6 research outputs found

    Pengaruh Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe Var. Rubrum) Terhadap Kadar Mda Serum Tikus Setelah Terpapar Asap Rokok

    Full text link
    Latar Belakang: Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas. Kadar radikal bebas yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya kondisi stres oksidatif dan memicu terjadinya peroksidasi lipid pada membran sel yang akan menghasilkan Malondialdehyde (MDA). Sebenarnya, tubuh mempunyai sejumlah enzim dan zat yang dapat menetralkan radikal bebas yang disebut antioksidan. Kadar radikal bebas yang tinggi dapat menyebabkan antioksidan endogen tidak mampu untuk menetralisir. Kemampuan jahe sebagai antioksidan alami juga tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya sehingga memiliki efek protektif yang tinggi dalam menangkal stres oksidatif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jahe merah terhadap kadar MDA serum tikus setelah terpapar asap rokok. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan desain pre-post test only control group design pada tikus. Perlakuan yang diberikan yaitu dengan pemberian ekstrak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan pemberian paparan asap rokok pada tikus, sedangkan keluarannya (outcome) adalah kadar MDA serum tikus. Hasil: Pemberian paparan asap rokok pada kelompok 2 meningkatkan kadar MDA serum dibandingkan dengan kelompok 1. Kelompok 3 yang diberikan ekstrak jahe merah 200 mg/kgBB/hari tidak efektif menurunkan kadar MDA serum. Pemberian ekstrak jahe merah menurunkan kadar MDA serum setelah diberikan paparan asap rokok (K4) jika dibandingkan dengan kelompok yang diberikan jahe merah tanpa diberikan paparan asap rokok (K3), penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik. Kelompok 4 meningkatkan kadar MDA serum tikus dibandingkan dengan kelompok 2. Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh yang bermakna dari pemberian jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terhadap kadar MDA darah tikus setelah terpapar asap rokok

    Patients flow with exclusion criteria.

    No full text
    <p>IABP, intra-aortic balloon pump; ECMO, Extracorporeal membrane oxygenation; CRRT, continuous renal replacement therapy; AF, atrial fibrillation; RVR, rapid ventricular response; CABG, Coronary Artery Bypass Graft surgery; CAG, coronary arteriography.</p

    The composite outcome and its individual components, adjusted with clinical factors.

    No full text
    <p>ACD = all-cause death, HF = heart failure, MI = Myocardial infarction, VA = non-fatal ventricular arrhythmia. Although GLS, GCS, and LVEF were predictors for composite outcome, their prediction power was best for cardiac death.</p

    Prognostic power of global 2D strain according to left ventricular ejection fraction in patients with ST elevation myocardial infarction - Table 3

    No full text
    <p>Prognostic power of global 2D strain according to left ventricular ejection fraction in patients with ST elevation myocardial infarction</p> - Table

    The prognostic power of 2D-strain and LVEF in the subgroup analysis.

    No full text
    <p>To exclude the confounding effects of clinical risk factors effect, the subgroup analysis of each factor were performed. The risk factors include age≥75 (n = 104), male (n = 552), hypertension (n = 323), Killip class >0 (n = 659), primary PCI (n = 647), DES implantation (n = 507), and culprit of LAD (n = 368).</p

    Kaplan-Meier plots of GLS according to LVEF.

    No full text
    <p>Kaplan-Meier plots according to LVEF of preserved (EF > 50%), mild depressed (40–50%), and significantly depressed (< 40%) systolic function. A) EF>50% (13 events among 356 patients). B) LVEF 40–50% (16 events among 255 patients). C) LVEF<40% (18 events among 78 patients). GLS is a powerful predictor of clinical events and a better parameter than GCS in successfully reperfused STEMI patients, especially with significant LV dysfunction. Global strains did not predict outcome for the patients with preserved LVEF.</p
    corecore