5 research outputs found
Transshipment model considering environmental cost using mixed integer linear programming: Beef distribution problem
The operational research paper in the transportation model nowadays is heading to the environmental issue. One of the famous operational research models is transshipment. Transshipment is an expanded model of transportation, in each distribution center between the start to the destination point. In this research, the transshipment model is integrated into an environmental function. The challenge is to find the right shipment of each route from the start, distribution, and destination point considering the transportation cost and carbon emission. This research proposed a transshipment model by minimizing transportation and carbon emission cost using mixed--integer linear programming for model formulation. The solution searching used branch and bound method. This research analyzed the environmental objective function and constrain effect in the transshipment model. The model was tested in a beef distribution case study in Bogor, Indonesia that has eight source points, three distribution centers, and six destination points. The model was experimented using carbon emission limitation scenarios. The optimum result in source allocation, distribution and destination were different between the two scenarios. The carbon emission limitation affected carbon emission production and total cost
ANALISIS BENTUK DAN STRUKTUR “KAMADJAJA” KARYA MOCHTAR EMBUT
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang mendalam
tentang bentuk dam struktur “Kamadjaja” karya Mocthar Embut.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan musikologi, teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka,
meninjau dokumentasi dan wawancara.
Waktu dan Objek penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 2018 sampai
dengan Desember 2018. Objek dari penelitian ini adalah karya musik untuk
instrumen piano berjudul “Kamadjaja” karya Mochtar Embut.
Hasil penelitian Kamadjaja merupakan salah satu karya untuk permainan
instrumen piano solo dari Mochtar Embut. Karya ini dimainkan dengan nada
dasar F minor dengan tangga nada Madenda, terdiri dari 60 birama, dan bertempo
Andante di awal lagu, lalu berubah menjadi Allegro Moderato, kemudian kembali
lagi ke tempo awal pada bagian akhir. Karya ini memiliki bentuk tiga bagian
kompleks yang terdiri dari struktur A – B – C – A. Unsur ritmiknya banyak
menggunakan rangkaian not 1/4, 1/8 dan 1/16 serta metrik 4/4. Unsur dinamika
yang digunakan adalah piano (p) dan Forte (F), serta beberapa tanda perubahan
tempo seperti poco rit, molto rit, a tempo. Karya ini banyak menggunakan
manipulasi motif sekuens, repetisi, dan augmentasi ambitus. Akor yang digunakan
banyak menggunakan extended chord.
Implikasi dari hasil penelitian ini, menambah pengetahuan tentang konsep
analisis bentuk dan struktur karya dalam mempermudah seseorang untuk
mempelajari isi dan makna suatu karya sehingga dalam memainkan karya piano
solo tersebut secara komprehensif
SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT KABUPATEN POSO
Soil physical properties are environmental factors that greatly affect the availability of water, air and soil. The chemical properties of the soil, which play a role in the nature, characteristics of the soil and soil fertility, the chemical properties of the soil, namely soil pH, NPK, cation exchange capacity (CEC), and C-organic. This study used a survey method. Soil sampling was then analyzed in the soil science laboratory. The physical properties of the soil in paddy fields and shrubs have dusty clay properties, dry land agriculture has loamy clay properties and large shrubs have clay properties. . As for the chemical properties of the soil, namely pH in some land uses, the criteria are slightly acidic with a value of 6.38, shrubs 6.22, rice fields 5.50 and dry land agriculture 4.84. For c-Organic, the lowest was 2.28% and the highest was 3.78%. N-total ranges from 0.16% the lowest and the highest with a value of 0.30. For phosphorus (p) ranged between 52.92 the lowest value and the highest value 54.51. For Potassium (K) the highest value is 38.54 and the lowest is 10.82. The CEC value ranges from 38.54 for the highest value and the lowest value is 29.51
Sistem Pengukur Ketinggian Pole Baterai Menggunakan Analog Laser Sensor Dengan Metode Kalibrasi Moving Average Filter Dan Kalman Filter
