25 research outputs found

    Para Pihak dan Perannya dalam Pembangunan KPH Model di Tanah Papua

    Full text link
    Penyebab rendahnya kinerja pembentukan wilayah KPH adalah rendahnya peran para pihak dalam perencanaan pembentukan wilayah KPH. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji siapa para pihak dan bagaimana perannya dalam mengimplementasikan KPH model di Tanah Papua berdasarkan persepsi para pihak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi literatur, selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis para pihak dan peranannya secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan tingkat provinsi dan kabupaten sebagai para pihak utama dan penting dalam pembangunan KPH model di Tanah Papua. Dalam perspektif tersebut para pihak utama memiliki peran yang besar dalam persiapan, perencanaan, implementasi dan monitoring. Besarnya peran pemerintah daerah menunjukkan pembangunan KPH di Papua dilakukan dengan prespektif dan orientasi pada pemerintah daerah. Dalam perspektif tersebut persepsi dan interaksi institusi pemerintah daerah menjadi sangat dominan dan besar perannya dalam merealisasi pembentukan KPH. Oleh karena itu peralihan paradigma dari pemerintah ke pemerintahan yang melandasi peranan pemerintah dikurangi dan peranan masyarakat semakin ditingkatkan belum dapat diterapkan pada proses pembentukan KPH di Tanah Papu

    Penggunaan Media, Bahan Stek, Dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya Massoy (Oken) Kosterm)

    Full text link
    Masoyi (Cryptocarya massoy) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK) endemik Papua bernilai ekonomi tinggi. Upaya pengembangan tanaman masoyi saat ini terkendala oleh sulitnya memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan berkualitas. Untuk itu, perbanyakan secara vegetatif menjadi salah satu solusi permasalahan pemenuhan bibit. Penelitian bertujuan mendapatkan media tanam, bahan stek, dan dosis zat pengatur tumbuh NAA yang tepat untuk perbanyakan masoyi dengan cara stek. Penelitian menggunakan bibit berumur 1 tahun dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah media tanam stek (tanah+pasir (2:1, v/v), serbuk sabut kelapa+ sekam (2:1, v/v), dan media pasir). Faktor kedua adalah bahan stek (bagian pucuk atas dan bagian pucuk bawah). Faktor ketiga adalah konsentrasi zat pengatur tumbuh (0 ppm, NAA 500 ppm, dan NAA 1.000 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen berakar dipengaruhi oleh faktor tunggal media tanam, bagian stek dan zat pengatur tumbuh NAA. Panjang akar dipengaruhi oleh faktor tunggal media tanam dan interaksi antara media dengan bagian stek. Jumlah daun dipengaruhi faktor media tanam, sedangkan jumlah akar tidak dipengaruhi masing-masing faktor tunggal dan interaksinya. Faktor media merupakan faktor penentu keberhasilan stek masoyi. Dengan demikian, kombinasi media tanah+pasir (2:1, v/v) dengan bagian pucuk atas merupakan perlakuan yang direkomendasikan untuk stek masoyi, dan kombinasi perlakuan tersebut tidak dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh NAA

    Analisis Tujuan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Papua

    Full text link
    Dalam konteks perencanaan, tujuan pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) mutlak didefinisikan sebagai indikator sasaran, strategi untuk mencapai sasaran dan pengembangan rencana kerja serta mengelola aktivitas-aktivitasnya. KPH di Propinsi Papua dalam tahapan pembentukan kelembagaan serta perangkat kebijakan pendukungnya sebagaimana daerah lainnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi tujuan pembangunan KPH berdasarkan persepsi pemangku kepentingan sehingga dapat dijadikan indikator kinerja yang dapat diukur. Penelitian dilakukan pada KPH Model Provinsi Papua dan Papua Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan responden dengan bantuan kuesioner yang terstruktur. Data dianalisis dengan metode Analisis Hirarki proses (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan mempertahankan fungsi hutan dan daya dukung lingkungan merupakan faktor penting dalam tujuan pembangunan KPH di Papua. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan KPH yang tertuang dalam dokumen rancang bangun KPH Model serta berdasarkan kepentingan stakeholders yaitu menjamin kelestarian fungsi ekologi. Dalam tujuan tersebut terdapat 6 (enam) indikator sasaran yang dapat diukur untuk mencapai tujuan pembanguanan KPH Papua yang telah ditetapkan

    Prospek Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat di Kabupaten Biak Nunfor, Papua

