9 research outputs found
Pengaruh Perlakuan Giberelin dan Fosfor terhadap Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Kubis bunga (Brassica Oleracea var. Botrytis)
Kubis bunga salah satu sayuran yang memiliki harga jual yang tinggi serta
memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Pada tahun 2019 produksi kubis
bunga mencapai 7.371,40 ton. Namun pada tahun 2020 mengalami penurunan yaitu
6,295,10 ton (Dinas Pertanian Kota Batu, 2021). Sehingga perlu adanya upaya
peningkatan produksi dengan menerapkan teknologi budidaya yang efektif dan
efisien. Salah satunya penggunaan giberelin dan teknik pemupukan fosfor yang
memiliki peranan dalam proses pembungaan dan pembuahan. Tujuan dari
penelitian adalah mengetahui bagaimana pengatuh hormon giberelin, dosis fosfor,
dan hubungan interaksi antara kedua perlakuan terhadap pertumbuhan dan hasil
kubis bunga.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021 sampai Juli 2021. Lokasi di daerah
komplek makam Universitas Brawijaya Jl. Raya Karangan Donowarih,
Karangploso, Malang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial
Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor yaitu pemberian hormon giberelin
yang terdiri dari 2 taraf yaitu 0 ppm atau kontrol (G0), dan 150 ppm (G1) dan dosis
fosfor yang terdiri dari 5 taraf yaitu 0 kg/ha (P0), 100 kg/ha (P1), 150 kg/ha (P2),
200 kg/ha (P3), dan 250 kg/ha (P4). Parameter pengamatan meliputi tinggi
tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, bobot segar total tanaman,
diameter bunga, bobot segar bunga, indeks panen, hasil panen per petak, dan panen
per hektar. Analisis data menggunakan Microsoft Excel kemudian dianalisis
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Jika hasil berpengaruh nyata,
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil dengan taraf 5% untuk mengetahui
perbedaan diantara perlakuan.
Terdapat interaksi antara perlakuan hormon giberelin dan dosis fosfor
terhadap tinggi tanaman pada umur 3 minggu setelah tanam. Perlakuan pemberian
hormon giberelin 150 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen
tanaman kubis bunga pada semua parameter pengamatan. Perlakuan dosis fosfor
250 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan khususnya tinggi tanaman dan hasil
ii
panen tanaman kubis bunga (diameter bunga, bobot segar bunga, bobot segar
tanaman total, hasil panen per petak, dan hasil panen per hektar)
Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan Konsentrasi Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Pagoda (Brassica Narinosa L.H. Bailey) Pada Hidroponik Substrat
Sawi pagoda termasuk salah satu sawi yang dikonsumsi karena kandungan
gizinya yang baik bagi tubuh. Ketersediaan produksi sawi pagoda dapat
ditingkatkan dengan memperhatikan teknik budidayanya seperti penggunaan media
tanam yang baik dan pemberian konsentrasi nutrisi yang tepat. Beberapa media
tanam substrat yang dapat digunakan yaitu arang sekam, pasir, dan cocopeat.
Kemampuan media tanam dalam kelangsungan penyerapan nutrisi bagi tanaman
sangatlah penting sehingga pemilihan komposisi media tanam perlu diperhatikan.
Pengaturan konsentrasi nutrisi juga dibutuhkan agar tanaman tidak mengalami
kekurangan maupun kelebihan nutrisi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai komposisi media tanam dan konsentrasi nutrisi untuk mendukung
pertumbuhan dan hasil sawi pagoda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari interaksi antara komposisi media tanam dan konsentrasi nutrisi
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pagoda pada hidroponik substrat,
mempelajari pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi pagoda pada hidroponik substrat, dan mempelajari pengaruh
konsentrasi nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pagoda pada
hidroponik substrat. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara
komposisi media tanam dan konsentrasi nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi pagoda pada hidroponik substrat, penggunaan komposisi media
tanam cocopeat dan arang sekam (1:1) mampu mendukung pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi pagoda pada hidroponik substrat, dan pemberian konsentrasi nutrisi
sebesar 1400 ppm mampu memberikan hasil optimal pada penanaman sawi pagoda
secara hidroponik substrat.
