5 research outputs found

    HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

    Get PDF
    Abstrak Gaya hidup masyarakat yang lebih senang mengkonsumsi makanan siap saji, tidak ada waktu untuk berolah raga, dan kurangnya waktu istirahat akan berdampak pada kesehatan secara personal dan juga berdampak pada indeks massa tubuh serta kebugaran seseorang. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran jasmani seseorang namun ada juga penelitian yang menunjukkan hasil sebaliknya. Kesenjangan ini mendorong peneliti untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani khusunya pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Jambi yang umumnya kurang memperhatikan kebugaran jasmani akibat kesibukan mengikuti kegiatan akademik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional terhadap 83 mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Jambi tahun 2017. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani adalah Harvard Step test untuk mengetahui tingkat VO2max yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk tingkat kebugaran jasmani menggunakan tingkat kebugaran jasmani Astrand. Berdasarkan uji chi-square untuk hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani didapatkan nilai p-value 0,007. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani pada mahasiswa Program Studi kedokteran Universitas jambi tahun 2017. Kata Kunci : Mahasiswa, Indeks  Massa Tubuh, Tingkat Kebugaran Jasman

    PENERAPAN ANASTESI REGIONALPADA OPERASI EKSTREMITAS ATAS

    Get PDF
    Abstarct Anesthesia for upper limbs is generally performed with a general anesthetic mode, rarely using regional anesthesia, while for lower extremity anesthesia has been long with peripheral nerve blocks. Many patients who have to undergo surgery but are constrained because of the risk of general anesthesia surgery, in addition to cardiovascular conditions that can be disrupted when. Peripheral nerve block anesthesia for upper limb operations offers significant efficiency and effectiveness. These benefits include superior control over intraoperative pain, more surgical stress, minimal systemic disturbance, lower postoperative nausea and vomiting (PONV) incidence and postoperative local analgesia and reduced hospital stay and financing. Keywords: Regional Anastesi, upper limbs operations   Abstrak Anestesi untuk ekstremitas atas umumnya dilakukan dengan moda anestesi umum, jarang sekali menggunakan anesthesia regional, sementara untuk anestesi extremitas bawah sudah lama dengan blok saraf perifer. Banyak pasien yang harus menjalani operasi namun terkendala karena adanya resiko operasi anestesi umum, disamping kondisi kardiovaskuler yang bisa sesewaktu mengalami gangguan. Anestesi blok saraf perifer untuk operasi ekstremitas atas menawarkan efisiensi dan efektifitas yang sangat signifikan. Manfaat ini termasuk kontrol yang unggul mengatasi nyeri intraoperatif, stres bedah yang lebih, gangguan sistemik yang minimal, insiden mual dan muntah pasca operasi (Post Operative Nausea and Vomiting = PONV) lebih rendah serta analgesia pasca operasi lokal serta mengurangi lama rawat rumah sakit dan pembiayaan. Kata Kunci: Anastesi regional, operasi ekstremitas ata

