114 research outputs found

    Pengaruh Kecakapan Profesional Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Kepulauan Talaud Dengan Kepatuhan Pada Kode Etik Sebagai Variabel Moderating

    Full text link
    . The quality of the results of inspection is a complex issue, because so many factors that can affect the quality of the audit which depends on the point of view of each personal. The purpose of this study is to determine the effect of professional skills and work experience to the quality of examination results with adherence to the code of ethics as a moderating variable in the Inspectorate Talaud Islands. The population of this research is all internal auditors in Inspectorate Talaud Islands. Total respondents are 34 internal auditors who have worked in the Inspectorate Talaud Islands. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis. To examine the f test moderation, moderated regression analysis (MRA) was employed. Result indicates that professional skill positively and significantly influences the quality of inspection result. On the other hand, work experience positively and insignificantly influences the quality of inspection result. It means that obeying the code ethics positively and significantly influences the quality of inspection result. Furthermore, professional skill that moderated on obeying code ethics does not influence the quality of inspection result; and work experience that moderated on obeying to code ethics does not influence the quality of inspection result

    KONSEPSI MAHASISWA MENGENAI RAMBATAN DAN KECEPATAN CAHAYA

    Get PDF
    Pada jaman Yunani, pengertian manusia mengenai cahaya dan proses melihat telah diperbincangkan. Salah satu teori yang dikemukakan orang pada jaman itu adalah tentang proses melihat yaitu untuk melihat sesuatu, ada cahaya yang keluar dari mata menuju benda tersebut yang terkenal dengan ”teori sungut” Mereka menyamakan dengan tangan kita yang harus mendatangi benda yang akan kita pegang, maka cahaya itu juga mendatangi benda yang akan dilihat. Menarik untuk mengetahui apakah masih ditemukan pemikiran tersebut pada jaman sekarang? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai jalannya cahaya ketika melihat benda, rambatan cahaya, dan kecepatan cahaya. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa tingkat awal program studi Pendidikan Fisika dan Pendidikan Matematika. Soal tes diagnostik dalam bentuk pilihan ganda diberikan kepada sampel. Kemudian jawaban siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: Dalam proses melhat, mata mengeluarkan cahaya dan bukannya menerima cahaya. Merambat tidaknya cahaya tergantung pada lingkungan, dan intensitas sumber cahaya dan bukan tergantung pada medium yang dilaluinya. Pada siang hari cahaya merambat lebih dekat daripada malam hari. Kecepatan rambat cahaya dianggap sebanding dengan intensitas sumber cahaya, panjang gelombang cahaya, jarak merambatnya dan lingkungannya. Semakin terang sumber cahaya semakin besar kecepatan cahaya. Semakin besar panjang gelombangnya semakin besar kecepatan cahaya. Semakin dekat jarak yang ditempuh cahaya semakin besar kecepatannya. Di tempat yang gelap, cahaya lebih cepat meramba

    Potensi Chlorella SP Sebagai Agen Bioremediasi Logam Berat Di Air

    Full text link
    Pembangunan dan Industrialisasi ini menyebabkan bertambah akumulasi limbah dan menjadi acaman pada lingkungan jika limbah tersebut tidak dikelola secara baik. Senyawa berbahaya yang sering dijumpai dalam limbah diantaranya adalah logam berat. Akumulasi logam berat di lingkungan dan dalam tubuh organisme dapat menimbulkan dampak negatif bagi oragnisme itu sendiri. Sehingga diperlukan suatu tindakan remediasi bagi lingkungan yang telah terkontaminasi dengan logam berat. Untuk proses bioremediaasi logam berat pada lingkungan dibutuhkan suatu agen biologis tertentu yang mampu menyerab logam berat yang terdapat pada lingkungan tercemar. Chlorella sp merupakan suatu agen bioremediasi yang baik, selain dapat hidup pada lingkungan yang tercemar juga dapat memakai logam berat sebagai logam esensial untuk metabolisme. Chlorella sp mampu menyerap beberapa logam berat dengan baik seperti logam Cr (6,660 mg), Cu (7,126 mg), Cd (8,549 mg), Zn (9,181mg) dan mampu bertahan hidup pada lingkungan tercemar dengan adanya peningkatan biomassanya Cr (0,089 mg), Cd (0,088 mg), Cu (0,090 mg), Zn (0,089 mg ), Kontrol (0,091 mg). Jadi dapat disimpulkan bahwa chlorella sp mampu menyerap logam berat dan dapat bertumbuh pada lingkungan yang tercemar oleh logam berat, sehingga dapat dipakai sebagai agen bioremediasi logam berat

    Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Feses Sapi Sumba Ongole terhadap Pertumbuhan Tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.)