Penelitian ini bertempat di Green House Jatimulyo Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei
2021 hingga Juli 2021. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah
komposisi media tanam dengan 2 taraf yaitu M1 (pasir dan arang sekam 1:1) dan
M2 (cocopeat dan arang sekam 1:1). Faktor kedua adalah konsentrasi nutrisi AB-
mix dengan 5 taraf yakni N1 (800 ppm), N2 (950 ppm), N3 (1100 ppm), N4 (1250
ppm), dan N5 (1400 ppm). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm),
jumlah daun (helai), lebar tajuk (cm), bobot segar total (g.tan-1), bobot segar
konsumsi (g.tan-1), panjang akar (cm), dan luas daun (cm2.tan-1). Data hasil
pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan
taraf 5% dan dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata antara
penggunaan komposisi media tanam dan pemberian konsentrasi nutrisi terhadap
bobot segar total dan panjang akar tanaman sawi pagoda. Perlakuan cocopeat dan
arang sekam 1:1 + konsentrasi nutrisi 1250 ppm dan 950 ppm memberikan
pengaruh yang sama terhadap bobot segar total dan panjang akar sawi pagoda.
Sementara itu, penggunaan komposisi media tanam cocopeat dan arang sekam 1:1
ii
menunjukkan tinggi tanaman, jumlah daun, lebar tajuk, bobot segar konsumsi, dan
luas daun per tanaman sawi pagoda yang lebih tinggi daripada pasir dan arang
sekam 1:1. Serta pemberian konsentrasi nutrisi 1250 ppm memberikan jumlah daun
yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi 1100 ppm dan 1400 pp
Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Hasil dan Kandungan Vitamin C Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
Tanaman terung merupakan tanaman sayuran yang sangat digemari
masyarakat karena rasanya yang enak dan kaya akan vitamin dan kandungan gizi
yang baik bagi tubuh. Permintaan dan jumlah konsumsi terung di masyarakat tiap
tahunnya semakin meningkat namun tidak diiringi dengan peningkatan produksi.
Berdasarkan data Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan tahun 2019 konsumsi
terung di Indonesia meningkat, dari tahun 2018 sebanyak 2,78 kg/kap/tahun
menjadi 2,95 kg/kap/tahun pada tahun 2019. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan produksi terung
khususnya pada teknik budidaya terung. Media tanam yang baik merupakan kunci
dari berhasilnya budidaya terung. Media tanam yang baik merupakan media yang
kaya akan unsur hara dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman yang tumbuh
di atasnya. Selain media tanam, penambahan unsur hara sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman juga diperlukan. Salah satu caranya yaitu
dengan pemberian pupuk NPK dengan dosis yang tepat. Komposisi media tanam
dan dosis pupuk NPK yang tepat diharapkan mampu meningkatkan produksi dan
kandungan vitamin khususnya vitamin C pada tanaman terung. Perlakuan yang
diterapkan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan interaksi nyata
yaitu antara komposisi media tanam dan pemberian pupuk NPK melalui
penyerapan unsur hara secara optimal oleh tanaman dari komposisi media tanam
yang mendukung pertumbuhan tanaman terung sehingga akan didapatkan hasil dan
kandungan vitamin C yang optimal.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2022 di lahan terbuka
yang berlokasi di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang,
Jawa Timur. Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah cangkul, sekop,
meteran, timbangan analitik, penggaris, meteran, ember dan gelas ukur. Bahan yang
digunakan adalah benih terung ungu Mustang F1, polybag ukuran 45 x 45 cm, air,
