220 research outputs found
SENYAWA STEROID DALAM BAHAN PANGAN ASAL HEWANI
Abstrak
Usaha peternakan khususnya ternak sapi, sering menggunakan steroid, baik dalam bentuk steroid natural maupun sintetis.Senyawa ini dapat meningkatkan laju pertumhuhan dan efisiensi pakan, serta menghasilkan daging yang lebih bagus.Steroid merupakan substansi lipofilik, berat molekul rendah, berasal dari kolesterol, dan secara fisiologis memainkan sejumlah peran penting.Senyawa ini melakukan aksinya, baik terhadap jaringan target perifer maupun terhadap sistem saraf pusat.Pada umumnya terdapat dalam produk asal hewani, beberapa diantaranya terdapat pada nabati.Berbagai steroid yang ada, yang berupa hormon seksual (estrogen, progesteron, testosteron, dan beberapa versi sintetisnya) sering digunakan dalam meningkatkan produktivitas tenak.
Di dalam tubuh, steroid mengalami metabolisme menjadi senyawa dalam bentuk lain. Pangan asal ternak yang waktu hidupnya diberi perlakuan hormon steroid, aman dikonsumsi, dan senyawa ini tidak merugikan baik bagi ternaknya sendiri maupun lingkungan. Limbah peternakan ada yang terdeteksi mengandung steroid dalam kadar ringan, namun mikroba segera menguraikannya. Senyawa ini tidak bekerja secara terus menerus karena masa paroh bilogisnya pendek sehingga mudah rusak.Secara alamiah manusia menghasilkan steroid secara endogenus, sehingga terdeteksinya steroid dalam tubuh belum tentu berasal dari residu pangan asal hewani yang dikonsumsinya.
Kata kunci : steroid, pangan asal hewani, residu, aman dikonsumsi
Turnitin - Performance And Haematological Parameter Of Broiler Fed Commercial Diets Supplemented With Novel Probiotic Bacillus Plus Vitamin And Minerals
Profil Hematologi Rusa Timor(Rusa timorensis) Betina Berahi yang Disuplementasi dengan Mineral Selama Satu Siklus Berahi
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai 31 Mei 2016 di
penangkaran rusa Timor, Kudus. Penelitianini bertujuan mengetahui dinamika
profil hematologi selama fase estrus dan mengetahui pengaruh suplementasi seng
(Zn), selenium (Se) dan magnesium (Mg) terhadap dinamika profil hematologi
selama fase berahi rusa Timor.
Materi yang digunakan darah rusa Timor betina dewasa sebanyak 10ekor
yang mempunyai body condition score(BCS) 2-3,25, poel 2, kondisi fisik baik dan
sudah pernah partus serta sampel darah. Perlakuan yang dilakukan adalah T0
(kontrol) tanpa suplementasi mineraldan T1 dengan suplementasi mineral.
Mineral yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnesium (Mg), seng (Zn)
dan selenium (Se). Parameter yang diamati adalah total eritrosit, kadar
hemoglobin dan nilai hematokrit. Data rata-rata fluktuasi tiap fase dijelaskan
secara deskriptif, sedangkan data pengaruh suplementasi dianalisis statistic
menggunakan T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rusa Timor betina selama pengamatan
menunjukkan bahwa rata-rata total eritrosit memperlihatkan perbedaan jumlah
rata-rata total eritrosit dalam darah pada kelompok (T1) dengan kelompok (T0).
Perbedaan nyata (P≤0,05) total eritrosit pada jam ke-84 serta sangat nyata
(P≤0,01) pada jam ke-96, 108 dan 120. Perbedaan nyata (P≤0,05) kadar
hemoglobin pada jam ke-108. Perbedaan nyata (P≤0,05) nilai hematokrit pada jam
ke-0, 24, 72, 84 dan 96 serta perbedaan sangat nyata (P≤0,01) terjadi pada jam ke120,
(T1)
mempunyai
rata-rata
yang
lebih
tinggi
disbanding
dengan
(T0).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan profil hematologi dalam
satu siklus estrus kelompok rusa yang diberi suplementasi mineral meningkat
dibandingkan dengan kelompok rusa tanpa suplementasi mineral
Pengaruh Lama Penggunaan Pemanas Indukan pada Awal Periode Starter terhadap Konsumsi Oksigen dan Laju Metabolisme pada Ayam Broiler
Turnitin – Gambaran Biokimia dan Leukosit Darah Ayam Kampung Umur 25 hari yang diberi Probiotik Fungi Rhizopus-oryzae.
Turnitin – Perpformances and haematological profile of broiler fed fermented dried cassava (manihot escolenta Crantz)
Turnitin – Assay of Antioxidant Potential of Two Filamentous Fungi Isolated from the Indonesia Fermented Dried Cassava.
Assay of Antioxidant Potential of Two Filamentous Fungi Isolated from the Indonesian Fermented Dried Cassava
The antioxidant capacity and antioxidant constituents of two filamentous fungi
(Acremonium charticola and Rhizopus oryzae) isolated from the Indonesian fermented dried cassava
(gathot) were evaluated in the present study. The antioxidant capacity of the fungal crude extracts
was assessed based on the 2,21-azino-bis(3-ethyl-benzthiazolin-6-sulfonicacid) (ABTS) method.
Total phenolics were determined based on the Folin-Ciocalteu method, while the flavonoids content
in the fungal extracts was determined by the spectrophotometric method with aluminum chloride.
Total tannins were estimated by the Folin-Denis method. The ABTS+ radical scavenging activity was
higher (p < 0.01) in A. charticola compared to that in R. oryzae and ascorbic acid (as a control). A higher
(p < 0.01) content of total phenolics was detected in A. charticola than that in R. oryzae. Total flavonoids
were higher (p < 0.01) in R. oryzae as compared with that in A. charticola. The fungus A. charticola
had a higher (p < 0.01) level of total tannins than R. oryzae. In conclusion, both filamentous fungi
isolated from the Indonesian fermented dried cassava exhibited antioxidant potentials as indicated
by their capabilities to scavenge ABTS+. A. charticola had a higher antioxidant capacity than R. oryzae.
The antioxidant capacity of A. charticola was attributed mainly to its phenolics and tannins contents
Pengaruh Penggunaan Salvinia molesta Fermentasi dalam Ransum terhadap Status Eritrosit dan Leukosit Itik Pengging
- …