PT. GS Battery memiliki mesin pengukur ketinggian pole baterai mobil yang dinamakan Pole Height Checker. Sistem pada mesin tersebut memiliki masalah pada pengukurannya yang diakibatkan pembacaan sensor yang tidak akurat, pembacaan sensor yang tidak stabil, dan sequence system yang salah. Permasalahan tersebut membuat mesin Pole Height Checker tidak difungsikan, sehingga proses quality control untuk standarisasi ketinggian pole baterai dilakukan tanpa menggunakan mesin. Proses pengukuran ketinggian pole baterai dilakukan menggunakan alat ukur Height Gauge dengan pengukuran beberapa sampel baterai saja. Penelitian ini bertujuan untuk memperbarui sistem pengukuran ketinggian pole baterai menggunakan analog laser sensor. Permukaan pole baterai yang tidak rata dan ukurannya yang relatif kecil mempengaruhi akurasi pembacaan sensor. Oleh karena itu, diterapkan metode kalibrasi Moving Average Filter dan Kalman Filter untuk mengurangi noise atau gangguan pada pembacaan sensor. Dari penelitian ini, didapatkan hasil dimana sistem pengukur ketinggian pole baterai berhasil difungsikan kembali untuk mengklasifikasikan baterai antara baterai yang sesuai dengan standarisasi (Battery OK) dan baterai yang tidak sesuai dengan standarisasi (Battery Not Good) berdasarkan ketinggian polenya. Sistem difungsikan kembali setelah sequence system berjalan dengan tepat. Untuk pengujian kestabilan sensor, terdapat perbedaan hasil antara pengukuran ketinggian pole kiri dan kanan dari 8 baterai yang diuji. Metode kalibrasi Kalman Filter dengan parameter Q: 0,001 dan R: 1 memberikan hasil yang paling optimal untuk pole kiri, dengan rata-rata error sebesar 0,54% dan standar deviasi sebesar 0,14. Sementara itu, metode kalibrasi Moving Average Filter dengan periode = 5 memberikan hasil yang paling optimal untuk pole kanan, dengan rata-rata error sebesar 0,35% dan standar deviasi sebesar 0,12. Pengujian keakurasian sensor menunjukkan adanya perbedaan antara pengukuran sensor dengan ukuran pole baterai sebenarnya. Perbedaan maksimal yang terjadi adalah sebesar 0,20 mm, sementara rata-rata perbedaan terbesar adalah 0,13 mm.
=================================================================================================================================
PT. GS Battery has a car battery pole height measuring machine called Pole Height Checker. The system on this machine has problems with its measurements which are caused by inaccurate sensor readings, unstable sensor readings, and wrong sequence systems. These problems make the Pole Height Checker machine not functioned, so that the quality control process for standardizing the battery pole height is carried out without using a machine. The process of measuring the height of the battery poles is carried out using a height gauge measuring only a few battery samples. This study aims to update the battery pole height measurement system using an analog laser sensor. The uneven surface of the battery poles and their relatively small size affect the accuracy of the sensor readings. Therefore, the Moving Average Filter and Kalman Filter calibration methods are applied to reduce noise or interference with sensor readings. From this study, the results were obtained where the battery pole height measuring system was successfully re-enabled to classify batteries between batteries that comply with standardization (Battery OK) and batteries that do not comply with standardization (Battery Not Good) based on the pole height. The system is enabled again after the sequence system runs correctly. For testing the stability of the sensor, there are differences in the results between the height measurements of the left and right poles of the 8 batteries tested. The Kalman Filter calibration method with parameters Q: 0.001 and R: 1 gives the most optimal results for the left pole, with an average error of 0.54% and a standard deviation of 0.14. Meanwhile, the Moving Average Filter calibration method with period = 5 gives the most optimal results for the right pole, with an average error of 0.35% and a standard deviation of 0.12. Testing the accuracy of the sensor shows that there is a difference between the sensor measurement and the actual battery pole size. The maximum difference that occurs is 0.20 mm, while the largest average difference is 0.13 mm
Afinitas Lutein dari Ekstrak Bunga Marigold sebagai Potensi Terapi Kanker Tiroid pada Protein PPARG, RXRS, DAN MAP2K2 melalui Docking Senyawa
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi ekstraksi Lutein dari bunga marigold (Tagetes erecta L.) menggunakan metode dekokta dan mengevaluasi aktivitas antikankernya melalui studi docking senyawa. Bunga marigold diekstrak menggunakan metode dekokta sebanyak tujuh kali pada suhu 90°C, menghasilkan ekstrak serbuk dengan kadar Lutein rata-rata 2,42%. Kandungan Lutein dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 446 nm. Aktivitas antikanker Lutein dievaluasi melalui docking senyawa menggunakan perangkat lunak AutoDock Vina. Hasil docking menunjukkan bahwa Lutein memiliki afinitas tinggi terhadap protein-protein yang terkait dengan kanker tiroid, seperti MAP2K2, RXRA, RXRB, RXRG, dan PPARG, dengan nilai binding affinity yang rendah, menandakan ikatan yang kuat dan akurat. Studi ini menunjukkan potensi Lutein sebagai agen antikanker tiroid, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi mekanisme Lutein melalui studi in silico, in vitro dan in vivo