pupuk NPK, kotoran sapi, kotoran sapi, serbuk gergaji, arang sekam dan ajir.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang
terdiri dari dua faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media
tanam yaitu C1= tanah : kotoran sapi : arang sekam (1 : 1 : 1) dan C2= tanah :
kotoran sapi : serbuk gergaji (1 : 1 : 1), faktor kedua adalah dosis pupuk NPK D0=
0 gram/tanaman, D1= 30 gram/tanaman, D2= 40 gram/tanaman, D3= 50
gram/tanaman dan D4= 60 gram/tanaman. Pengamatan pertumbuhan dilakukan
mulai 14 hst hingga 49 hst selama satu minggu sekali, sedangkan pengamatan hasil
dilakukan pada saat panen. Parameter pengamatan yang digunakan ialah tinggi
tanaman (cm), jumlah daun (helai), umur berbunga (hari), jumlah bunga (kuntum),
umur berbuah (hari), umur panen pertama (hari), umur panen terakhir (hari), luas
daun (cm2
), jumlah buah per tanaman (buah), bobot buah per tanaman (gram), bobot
per buah (gram), panjang buah (cm), diameter buah (cm), kandungan vitamin C
buah (mg/100gram) dan kandungan klorofil daun (mg/gram). Data hasil pengujian
dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan apabila berbeda nyata
maka diuji lanjut menggunakan BNT 5%.
ii
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK terhadap
tinggi tanaman pada umur 21 HST dan 28 HST, jumlah daun pada umur 21 HST,
28 HST dan 35 HST, umur berbunga, jumlah bunga, umur berbuah, umur panen
pertama dan terakhir, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, bobot per
buah dan diameter buah. Pada komposisi media tanam tanah + kotoran sapi + arang
sekam (C1) dengan pemberian dosis pupuk NPK 40 g/tan (D2) mampu
meningkatkan bobot buah per tanaman, bobot per buah dan diameter buah. Pada
media tanam tanah + kotoran sapi + serbuk gergaji (C2) dengan pemberian dosis
pupuk NPK 30 g/tan (D1), 40 g/tan (D2), 50 g/tan (D3) dan 60 g/tan (D4) tidak
memberikan perbedaan nyata. Pada media tanam tanah + kotoran sapi + arang
sekam (C1) dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang
buah dan kandungan klorofil daun. Pemberian dosis pupuk NPK 30 g/tan (D1), 40
g/tan (D2), 50 g/tan (D3) dan 60 g/tan (D4) tidak memberikan perbedaan yang nyata
pada tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman terung. Pemberian dosis
pupuk NPK 40 g/tan (D2) meningkatkan panjang buah tanaman terung
Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pagoda (Brassica narinosa L.H. Bailey)
Sawi pagoda atau tatsoi merupakan tanaman sayuran yang dikonsumsi
bagian daunnya. Budidaya yang dilakukan petani masih konvensional sehingga
hasil dan kualitasnya masih kurang maksimal. Budidaya hidroponik dengan
sistem fertigasi Deep Flow Technique (DFT) telah dilakukan, namun hasil panen
tanaman sawi pagoda yang didapatkan masih lebih kecil dibandingkan penanaman
secara konvensional. Untuk itu, budidaya sawi pagoda perlu dioptimalkan dengan
menyediakan unsur hara yang cukup melalui pemupukan. Pupuk organik seperti
pupuk kandang sapi dan ayam memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat
fisik, biologi, dan kimia tanah. Sifat pupuk organik yang slowrelease dan
kandungan hara yang sedikit, masih memerlukan pupuk anorganik untuk
mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman terutama unsur
nitrogen pada sayuran daun. Dosis nitrogen yang tepat diperlukan untuk
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mempelajari interaksi jenis pupuk organik dan dosis pupuk nitrogen
bagi pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pagoda.