    Get PDF
    ABSTRAK  Alfalfa (Medicago sativa L.) merupakan salah satu leguminosa dengan kandungan nutrisi tinggi dengan tingkat palatabilitas yang baik pada ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pupuk bokashi feses sapi Sumba Ongole terhadap pertumbuhan dan nilai biologi tanaman alfalfa (Medicago sativa L.). Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah pupuk bokashi yang tersusun atas feses sapi Sumba Ongole kering, gulma Chromolaena ordorata, sekam padi bakar, gula lontar, dan EM4. Penelitian menggunakan metode eksperimental rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 4 ulangan sebagai berikut; A0 = tanpa pemberian pupuk bokashi, A1 = pemberian pupuk bokashi 200 gram/lubang tanam, A2 = pemberian pupuk bokashi 500 g/lubang tanam, A3 = pemberian pupuk bokashi 800 g/lubang tanam, dan A5 = pemberian pupuk bokashi 1.000 g/lubang tanam. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA, jika berpengaruh nyata dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk bokashi feses sapi Sumba Ongole berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman alfalfa (Medicago sativa L.). Simpulan, pemberian pupuk bokashi pada level 1.000 g/polybag meningkatkan tinggi, lingkar batang, jumlah cabang, dan jumlah daun tanaman alfalfa (Medicago sativa L.).  Kata kunci: Alfalfa (Medicago sativa L.), pupuk bokashi, pertumbuha

    High Frequencies of Naive Melan-a/Mart-1–Specific Cd8+ T Cells in a Large Proportion of Human Histocompatibility Leukocyte Antigen (Hla)-A2 Individuals

    Get PDF
    Using fluorescent HLA-A*0201 tetramers containing the immunodominant Melan-A/MART-1 (Melan-A) tumor-associated antigen (Ag), we previously observed that metastatic lymph nodes of melanoma patients contain high numbers of Ag-experienced Melan-A–specific cytolytic T lymphocytes (CTLs). In this paper, we enumerated and characterized ex vivo Melan-A–specific cells in peripheral blood samples from both melanoma patients and healthy individuals. High frequencies (≥1 in 2,500 CD8+ T cells) of Melan-A–specific cells were found in 10 out of 13 patients, and, surprisingly, in 6 out of 10 healthy individuals. Virtually all Melan-A–specific cells from 6 out of 6 healthy individuals and from 7 out of 10 patients displayed a naive CD45RAhi/RO− phenotype, whereas variable proportions of Ag-experienced CD45RAlo/RO+ Melan-A–specific cells were observed in the remaining 3 patients. In contrast, ex vivo influenza matrix–specific CTLs from all individuals exhibited a CD45RAlo/RO+ memory phenotype as expected. Ag specificity of tetramer-sorted A2/Melan-A+ cells from healthy individuals was confirmed after mitogen-driven expansion. Likewise, functional limiting dilution analysis and interferon γ ELISPOT assays independently confirmed that most of the Melan-A–specific cells were not Ag experienced. Thus, it appears that high frequencies of naive Melan-A–specific CD8+ T cells can be found in a large proportion of HLA-A*0201+ individuals. Furthermore, as demonstrated for one patient followed over time, dramatic phenotype changes of circulating Melan-A–specific cells can occur in vivo

    Komparasi Morfologi Beberapa Koloni Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus) Dari Perkebunan Karet Di Jawa Tengah Dan Sumatera Selatan

    Full text link
    Rigidoporus microporus adalah jamur yang menyebabkan penyakit jamur akar putih (JAP) pada tanaman karet. Tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan oleh JAP berbeda antar wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komparasi morfologi beberapa koloni jamur akar putih dari perkebunan karet di Jawa Tengah dan Sumatera Selatan. Sampel dikoleksi langsung dari perkebunan Merbuh dan Blimbing di Jawa Tengah dan Balai Penelitian Karet Sembawa di Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan November 2016-April 2017 di Laboratorium Carotenoid Antioxidant Research Center (CARC) Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan ke-17 isolat berdasar penambahan diameter koloni hingga mencapai tepi petri bervariasi yaitu 4 hari (MB8), 6 hari (MM6), 7 hari (MK2, MK3, SS1), 8 hari (MK1, MM5, MM7, SS2, SS3), 9 hari (BW1, SS5), 10 hari (MK4, BW4, SS4), 11 hari (BW2), dan 13 hari (BB3). Morfologi koloni dan hifa JAP baik dari Jawa Tengah maupun Sumatera Selatan hampir sama, yakni koloni berbentuk bulat, filamentous, elevasi ada yang rata (flat) dan ada yang sedikit timbul (raised), serta berwarna putih hingga putih gading. Hifa JAP memiliki septa, hialin, bercabang, dan tidak ada clamp connection

    What traits are carried on mobile genetic elements, and why?

    Get PDF
    Although similar to any other organism, prokaryotes can transfer genes vertically from mother cell to daughter cell, they can also exchange certain genes horizontally. Genes can move within and between genomes at fast rates because of mobile genetic elements (MGEs). Although mobile elements are fundamentally self-interested entities, and thus replicate for their own gain, they frequently carry genes beneficial for their hosts and/or the neighbours of their hosts. Many genes that are carried by mobile elements code for traits that are expressed outside of the cell. Such traits are involved in bacterial sociality, such as the production of public goods, which benefit a cell's neighbours, or the production of bacteriocins, which harm a cell's neighbours. In this study we review the patterns that are emerging in the types of genes carried by mobile elements, and discuss the evolutionary and ecological conditions under which mobile elements evolve to carry their peculiar mix of parasitic, beneficial and cooperative genes
    corecore