    Full text link
    Pembangunan hutan tanaman oleh rakyat diharapkan secara bertahap akan mengubah lahan kritis menjadi produktif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan lambannya pembangunan hutan tanaman rakyat adalah kurangnya minat masyarakat. Untuk mendukung minat masyarakat dan pengusaha lokal dalam mengembangkan hutan tanaman rakyat dibutuhkan beberapa hal yaitu : sosialisasi program ditingkat masyarakat sehingga tepat sasaran, kepastian hukum atas status lahan, informasi kelayakan USAha baik secara teknis maupun finansialnya, dan pendampingan kelembagaan masyarakat. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi prospek hutan tanaman rakyat yang dapat dikembangkan di Kabupaten Biak Nunfor termasuk manfaat ekonomis yang diterima dengan keberadaan hutan tanaman rakyat tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Desktiptif Kwantitatif dengan teknik survey. Prospek pengembangan hutan rakyat dihitung dengan melihat aspek finansial dan kontribusi kegiatan HTR pada pendapatan petani. Perhitungan aspek finansial dilakukan dengan mengambil contoh pada hutan rakyat KTH Insumarires Distrik Biak Timur yaitu pendapatan bersih pengusahaan hutan dengan menggunakan rumus Faustman, kelayakan finansial dihitung kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR) yang dinyatakan dalam satuan persen. Hasil penelitian menunjukkan 1) jika 10% dari hutan produksi di Kabupaten Biak Nunfor merupakan hutan produksi yang tidak produktif maka diperkirakan terdapat 7.477,8 ha yang dapat dimanfaatkan sebagai areal hutan tanaman rakyat dengan jenis unggulan Calophyllum inophyllum dengan menggunakan sistem silvikultur THPB. 2) Pengusahaan HTR layak dilaksanakan dalam daur 50 tahun dengan discount rate 5%. 3) Tingginya curahan hari kerja (5.724 HOK) memberikan dampak pada perluasan lapangan kerja dan tingkat pendapatan petani dari kegiatan tersebut. 4) Kontribusi pendapatan petani terbesar berasal dari nilai biodiesel dari biji Calophyllum inophyllum yang mencapai yang mencapai 68% dari total pendapatan. Perkiraan pendapatan bersih pengusahaan HTR yang dapat diterima pada akhir daur pengelolaan (50 tahun) oleh masing-masing anggota kelompok (1 kelompok 159 orang), dengan luas ideal pengusahaan ideal 1717.2 ha mencapai Rp. 724.008.070;90. Kondisi ini diharapkan mampu meningkatkan surplus di sektor kehutanan yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan PDRB dan peningkatan sarana prasarana pendukung bagi pembangunan wilayah

    Hubungan Karakteristik Internal Petani Dengan Keberhasilan Pertumbuhan Cempaka (Michelia Champaca L.) Di Demplot Hutan Rakyat (Correlation Between Internal Characteristics of Farmer with the Success of Cempaka Growth (Michelia Champaca L.) on Private Forest Demonstration Plot)

    Full text link
    Most of the establishment of community forests fail due to lack of understanding about the characteristics of farmers. Effort to conserve cempaka (Michelia champaca L.) could be done through development of cempaka private forest. This research aimed to study correlation between internal characteristics of farmers (knowledge, attitude and behavior) with growth performance of cempaka on a private forest demonstration plot. Cempaka private forest was established in two phases (2012 and 2013), involved 36 farmers. Data was collected by structured interview with farmers and measurement of cempaka growth. Data were analyzed using Pearson Correlation Test. The result showed that there was a significant correlation between internal characteristics of farmers with growth performance of cempaka. Positive correlation was shown between attitude and behavior with the successfull of cempaka growth. The strongest correlation was shown by behavioral characteristic, as high growth performance of cempaka was strongly influenced by farmer's activity in plant maintenance. Distinctive farmer characteristics require different approaches farmers empowerment. Training in cultivation technique and economical aspect of cempaka should be provided to farmer with characeristics: good knowledge, good attitude, fair behavior. In contrary, land optimalization and strengthening farmers' institution to anticipate larger timber market should be conducted to farmer with characteristics: poor knowledge, good attitude, good behavior. This results could be applied for farmer empowerment at Ginanjar Village in the future