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Universitas Brawijaya yang
terletak di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang pada
bulan Mei hingga Juli 2022. Penelitian ini merupakan penelitian faktorial yang
disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor yang pertama
yaitu jenis pupuk organik dengan 2 taraf yaitu P1 : pupuk kandang sapi
(10 ton.ha-1) dan P2 : pupuk kandang ayam (10 ton.ha-1). Faktor kedua yaitu dosis
pupuk nitrogen dengan 5 taraf yaitu N0 : 0 kg N.ha-1, N1 : 46 kg N.ha-1, N2 : 92
kg N.ha-1, N3 : 138 kg N.ha-1, dan N4 : 184 kg N.ha-1. Terdapat 10 kombinasi
perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Variabel pengamatan yang diamati
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tajuk, luas kanopi, klorofil total,
bobot segar total, bobot segar konsumsi, bobot segar akar, rasio tajuk dan akar,
dan luas daun. Analisa data menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila
terdapat pengaruh nyata dari interaksi perlakuan maupun masing-masing
perlakuan secara terpisah maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan
Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan jenis pupuk
organik dan dosis pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman pada 20 HST, jumlah
daun pada 20 HST, dan diameter tajuk pada 25, 30, dan 35 HST tanaman sawi
pagoda. Tinggi tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi dan pupuk kadang
ayam dengan dosis pupuk nitrogen 46 kg N.ha-1 telah mampu meningkatkan
tinggi tanaman. Jumlah daun pada perlakuan pupuk kandang sapi memberikan
jumlah daun lebih banyak apabila diberi dosis pupuk nitrogen 184 kg N.ha-1.
Sedangkan perlakuan pupuk kandang ayam telah mampu memberikan jumlah
daun lebih banyak dengan dosis pupuk nitrogen 92 kg N.ha-1. Diameter tajuk
tanaman saat 25 dan 30 HST pada perlakuan pupuk kandang sapi maupun pupuk
kandang ayam telah mampu memberikan diameter tajuk lebih lebar dengan dosis
pupuk nitrogen 92 kg N.ha-1. Sedangkan pada umur 35 HST diameter tajuk tanaman lebih lebar pada perlakuan pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang
ayam dengan dosis pupuk nitrogen 138 kg N.ha-1. Perlakuan jenis pupuk organik
berupa pupuk kandang ayam memberikan jumlah daun pada 25, 30, dan 35 HST,
diameter tajuk pada 15 dan 20 HST, luas kanopi pada 15, 20, dan 25 HST, serta
bobot segar total tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi.
Perlakuan dosis pupuk nitrogen 138 kg N.ha-1 dan 184 kg N.ha-1 memberikan
tinggi tanaman pada 25, 30, dan 35 HST, jumlah daun pada 25, 30, dan 35 HST,
diameter tajuk pada 15 dan 20 HST, dan luas kanopi pada 15, 20, 25, 30, dan 35
HST serta hasil tanaman sawi pagoda berupa klorofil total, bobot segar total,
bobot segar konsumsi, bobot segar akar, rasio tajuk dan akar, serta luas daun yang
lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk nitrogen 0 kg N.ha-1 dan 46 kg
N.ha-1
Pengaruh Media Tanam Dan Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa Var. Chinensis) Dengan Sistem Hidroponik Substrat
Pakcoy (Brassica rapa var. chinensis) merupakan komoditas penting di
beberapa daerah Asia yang kini telah menyebar luas hingga ke Indonesia dan
menjadi salah satu sayuran yang digemari banyak kalangan. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan permintaan tanaman pakcoy namun tidak diimbangi
dengan hasil produksi yang mencukupi sehingga membutuhkan suatu teknologi
baru yang mampu menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu dengan sistem
hidroponik. Pakcoy dapat ditanam dengan sistem hidroponik substrat karena
mampu meningkatkan hasil produksi. Pada sistem hidroponik substrat komposisi
media tanam dan nutrisi menjadi faktor yang sangat penting. Sehingga diperlukan
tambahan nutrisi untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh media tanam dan konsentrasi ekstrak daun
kelor yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen tanaman pakcoy.
