ovalbumin intrakutan, bila dibandingkan (p<0,05) dengan kelompok ovalbumin. (lebar 33,50 mm, sel-sel radang 84).Dengan demikian, Herba Jombang mempunyai efek anti hepatotoksik dan efek anti inflamasi pada dermatitis alergika, yang diindikasikan dapat menimbulkan keseimbangan sistem imun.Uji toksisitas akut Herba Jombang juga telah dilakukan dengan hasil praktis tidak toksik, sehingga penilaian efek Herba Jombang ini dapat dilanjutkan dengan uji klinik di masa datang

    Effect of interleukins (IL-2, IL-15, IL-18) on receptors activation and cytotoxic activity of natural killer cells in breast cancer cell

    Get PDF
    Introduction: Breast cancer is one of the leading cause of cancer deaths in women. Metastasis in BC is caused by immunosurveillance deficiency, such NK cell maturation, low NK activity and decreasing cytotoxicity. This study was performed to improve activating receptors and cytotoxicity of NK cells using interleukins (ILs). Methods: Human recombinant IL-2, -15, and -18 were used to induce NK cells. We measured the activating and inhibiting receptors, proliferation activity of NK cells, and the cytotoxicity of NK cells on BC cells (MCF7). The effects of ILs were tested on the NK cell receptors CD314, CD158a and CD107a with flowcytometry, proliferation at various incubation times with 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxy methoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium (MTS) assay and concentrations of TNF-\u3b1 and IFN-\u3b3 by NK cells with ELISA. Results: ILs increased NK cell receptor levels (CD314, CD158a, and CD107a) at 24 hours of incubation. ILs increased NK cell viability, which increased with longer incubation. Moreover, ILs-induced NK cells inhibited proliferation in MCF7 cells, as well as increased TNF-\u3b1, IFN-\u3b3, PRF1 and GzmB secretion. Conclusion: IL-2, IL-15, and IL-18 improved activating receptors and proliferation of NK cells. IL-induced NK cells increased TNF-\u3b1, IFN-\u3b3, PRF1 and GzmB secretion and cytotoxic activity on BC cells. High NK cell numbers increased BC cell growth inhibition

    The Effect of Celery Ethanol Extract (Apium Graveolens L.) on Male Adult's Blood Pressure

    Full text link
    Introduction: Hypertension is a part of diseases of the cardiovascular system and one of the most common health problems in the world. Hypertension can be prevented by living a healthy lifestyle and regular exercise. As for the treatment, other tahn using a synthetic medicine, hypertension can also be treated using herbal medicine, usch as celery. Celery (Apium graveolens L.) has been used empirically to lowering blood pressure.Objectives: to observe the effect of celery ethanol extract (CEE) on lowering male adult's blood pressure.Method: This research was an experimental and comparative using pre test and post test as its design. The experiment was done on 30 adult male. Blood pressures (systole and diastole) measured on sitting position using the combine method, both before and after drinking celery ethanol extract, once a day, until one week. The data analyzed using the paired "t" test and Wilcoxon signed rank test with a=0.05.Results: The result of this research were average blood pressure after drinking CEE was 109,40/70, 20 mmHg; while blood pressure before drinking CEE was 116, 02/74, 79 mmHg (p<0.001).Conclusions: Celery (Apium graveolens L.) can reduced both systolic and diastolic blood pressure
    corecore