26 research outputs found

    Penerapan Metode Kooperatif tipe Jigsaw pada Pembelajaran Menulis Teks Drama SMP Negeri 1 Driyorejo

    Get PDF
    Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut: (1) Bagaimana proses penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran menulis teks drama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Tahun Ajaran 2018/2019, (2) Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Tahun Ajaran 2018/2019 dalam pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw, (3) Bagaimana respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Tahun Ajaran 2018/2019 dalam pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran menulis teks drama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Tahun Ajaran 2018/2019, (2) Hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Tahun Ajaran 2018/2019 dalam pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw, (3) Respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Tahun Ajaran 2018/2019 dalam pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan metode deskriptif kualitatif. Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu atau Quasi Experimemt dengan desain pembelajaran Pre-test dan Post-test. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, penilaian unjuk kerja, angket. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran. Penilaian unjuk kerja bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa saat pretes dan postes. Angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw. Hasil penelitian ini pada proses penerapan kooperatif tipe jigsaw menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran menulis teks drama tanpa menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw atau sebelum perlakuan (treatment) yang berada pada baik sebesar 38,46% dan yang berada pada sangat baik sebesar 61,54% sedangkan aktivitas guru dalam pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw atau setelah perlakuan (treatment) yang berada pada baik sebesar 41,7% yang berada pada sangat baik sebesar 58,3%. Serta aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis teks drama tanpa menggunakan metode kooperatif jigsaw yang berada pada cukup sebesar 26,7%, lalu yang berada pada baik sebesar 53,3% dan yang berada pada sangat baik sebesar 20% sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw yang berada pada baik sebesar 53,3% dan yang berada pada sangat baik sebesar 46,7%. Hasil belajar siswa saat pre-test keseluruhan adalah 1858 dengan rata-rata kelas sebesar 53,8 dan hasil belajar siswa saat post-test keseluruhan adalah 2730,6 dengan rata-rata kelas sebesar 86,6 dengan perbedaan selisih nilai keseluruhan 872,6 dan perbedaan selisisih rata-rata kelas 32,8. Nilai keseluruhan kelas mengalami peningkatan sebesar 46,9% dan rata-rata kelas juga mengalami peningkatan sebesar 60,9%. Respon siswa terhadap pembelajaran menulis teks drama dengan metode kooperatif jigsaw, 90,6% menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw membantu, menyenangkan, dan tidak membosankan dan 9,4% menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw Kata Kunci: Kooperatif, Jigsaw, Menulis, Teks Dram

    POLA SENSITIVITAS Eschericia coli TERHADAP ANTIBIOTIK METRONIDAZOLE

    Get PDF
    Escherichia coli (E. coli) have a potency to be a pathogen bacteria cause an illness. Antibiotic treatments to a patient have a purpose to eliminate the pathogen bacteria. Bacteria resistance to antibiotic was influenced by the intensity of antibiotic treatment in a region, the uncontrolled antibiotics treatments would increase the antibiotic resistance of bacteria. This research was using four different sample, they were feces from diarrhea, ice block, waters from well, and ketchup. Approximately 1 gram from each sample diluted in 10 mL of BHI and then incubated for 6 hours in 37 C. After 6 hours incubations, the samples inoculated in EMBA and incubated in 37 C for 24 hours. The metallic green colored bacteria colony inoculated in Mac Conkey Agar and incubated in 370C for 24 hours. The separated colony sub cultured into HIA and tested using biochemistry test. Sensitivity test conducted using the Kirby Bauer method. The test result showed that 5 samples were sensitive to metronidazole and 26 samples wereresistant to metronidazole.Key word: E.coli, metronidazole, sensitivity

    Pengaruh Variasi Waktu Clearing Terhadap Kualitas Sediaan Awetan Permanen Ctenocephalides Felis