    Kearifan Lokal dan Praktik Pengelolaan Hutan Bambu pada Masyarakat Bali

    Full text link
    Keberhasilan pengembangan kluster bambu di Bali, dapat dibangun melalui tradisi kehutanan masyarakat yang dapat kita temukan dengan menggali kembali kearifan lokal. Penelitian bertujuan: 1) mengkaji peran kearifan lokal dan praktik dalam pembangunan hutan bambu di Kecamatan Kintamani, Bangli; 2) mengkaji peran hutan bambu bagi masyarakat di Kecamatan Kintamani, Bangli. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara terbuka mendalam dengan bantuan daftar pertanyaan, observasi, dan dokumentasi. Responden terdiri dari 10 orang yang dipilih secara pur posive dengan metode snowball. Hasil penelitian menunjukkan: 1) terdapat eksistensi kearifan lokal dalam bentuk palemahan yang merupakan pengetahuan, nilai, aturan dan sistem hukum adat, yang telah mengatur aksi atau tindakan hubungan manusia dengan lingkungan serta berperan dalampembangunan hutan bambu; 2) upaya membangun hutan bambu oleh masyarakat Kintamani telah memberikan kontribusi pada aspek sosial (menyerap tenaga kerja 43 HOK/ha/tahun), ekonomi (penerimaan petaniRp. 14.292.795/anggota kelompok/tahun), dan hidrologis (ditemukan 3 sumber mata air)

    Terapia viva. Narraci贸n y met谩fora en la intervenci贸n familiar

    Get PDF
    "Terapia viva. Narraci贸n y met谩fora en la intervenci贸n familiar es un libro que tiene como eje la inquietud por la vitalidad que imprime el leguaje a la intervenci贸n terap茅utica, espec铆ficamente cuando toma forma metaf贸rica y atraviesa la propia experiencia del terapeuta. White, Epston, Ricoeur, De Bustos y algunos conceptos de Genette ""autor importante en la narratolog铆a "" se cuentan dentro de las fuentes te贸ricas de esta investigaci贸n. El texto se constituye como material de apoyo para procesos formativos y reflexivos en el campo terap茅utico.""Terapia viva. Narraci贸n y met谩fora en la intervenci贸n familiar is a book written around the idea of the vitality that language transmits to therapy work, mainly when it becomes metaphoric and transcends to the therapist themselves. White, Epston Ricoeur, De Bustos and some concepts by Genette ""key author in narratology- are among the theoretical sources used for this investigation. The text is a support tool for training and reflective processes in therapy.

    Tingkat Kerawanan dan Mitigasi Bahaya Kebakaran Hutan: Studi Kasus di KHDTK Sawala Mandapa, Kadipaten, Provinsi Jawa Barat (The Level Of Vulnerability Forest Fire Hazard Mitigation: Case Study At Sawala Mandapa Forest Research Station (FRS) Kadipaten, West Java Province)

    Full text link
    Pada musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan sering terjadi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sawala Mandapa yang diakibatkan oleh kelalaian manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan informasi yang akurat tentang lahan yang memiliki potensi terbakar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kerawanan kebakaran dan mitigasi bahaya kebakaran hutan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei dan wawancara terhadap responden kunci. Data yang terkumpul diinput dalam program Microsoft excel dan diberi nilai faktor 1 - 5 sesuai indikator yang dimiliki. Survei dilakukan pada 11 poligon yang tersebar pada KHDTK blok Sawala petak 9. Data yang dikumpulkan berupa variabel tingkat kerawanan kebakaran (aktivitas manusia, tutupan lahan, cuaca dan jenis tanah) dan mitigasi kebakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, wilayah penelitian memiliki nilai rawan 1,8 - 3,3 dengan kategori kelas rawan rendah hingga tinggi. Pada areal tingkat rawan rendah memiliki tutupan hutan berupa hutan sekunder dan tidak tampak aktivitas manusia. Tingkat rawan sedang, memiliki tutupan hutan berupa hutan sekunder dan aktivitas manusia berupa pengambilan kayu bakar dan akses jalan masyarakat. Tingkat rawan tinggi memiliki tutupan hutan berupa hutan sekunder dan memiliki aktivitas manusia berupa pemanfaatan lahan di bawah tegakan mahoni dan jati. Selain itu, terdapat aktivitas pembuangan dan pembakaran sampah. Mitigasi yang telah dilakukan didominasi oleh mitigasi non fisik, yaitu penguatan kapasitas masyarakat. Peta kerawanan kebakaran yang dihasilkan penelitian ini dapat dijadikan dasar kebijakan pencegahan kebakaran
    corecore