Hipotesis penelitian ini adalah diduga komposisi media tanam yang berbeda dan
pemberian ekstrak daun kelor akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen
tanaman pakcoy.
Penelitian ini dilaksanakan pada Februari hingga April 2022 di green house
Ladang Labu Madu yang berlokasi di Jalan Kawi, No.13 Kelurahan Pandanrejo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, 65332. Penelitian ini merupakan
percobaan faktorial dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 kali
ulangan. Faktor pertama adalah komposisi penggunaan media tanam terdiri atas 2
taraf yaitu: M1 (kompos + arang sekam 1:1) dan M2 (kompos + cocopeat 1:1).
Faktor kedua merupakan pengaplikasian ekstrak daun kelor dengan 5 taraf yaitu;
K0 (0%), K1 (3%), K2 (6%), K3 (9%), dan K4 (12%). Analisis data yang telah
didapatkan dilakukan dengan menggunakan tabel ANOVA dan dilakukan uji
lanjutan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan ekstrak daun kelor terhadap luas
daun, bobot segar total tanaman, dan bobot segar konsumsi pada umur pengamatan
35 HST (pada saat panen). Pada media tanam kompos + arang sekam (M1)
pemberian ekstrak daun kelor tidak dapat meningkatkan luas daun, bobot segar total
tanaman, dan bobot segar konsumsi tanaman. Pada media tanam kompos +
cocopeat (M2) pemberian ekstrak daun kelor 9% (K3) dapat meningkatkan luas
daun, bobot segar total tanaman, dan bobot segar konsumsi tanaman dibandingkan
dengan perlakuan 0% (K0) dan 3% (K1). Komposisi media tanam kompos +
cocopeat (M2) dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tanaman, jumlah daun,
bobot segar total tanaman, bobot segar konsumsi, bobot kering tanaman, dan
diameter bonggol. Pengaplikasian ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 9% (K3)
mampu meningkatkan variabel panjang tanaman, jumlah daun, bobot kering
tanaman, dan diameter bonggol
Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.).
Produksi kacang hijau di Indonesia pada tahun 2023 mengalami
penurunan yang dibuktikan pada data rata-rata produksi mencapai sekitar 0,8
hingga 1,4 ton per hektar (BPS, 2023). Rendahnya produksi kacang hijau tersebut
dipengaruhi oleh kurang optimalnya teknik budidaya khusus tentang penggunaan
pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk hayati mikoriza
dan dosis pupuk NPK Mutiara yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang hijau. Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini yaitu dosis
pupuk hayati mikoriza dan dosis pupuk NPK Mutiara yang tepat dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2023 di Lahan
Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, yang terletak di Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Rancangan penelitian yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara
faktorial terdiri dari 2 faktor. Faktor I adalah perlakuan dosis pupuk hayati
mikoriza yang terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa pupuk hayati mikoriza (kontrol),
dosis pupuk hayati mikoriza 10 gram/tanaman. Faktor II adalah perlakuan dosis
pupuk NPK (16:16:16) yang terdiri dari 5 taraf yaitu dosis pupuk NPK 100 kg/ha,
dosis pupuk NPK 200 kg/ha, dosis pupuk NPK 300 kg/ha, dosis pupuk NPK 400
kg/ha, dosis pupuk NPK 500 kg/ha. Dari kedua faktor tersebut terdapat 10
kombinasi perlakuan dengan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga terdapat 30
satuan percobaan. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan
analisa ragam (ANOVA) pada taraf 5%. Jika hasil analisa nyata (F hitung > F
tabel 5%), dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Terdapat interaksi antara dosis pupuk hayati mikoriza dan dosis pupuk
NPK Mutiara pada beberapa variabel seperti tinggi tanaman pada 28, 35, dan 42
HST, pada jumlah daun 35 dan 42 HST, luas daun, jumlah polong per tanaman,
jumlah biji per polong, bobot per 100 biji, bobot biji per petak dan bobot biji per
hektar. Pada variabel pengamatan bobot per 100 biji dan bobot biji per hektar
menunjukkan perlakuan tanpa pemberian mikoriza dengan penambahan pupuk
NPK dosis 300 kg/ ha memiliki hasil yang tinggi, sedangkan untuk perlakuan
dengan pemberian mikoriza 10 g/tanaman sudah memiliki hasil yang tinggi saat
ditambahkan pupuk NPK dengan dosis 400 kg/h
Pengaruh Penjarangan Buah Dan Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan, Hasil, Dan Kualitas Buah Melon (Cucumis Melo L.)