    Get PDF
    Sediaan awetan permanen adalah teknik pengawetan preparat untuk berbagai macam parasit, salah satunya adalah Ctenocephalides felis. Proses pembuatan preparat awetan melalui tahapan clearing. Clearing merupakan proses perendaman didalam larutan xylol selama 15 menit yang bertujuan menjadikan struktur Ctenocephalides felis terlihat jernih. Hasil penjernihan akan menghasilkan hasil yang maksimal apabila digunakan waktu perendaman dalam xylol selama semalam. Hasil perendaman semalam dapat memperlihatkan struktur tubuh Ctenocephalides felis yang lebih jelas, jernih dan transparan. Lamanya waktu penjernihan yang diperlukan dirasa kurang efektif sehingga dirasa untuk dilakukan penelitian penggunakan waktu yang lebih pendek, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu clearing terhadap kualitas sediaan awetan permanen Ctenocephalides felis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Sampel yang didapatkan diproses untuk dilakukan pembuatan sediaan permanen dengan menggunakan 3 variasi waktu clearing yaitu 5, 15 dan 25 menit.Hasil penelitian menunjukkan kualitas sediaan dengan perlakuan clearing 25 menit lebih baik dibandingkan kualitas sedian dengan perlakuan clearing 15 menit dan 5 menit. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin lama dilakukan proses clearing maka semakin baik kualitas sediaan awetan permanen yang didapatkan

    TEST EFFECTIVENESS OF BIOLARVASIDES ON THE EXTRACT OF CUCUMBER (Cucumis sativus L.) AND PARE LEAVES (Momordica charantia) ON Aedes aegypti MOSQUITO LARVA

    Get PDF
    Dengue fever is a contagious disease in global health problem, especially in developing countries such as Indonesia. Aedes sp is a type of mosquito that can cause dengue fever. Mosquitoes are often associated with health problems due to bites. So the alternative of biolarvaside needed such as cucumber and bitter melon juice which is relatively safe.The objective of this study was to determine the comparison of resistance of Aedes mosquito larvae on cucumber and bitter melon leaves. This research used a natural experiment. The subjects were 576 larvae of Aedes aegypti instar III.The result showed that the extract of bitter melon and cucumber leaves had biolarvaside activation against Aedes sp larvae which was indicated by the highest Aedes sp larvae mortality in bitter melon at all concentrations, whereas for cucumber leaves the death was obtained at a concentration of 30%.It was concluded that the Aedes larvae can not live in the extract of bitter melon leaves compared to cucumber leaves because the extract of the bitter melon concentration was 10%, 20%, 30% and 4 times the larvae totally died

    PERBEDAAN KUALITAS JARINGAN TULANG PIPA TIKUS MENGGUNAKAN LARUTAN DEKALSIFIKASI ASAM NITRAT 3% DAN ASAM NITRAT 10% DENGAN PENGECATAN HE

    Get PDF
    Dekalsifikasi yaitu proses meghilangkan garam kalsium pada tulang. Proses dekalsifikasi dapat menggunakan larutan asam seperti asam nitrat 3% dan asam nitrat 10%. Asam nitrat 3% membutuhkan waktu 8 hari dan kurang efektif sedangkan pada larutan asam nitrat 10% memerlukan waktu 2 sampai 3 hari dengan hasil dapat diagnosis dan kualitas preparat baik. Tujuan penelitian mengetahui perbedaan kualitas dan kelunakan jaringan tulang pipa tikus menggunakan larutan dekalsifikasi asam nitrat 3% dan asam nitrat 10% dengan pengecatan HE. Jenis penelitian adalah Analitik. Subjek penelitian menggunakan jaringan tulang pipa tikus wistar (Rattus norvegicus) normal yang berusia 2 sampai 3 bulan dengan jenis kelamin jantan. Objek penelitian menggunakan jaringan tulang pipa tikus putih jantan dengan galur Wistar sebayak 15 sediaan yang didekalsifikasi dengan larutan asam nitrat 3% dan 15 sediaan dengan larutan asam nitrat 10%. Hasil kelunakan jaringan tulang pipa tikus menggunakan larutan asam nitrat 10% lebih cepat lunak dibandingkan dengan asam nitrat 3%. Hasil kualitas preparat jaringan tulang pipa menggunakan asam nitrat 10% mendapatkan skor (1+) yaitu tidak dapat didiagnosis sedangkan asam nitrat 3% mendapatkan skor (3+) yaitu dapat didiagnosis. Simpulan penelitian terdapat perbedaan antara jaringan tulang pipa yang direndam dengan menggunakan larutan asam nitrat 3% dan asam nitrat 10%

    VARIASI KONSENTRASI KOH DAN WAKTU CLEARING TERHADAP KUALITAS PREPARAT AWETAN Pediculus humanus capitis