    GAMBARAN KESESUAIAN KEGIATAN POSYANDU DENGAN PEDOMAN PELAKSANAAN POSYANDU DI KOTA JAMBI

    Get PDF
    Abstract Posyandu is one form of Community Based Health Effort (UKBM) run of, by, for and with the community, in order to empower people and provide convenience to the public in obtaining basic health care. Knowing programs owned posyandu society will be easier to get information and lessons learned about health that will impact the increase in the quality of health from an early age and elderly as well as the conformity of the program posyandu the guidelines posyandu expected to reduce maternal mortality, infant and toddler. Aims of the research is to describe the implementation of Posyandu program are given to the public in the city of Jambi and explain owned posyandu barriers in implementing the program. This study is descriptive with the approach used is a quantitative approach. The subjects used were public and Posyandu cadres in the city of Jambi. Samples were taken at several the posyandu where all the subjects come and meet the selection criteria for inclusion in the study until the required number of subjects met. The result showed maternal health programs, compliance is 33.3% of prenatal care, postpartum examination 10%, and the provision of vitamins and tablets Fe 25%, the percentage of child health programs 100% compliance, does the weighing and the determination of the status of growth. The immunization program, namely compliance, implementation of 13.3% BCG, DPT 28.3%, 23.33% polio, measles hepatitis 16.67% and 3.33%. Nutrition programs, nutrition counseling kesesuainnya is 76.67%, early detection of growth disorders 45%, supplementary feeding is done 100%, while provision of vitamin tablet Fe and 3.33%. Diarrhea prevention and treatment programs, counseling PHBs the suitability of 8.33% and 3.33% of Oralit administration. Most of implementing the program in posyandu implementation is not in accordance with the guidelines. Only on child health programs and supplementary feeding in accordance with the guidelines for the implementation the posyandu. Keyword : Posyandu   Abstrak Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dijalankan oleh, oleh dan untuk masyarakat, untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan dasar. Mengetahui program yang dimiliki masyarakat posyandu akan lebih mudah mendapatkan informasi dan pelajaran tentang kesehatan yang akan berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan sejak usia dini dan lansia serta kesesuaian program posyandu dengan pedoman posyandu yang diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu melahirkan, Bayi dan balita Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan program Posyandu yang diberikan kepada masyarakat di kota Jambi dan menjelaskan adanya hambatan posyandu yang dimiliki dalam pelaksanaan program. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Subjek yang digunakan adalah kader masyarakat dan posyandu di kota Jambi. Sampel diambil di beberapa posyandu dimana semua subjek datang dan memenuhi kriteria seleksi untuk dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah yang dibutuhkan dari mata pelajaran terpenuhi. Hasilnya menunjukkan program kesehatan ibu, kepatuhan adalah 33,3% perawatan prenatal, pemeriksaan pascapartum 10%, dan pemberian vitamin dan tablet Fe 25%, persentase program kesehatan anak 100% kepatuhan, apakah bobot dan penentuan status Pertumbuhan. Program imunisasi, yaitu kepatuhan, penerapan 13,3% BCG, DPT 28,3%, polio 23,33%, hepatitis campak 16,67% dan 3,33%. Program gizi, gizi konseling kesesuainnya adalah 76,67%, deteksi dini gangguan pertumbuhan 45%, pemberian pakan tambahan dilakukan 100%, sedangkan pemberian vitamin tablet Fe dan 3,33%. Program pencegahan dan pengobatan diare, penyuluhan PHB memiliki kesesuaian 8,33% dan 3,33% administrasi Oralit. Sebagian besar pelaksanaan program dalam pelaksanaan posyandu tidak sesuai dengan pedoman. Hanya pada program kesehatan anak dan pemberian pakan tambahan sesuai dengan pedoman pelaksanaan posyandu. Kata kunci : Posyand

    Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kota Jambi

    Get PDF
    Abstract Background: Clean water for drinking is rare where the source has been contaminated with various kinds of waste, such as disposal of organic waste, household and toxic waste from the industry, so that ground water is also not safe to become a drinking water because it has been contaminated from the septic tank or surface water. Bottled drinking water is a choice for clean drinking water but the price of bottled drinking water is high enough and makes consumers look for the cheaper and the new alternatives such as refill drinking water. Depo drinking water refills continue to increase in line with the public needs of drinking water quality and safe for consumption, though cheaper, not all depo of drinking water refills are guaranteed product security. This study is to know quality test of the drinking water refill in Jambi City Method: This descriptive study with experimental research laboratory design was conducted in Jambi city with 62 samples from 11 sub-districts in Jambi city and conducted in Biomedical Laboratory of FKIK UNJA. Water samples were conducted by 3 stages of examination, ie the prediction test, the strengthening test and the complementary test with 5 tubes. This research was conducted in May - October 2016. Data study were shown in tables. Result: The results showed that the drinking water refill category either amounted to 20 depots (32.26%) and drinking water refill the bad category amounted to 42 depots (67.74%). of 42 samples of refill drinking water with positive probability test results, there were 16 samples (38,10%) containing faecal coliform, and 27 samples (64,29%) containing non-faecal coliform. Conclusion: Drinking Water Refills in Jambi City are not all free from koliform bacteria. Keywords: Drinking Water Refill, Bacteriological Test, Most Probable Number   Abstrak Latar Belakang: Air bersih yang layak minum kian langka untuk dijumpai dimana sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, seperti buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah juga sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Air minum  dalam  kemasan (AMDK) kini menjadi pilihan pemakaian air bersih namun harga AMDK cukup tinggi dan membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah seperti air minum isi ulang. Depo air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, meski lebih murah, tidak semua depo air minum isi ulang ini terjamin keamanan produknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji Kualitas bakteriologis  Air Minum isi Ulang di Kota Jambi. Metode: Penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian eksperimen laboratorium ini dilakukan pada 62 sampel dari 11 kecamatan kota Jambi.  Pengujian bateriologis dilakukan menggunakan Most Probable Number yang terdiri dari 3 tahap (uji penduga, uji penguat dan uji pelengkap) dengan seri 5 tabung pada sampel air minum yang dilaksanakan di Laboratorium Biomedik FKIK UNJA. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Oktober  2016. Data disajikan dalam bentuk tabel. Hasil:. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa air minum isi ulang kategori baik berjumlah 20 depot (32,26%) dan air minum isi ulang kategori buruk berjumlah 42 depot (67,74%). Dari 42 sampel air minum isi ulang dengan hasil uji penduga positif, terdapat 16 sampel (38,10%) yang mengandung koliform fekal, dan 27 sampel (64,29%) yang mengandung koliform non-fekal. Kesimpulan: Air Minum isi Ulang yang ada di Kota Jambi tidak semuanya bebas dari koliform fekal. Kata Kunci: Air Minum Isi Ulang, Uji Bakteriologis, Most Probable Numbe

    HUBUNGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN KEJANG DEMAM PADA ANAK BALITA

    Get PDF
    Abstract Background: Febrile seizure is a convulsion that occured after body temperature increased (rectal temperature more than 38oC) caused by an extracranial process, occuring in 2-4% of children about 6 months to 5 years old. Febrile seizure is one of the commonest cause of seizures in children, especially toddlers and an event that often makes parents worry. One of the factor that caused it is iron deficiency anemia because iron plays an important role in neural function. This study purposed to know relationship between iron deficiency anemia and febrile seizure in toddlers. Method: This study is done with observational retrospective analytic. The population is all children diagnosed with febrile seizure (case group) and febrile without seizure (control group) who hospitalized in Raden Mattaher General Hospital Jambi in 2015 that is available in the hospital medical records. There are 84 samples consists of 42 samples in case group and 42 others in control group. This study variables are age, gender, body temperature, and iron deficiency anemia. Result: Febrile seizure occured the most in the case group in age of 12 to 23 months (31,0%) in the males (61,9%), while the most common body temperature category is >39oC (61,9%). Iron Deficiency Anemia occured in toddlers with Febrile Seizure group (45,2%) more than febrile without seizure group (19%). Based on bivariate analysis, p value of the relationship between iron deficiency anemia and febrile seizure is 0,01 (p= 0,01), and the odds ratio is 3,511. Conclusion: There is a significant relationship between iron deficiency anemia and febrile seizure in toddlers at Raden Mattaher General Hospital Jambi 2015. Key Words: Febrile Seizure, Iron Deficiency Anemia Abstrak Latar Belakang : Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak, khususnya anak balita dan merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan bagi orang tua, dan tingginya angka kejadian dimasyarakat. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kejang demam adalah anemia defisiensi besi karena besi memiliki peran penting dalam fungsi neurologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia defisiensi besi dengan kejang demam pada anak balita. Metode : Penelitian dilakukan secara observasional analitik retrospektif. Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang didiagnosis kejang demam ( kelompok kasus ) dan demam tanpa kejang ( kelompok kontrol ) yang dirawat di RSUD Raden Mattaher tahun 2015 yang tercatat pada rekam medis. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 84 orang terdiri dari 42 orang kelompok kasus dan 42 orang kelompok kontrol. Variabel yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, suhu tubuh dan anemia defisiensi besi. Hasil : Kejang demam paling banyak pada kelompok kasus kategori usia 12-23 bulan  (31,0%), pada jenis kelamin laki-laki (61,9%) ,dan pada suhu tubuh kategori >39oC (61,9%). Anemia Defisiensi Besi lebih banyak pada anak balita  kelompok Kejang Demam sebanyak (45,2%) dibandingkan dengan kelompok yang demam tanpa kejang sebanyak (19%). Berdasarkan analisis bivariat hubungan anemia defisiensi besi dengan kejang demam didapatkan nilai p= 0,01, OR = 3,511. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara Anemia Defisiensi Besi dengan Kejang Demam pada anak balita di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2015. Kata Kunci : Kejang Demam, Anemia Defisiensi Bes
    corecore