Melon merupakan tanaman hortikultura yang banyak diminati karena
rasanya yang manis dan juga memiliki kandungan gizi yang baik. hal tersebut
menyebabkan permintaan buah melon semakin meningkat. Penjarangan buah pada
tanaman melon perlu dilakukan karena tanaman melon memiliki banyak buah.
Jumlah buah yang banyak akan menyebabkan buah menjadi kecil. Petani pada
umumnya melakukan penjarangan buah dengan menyisakan 1 buah per tanaman.
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan penjarangan yang menyisakan 2
buah per tanaman. Dalam proses budidaya, melon memerlukan unsur hara dalam
jumlah yang cukup banyak. Kalium merupakan unsur yang berperan penting dalam
pertumbuhan melon Unsur kalium berperan untuk merangsang translokasi gula
yang akan disimpan pada buah sehingga buah akan lebih manis. Kalium juga
berperan dalam pertumbuhan, perkembangan buah dan biji sehingga dengan
diberikannya unsur kalium maka buah akan tumbuh secara optimal dan dapat
meningkatkan produksi buah melon. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh penjarangan buah dan pemupukan kalium terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman melon.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2021-Juli 2021 di Dusun Mandala,
Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Yang memiliki ketinggian
tempat 36 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan suhu rata-rata 28,4 0C. Peralatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tray, gembor, cangkul, cetok, meteran,
tali, ajir, alfaboard, gunting, camera, dan timbangan analitik. Bahan yang
digunakan pada penelitian ini adalah benih melon hibrida Pertiwi, pupuk kandang,
pupuk urea, pupuk ZA, pupuk KCl, pupuk SP-36, tanah, fungisida, dan pestisida.
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 2
faktor, Faktor pertama adalah penjarangan buah dengan P1= menyisakan 1 buah
per tanaman dan P2= menyisakan 2 buah per tanaman. Faktor kedua adalah
pemupukan K2O dengan dosis yang digunakan K1= 0 kg K2O.ha-1, K2= 60 kg
K2O.ha-1, K3= 120 kg K2O.ha-1, K4= 180 kg K2O.ha-1, dan K5= 240 kg K2O.ha-1.
Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman
melon yaitu pengamatan nondestruktif dan panen. Variabel yang diamati adalah
panjang tanaman, jumlah daun, ruas batang, umur panen, bobot buah per buah,
bobot buah per tanaman, diameter buah, dan kadar gula. Data hasil pengamatan
dianalisis dengan menggunakan analisis ragam pada taraf 5% . Apabila terdapat
pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan DMRT pada taraf
5% untuk mengetahui adanya perbedaan pada setiap perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara penjarangan
buah dan pemberian dosis pupuk kalium pada pertumbuhan, hasil, dan kualitas buah
melon. Perlakuan penjarangan pada tanaman melon dengan menyisakan 1 buah per
tanaman menghasilkan bobot buah per buah dan diameter buah lebih tinggi, namun
menghasilkan bobot buah per tanaman yang lebih rendah dibandingkan perlakuan
ii
penjarangan dengan menyisakan 2 buah per tanaman. Pemberian pupuk kalium
pada tanaman melon dengan dosis 60kg K2O.ha-1 (K2) menghasilkan buah melon
pada ruas batang ke 10 dengan kadar gula paling tinggi. Pemberian pupuk kalium
dengan dosis yang berbeda menyebabkan perbedaan posisi ruas batang untuk
pembentukan buah, yaitu terbentuk pada ruas batang ke 7 sampai ke 1
Pengaruh Tingkat Salinitas dan Dosis Pupuk N-Ca Terhadap Hasil dan Kualitas Cabai Besar (Capsicum annuum L.)
Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman semusim yang tergolong ke dalam famili aneka terung (Solanaceae). Jumlah konsumsi cabai di Indonesia ditaksir sebesar 3,06 kg kapita-1 tahun-1. Kebutuhan akan komoditas ini bahkan akan meningkat sebesar 10-20% dari kebutuhan normal pada saat hari-hari besar. Namun, kebutuhan masyarakat akan komoditas ini masih belum dapat terpenuhi secara optimal. Salinitas pada tanah adalah salah satu faktor pembatas bagi produktivitas tanaman cabai. Tingkat konsumsi yang tinggi pada tanaman cabai berasal dari karakter rasa pedas dan sensasi panas yang dirasakan sehabis mengonsumsi buah tanaman cabai. Hal tersebut disebabkan oleh senyawa metabolit sekunder yang disebut capsaicin. Salinitas merupakan salah satu kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan kandungan capsaicin. Tanaman cabai besar yang ditanam di tanah salin tetap dapat memiliki pertumbuhan dan hasil yang baik dengan pemberian pupuk kalsium nitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan tingkat salinitas dan dosis pupuk N-Ca yang dapat meningkatkan hasil dan kualitas buah tanaman cabai besar.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - September 2023 di greenhouse lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan Laboratorium Fisiologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah tingkat salinitas (N) yang terdiri atas 3 level perlakuan, yaitu N0: 0 mM NaCl sebagai kontrol; N1: 20 mM NaCl; dan N2: 40 mM NaCl. Faktor kedua adalah dosis pupuk N-Ca (P) yang terdiri atas 4 level perlakuan, yaitu P1: 0,2 gram tanaman-1; P2: 0,3 gram tanaman-1; P3: 0,4 gram tanaman-1; dan P4: 0,5 gram tanaman-1. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 unit percobaan. Total populasi tanaman sebanyak 360 tanaman. Pengamatan yang dilakukan meliputi variabel pertumbuhan, hasil, dan kualitas buah. Data yang didapatkan dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan ANOVA atau uji F pada taraf 5%. Hasil yang berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan tingkat salinitas dan dosis pupuk N-Ca terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas buah cabai besar. Namun, kombinasi perlakuan 0 mM NaCl + 0,2 gram N-Ca tanaman-1; 40 mM NaCl + 0,2 gram N-Ca tanaman-1; 0 mM NaCl + 0,5 gram N-Ca tanaman-1; dan 40 mM NaCl + 0,5 gram N-Ca tanaman-1 dapat menghasilkan kadar capsaicin buah tanaman cabai besar masing-masing sebesar 113,16 μg g-1; 112,92 μg g-1; 106,20 μg g-1; dan 106,20 μg g-1. Tingkat salinitas 40 mM menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Dosis pupuk N-Ca 0,3 gram tanaman-1 menghasilkan tinggi tanaman, jumlah buah, dan berat buah per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 0,4 gram tanaman-1
Uji Efektifitas Frekuensi Penyiraman dan Sumber Hara sebagai Pengganti AB Mix pada Budidaya Sawi Hijau (Brassica juncea L.) secara Hidroponik Substrat.