    Get PDF
    Pembuatan sediaan permanen entomologi/insekta diawali dengan perendaman dalam KOH, dilanjutkan dengan proses dehidrasi, proses clearing dan proses mounting. Perendaman dalam KOH bertujuan menipiskan lapisan kitin pembentuk eksoskeleton pada insekta. Tahapan Clearing merupakan salah satu tahapan pembuatan awetan permanen yang bertujuan menjadikanstruktur parasit insekta terlihat lebih jelas, jernih, dan transparan. Penelitian dilakukan dengan variasi perendaman dalam larutan KOH 5%, 10%, 15%, dan 20%. selama 24 jam, serta variasi lama waktu clearing 5, 15, 25, dan 60 menit. Pengamatan sediaan awetan permanen dilakukan dengan menilai kualitas sediaan awetan permanen. Kualitas sediaan awetan permanen meliputi kejernihan, kualitas warna, dan keutuhan  sediaan awetan permanen. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi, kualitas yang buruk didapatkan pada kombinasi antara variabel waktu clearing 5 menit pada seluruh variasi konsentrasi KOH dan pada variabel waktu clearing 15menit pada konsentrasi KOH 5%. Hasil dengan kualitas baik ditunjukkan pada variabel waktu clearing 15 menit pada konsentrasi KOH 10%, 15%, dan 20%, serta pada variabel vaktu clearing 25 dan 60 menit pada seluruh variasi konsentrasi KOH. Hasil kualitas yang baik disertai dengan peningkatan dan penurunan nilai skoring. Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin lama waktu clearing akan menghasilkan preparat yang lebih baik dengan nilai skoring yang berbeda berdasarkan persentase KOH yang digunakan.Keywords: KOH, clearing, Pediculus humanus capiti

    CAESAR (Caesalpinia EXTRACT) : PEWARNA ALAMI TANAMAN INDONESIA PENGGANTI GIEMSA

    Get PDF
    Pewarna giemsa memiliki kandungan bahan kimia yaitu eosin, methylene blue dan azzure (Gandasoebrata, 2007). Cairan giemsa sangat mudah terbakar dan menguap. Beracun jika tertelan, kontak langsung atau terhirup menyebabkan kerusakan organ-organ. Secang (Caesalpinia sappan L.) dapat digunakan sebagai pewarna alami karena mengandung Brazilin (C16H14O5) yang memiliki pigmen warna merah dan memiliki arah warna sesuai kadar pH. Proses pewarnaan dengan ekstrak secang pada preparat buccal smear menggunakan pelarut aquadest, metanol, (alkohol 96% + KOH 10% non evaporasi dan evaporasi), dan alkohol 96% ditambah buffer A+buffer B dengan cara diteteskan 3-5 tetes ekstrak secang dan pelarutnya, ditunggu selama 15 menit. Hasil dari pewarnaan diamati tampak atau tidaknya epitel pada preparat buccal smear. Hasil pengecatan dengan pelarut aquadest dan alkohol 96% tidak tampak adanya epitel serta warna. Pelarut metanol tampak adanya epitel dengan warna orange pudar, dengan alkohol 96% + KOH 10% non evaporasi tampak adanya epitel dengan warna pink. Hasil pengecatan dengan warna paling baik yaitu warna merah dari pelarut alkohol 96% + KOH 10% evaporasi

    Rasio Penutupan Luka pada Tikus Diabetes Diinduksi Streptozotocin dengan Perlakuan Dressing Tipe Pasif dan Interaktif (Penelitian Pendahuluan)