Tanaman sawi hijau merupakan tanaman yang termasuk dalam kategori
hortikultura yang memilki potensi untuk dijadikan sebagai usaha tani. Peningkatan
daya saing hortikultura Indonesia menjadi salah satu agenda penting dan mendesak
karena permintaan konsumen terus meningkat untuk produk pertanian primer dan hasil
olahannya, khususnya hortikultura. Hidroponik merupakan alternatif untuk
meningkatkan suatu produktivitas dan kualitas tanaman. Namun diperlukan biaya
produksi yang tinggi dalam budidaya hiroponik. Umumnya budidaya hidroponik
menggunakan nutrisi AB Mix yang relatif mahal. Mengganti nutrisi AB Mix dengan
nutrisi alternatif yang lebih murah namun dapat menghasilkan produktivitas yang tidak
berbeda nyata dengan penggunaan AB Mix sehingga biaya produksi dapat menurun.
Nutrisi alternatif yang digunakan adalah campuran biourin dan pupuk NPK. Biourin
digunakan sebagai nutrisi alternatif, namun kandungan nutrisi biourin tidak lebih tinggi
dari kandungan nutrisi AB Mix dalam jumlah volume yang sama. Oleh karena itu perlu
adanya pupuk tambahan yang memiliki kandungan nutrisi yang dapat
menyeimbangkan kekurangan tersebut, yaitu dengan penambahan pupuk NPK. Sistem
hidroponik yang digunakan adalah hidroponik substrat menggunakan media arang
sekam dan cocopeat. Campuran media cocopeat dan arang sekam memiliki aerasi yang
tinggi dan kapasitas menahan air yang kuat sehingga baik untuk perkembangan
tanaman. Hal yang krusial dalam aplikasi air dan hara adalah frekuensi irigasi.
Sehingga telah dilakukan penelitian mengenai uji efektifitas frekuensi aplikasi
penyiraman dan sumber hara sebagai pengganti AB Mix pada budidaya tanaman sawi
hijau (Brassica juncea L.) secara hidroponik substrat. Penelitian ini untuk mengetahui
efektifitas frekuensi aplikasi penyiraman dan sumber hara sebagai pengganti AB Mix
pada budidaya sawi hijau (Brassica juncea L.) secara hidroponik substrat.
Penelitian dilaksanakan pada bulan oktober 2022 sampai bulan november 2022.
Tempat dilaksanakan penelitian adalah di Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru.
Penelitian dilakukan dengan percobaan faktorial yang menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah frekuensi aplikasi dengan
dua perlakuan: yaitu satu kali sehari penyiraman dan dua hari sekali penyiraman.
Faktor kedua adalah kombinasi larutan hara dengan lima perlakuan 100% AB Mix
sebagai kontrol, 50% AB Mix + 50% NPK 15:15;15, 50% biourin sapi + 50% NPK
15:15:15, 75% biourin sapi + 25% NPK 15:15:15, 25% biourin sapi + 75% NPK
15:15:15. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan sehingga terdapat 30 satuan
percobaan. Pengamatan dilakukan pada bagian vegetatif tanaman, meliputi: tinggi
tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar total dan bobot segar konsumsi. Seluruh
data kuantitatif yang telah dihimpun dianalisis menggunakan uji statistika Annova Two-Ways. Selanjutnya apabila analisis ragam perlakuan frekuensi penyiraman dan
kombinasi larutan hara menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan
uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah penggunaan biourin dan NPK belum
efektif menggantikan AB Mix pada budidaya hidroponik substrat tanaman sawi hijau.
Tidak terjadi interaksi antara perlakuan frekuensi penyiraman dan kombinasi larutan
hara pada pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau. Pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi hijau tidak dipengaruhi oleh perbedaan frekuensi penyiraman. Kombinasi larutan
hara memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah dan, luas daun,
bobot segar dan bobot konsumsi tanaman sawi hijau. Tanaman sawi hijau
menghasilkan pertumbuhan dan hasil paling tinggi pada penggunaan larutan hara AB
Mix 100%