    Get PDF
    Deparaffinization is a stage before the staining process to remove/dissolve paraffin so that the absorption of color in tissue preparations is maximized. Deparaffinization is usually carried out using xylol and toluol. Xylol has toxic effects including acute neurotoxicity, heart and kidney damage, hepatotoxicity, fatal blood dyscrasias, skin erythema, dry skin, peeling skin, and also has a carcinogenic effect. The toxicity effect of olive oil is lower than that of xylol. Oils that have non-polar properties can remove the remaining paraffin contained in the tissue. The purpose of this study was to determine the microscopic appearance of the kidney tissue preparations of mice deparaffinized with olive oil on hematoxylin eosin (HE) staining. The type of research used is experimental research which is analyzed with a descriptive approach. The results of the assessment of preparations deparaffinized with xylol in 80 visual fields obtained 100% good preparations and preparations deparaffinized with olive oil in 80 visual fields obtained 0% poor preparations, 11.3% poor preparations, and 88.7% good preparation. So it can be said that better results are found in the microscopic picture of the kidney preparations of mice (Mus musculus) deparaffinized with xylol.Luka diabetes memerlukan waktu penyembuhan yang lama dan sulit dalam penanganannya. Proses penyembuhan luka adalah dengan prinsip mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembap, serta mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian sel. Metode perawatan luka yang sedang berkembang saat ini berpegang pada prinsip moisture balance disebut dengan modern wound dressing. Penelitian dilakukan pada mencit C57BL/6j yang dilukai dan diberi dua tipe dressing yaitu hydrocolloid dan gauze dalam penanganan luka diabetes pada mencit. Hasil pengamatan perlakuan perawatan luka menunjukkan hasil akhir penyembuhan luka yang berbeda satu sama lain. Ukuran luka kelompok hydrocolloid yang makin membesar sampai pada hari ke-3 dan ukuran luka lebih besar di hari ke 21 bila dibandingkan dengan kelompok gauze. Diperkuat dengan perbedaan secara statistik (p=0.001). Kedua kelompok membantu dalam proses penyembuhan luka namun perlakuan dressing hydrocolloid dan gauze memiliki dampak yang berbeda bagi penyembuhan luka

    EFEK PEMBERIAN Morinda citrifolia,L PADA KADAR TGF-Β SERUM DAN EKSPRESI KOLAGEN PADA GINJAL TIKUS DIABETES NEFROPATI

    Get PDF
    Background: Morinda citrifolia L contain components that lowering the oxidative stress andthe ability to regenerate the renal function through the measurement of renal extra cellularmatrix and growth factor. The detection from renal functions remission can be measuredthrough the transforming growth factor beta (TGF-β) level, and collagen deposition. Aims: This experiment was to prove the Morinda citrifolia L effect to lowering the TGF-β level andcollagen deposition in streptozotocin-induced nephropathy diabetic Sprague Dawley rats.Method:  The post test only control group design experiment in thirty rats randomized intopositive control group and four treatment group and induced with streptozotocin in 40mg/kgWBdoses. The rats treated with Morinda citrifolia extract which was divided into four doses(10;20;40;80mg/dL) then determine TGF-β level and collagen deposition. The data analyzedusing SPSS ver 17 with oneway-ANOVA and post hoc LSD, Kruskal-Wallis and Mann-WhitneyU and Spearman’s Rho with confidence interval 95% (p<0,05). Result: The statisticallyanalysis from rats treated with morinda extract resulted a significant result in TGF-β level, correlation between TGF-β level and collagen deposition (p<0,05). Conclusion: Morindacitrifolia treatment can substantially improve the activity of the renal function, shown by lowerTGF-β level and better density of collagen deposition compared with control group and 10-20mg/dL morinda treatment dose showed the best result.Keywords: Nephropathy diabetics, Morinda citrifolia, TGF-β level and collagen deposition

    EFEKTIVITAS INFUSA KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PENYEBAB SARIAWAN SECARA in vitro

    Get PDF
    Candida albicans is a normal flora in the oral mucosa, tongue, and palate, but it could become the pathogenic one. If the amounts were excess so that it could cause thrush. Kaffir lime peel infusion contains saponins, tannins, flavonoids, coumarin which are active antifungal compound. The purpose of this study was to examine the effectiveness of kaffir lime peel infusion to the growth of Candida albicans which causes thrush with a consentration of 10%, 15%, 20% and contact time of 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes. Method of this study used an experimental research laboratory. Suspension Candida albicans 100 mL with dilution 10-4 of McFarland 0,5 and contacted to the kaffir lime peel infusion 10%, 15%, 20% with three repetitions. After 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes put 100 μL and then inoculated into SGA antibiotics then incubated at 37˚C for 48 hours. Based on the results of this study concluded that kaffir lime peel infusion can inhibit the growth of Candida albicans. The best results was the 20% consentration and contact time of 15 minutes with an average colonies of 3×104 CFU/100 μL. The higher consentration of kaffir lime peel infusion the more able to inhibit the growth of Candida albicans and the longer the contact time kaffir lime peel infusion, the more can inhibit the growth of Candida albicans.Keywords: Infusion, Citrus hystrix DC., Candida albicans
    corecore