8 research outputs found

    ARSITEKTUR EKOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN PERANCANGAN PUSAT EDUTANI DAN WISATA KULINER DI KALAMPANGAN

    Get PDF
    Kelurahan Kalampangan sebagai salah satu daerah pemasok sayur mayur di Kota Palangka Raya dan wilayah ini penduduk bermata pencaharian dengan bertani dan ternak. Kalampangan telah menjadi sentra produksi dan pensuplai hasil-hasil pertanian bagi masyarakat Kota Palangka Raya. Kondisi lahan yang bergambut menjadi faktor usaha pertanian masih belum berkembang di kelurahan Kalampangan. Para petani belum mempunyai cukup pengalaman dan modal dalam mengelola lahan gambut untuk pertanian. Hasil produksi pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk wisata kuliner. Produk wisata Kuliner yang diproduksi, merupakan hal yang tepat untuk dijadikan dasar pengembangan wisata kuliner. Mengembangkan wisata kuliner dengan memanfaatkan bahan baku lokal dan bahan baku hasil pertanian dapat dimanfaat secara langung oleh masyarakat setempat sebagai penambah ekonomi. penggunaan Ekologi Arsitektur adalah menggunakan sumber daya lain seefisien mungkin, melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas pengguna serta mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan. Pendekatan Arsitektur ekologi merupakan kriteria yang susuai untuk menjadi Pusat Edutani dan Wisata Kuliner dengan keadaan dan kondisi di Kalampangan

    PERANCANGAN PASAR TRADISIONAL BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEDAGANG PASAR Studi Lokasi Blauran Di Kota Palangka Raya

    Get PDF
    Pasar tradisional merupakan wadah untuk bertransaksi bagi pembeli dan penjual. Kekhasan dari pasar tradisional adalah pada interaksi tawar menawar antar pembeli dan penjual sehingga memerlukan ruang dan waktu yang cukup panjang untuk proses tersebut. Kendala yang ditemui adalah pasar tradisional memiliki fasilitas yang memadai khususnya pada sirkulasi serta penataan kios/los untuk berjualan, sehingga aktivitas jual beli menjadi terganggu seperti yang terjadi di salah satu pasar tradisional di kota Palangka Raya yaitu Pasar Blauran sehingga membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Menggunakan konsep open plan, penelitian ini mencoba mengatur kembali penataan kios dan sirkulasi pengunjung sehingga menciptakan ruang yang bersifat fleksibel dan memudahkan pengunjung maupun pedagang dapat beraktivitas dengan nyaman dan leluasa

    PENERAPAN KONSEP ECO-SETTLEMENT PADA PERANCANGAN PERMUKIMAN BERKELANJUTAN: Studi Lokasi Kawasan Gambut Di Desa Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah

    Get PDF
    Desa Tumbang Nusa merupakan desa dengan wilayah gambut yang terdampak akibat perubahan iklim dan curah hujan berlebih pada Tahun 2020-2021 yang berpengaruh pada daya tampung debit air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan, Desa Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah. Kondisi ini kemudian memengaruhi aspek ekologi, ekonomi, dan sosial masyarakat desa yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan sungai yang hidup dan tinggal di sekitar DAS tersebut. Pembangunan kawasan permukiman yang berpedoman eco-settlement dapat menjadi acuan dalam mencapai permukiman yang ekologis melalui 3 prinsip yaitu ekologi, sosial dan ekonomi dengan dukungan dan kerja sama dengan institusi yang kapabel. Eco-settlement juga memiliki kriteria yang mengacu pada prinsip ekologis yang diharapkan dapat menciptakan permukiman yang berkelanjutan dalam mengatasi masalah perubahan iklim dan curah hujan. Menggunakan metode glass box secara sistematis, anatilis, dan evaluatif maka dirumuskan konsep perancangan permukiman berkelanjutan dengan pendekatan eco-settlement pada kawasan gambut di Desa Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah

    LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN HOTEL BISNIS DI KOTA PALANGKA RAYA

    Get PDF
    Ibukota provinsi Kalimantan Tengah yakni Kota Palangka Raya terjadi peningkatan kemajuan pembangunan dengan semakin pesat sehingga investor dan wisatawan tertarik untuk mengunjungi kota Palangka Raya. Berbagai ibu kota sering menjadi pusat perbisnisan di tiap provinsinya, sehingga umumnya banyak ditemukan hotel. Seiring dengan perkembangan jaman tuntutan pembangunan semakin bertambah banyak. Pembangunan hotel bisnis atau juga dikenal city hotel selain berdampak baik pada lingkungan, sosial budaya, maupun ekonomi juga dapat membawa dampak buruk terhadap alam. Green Building adalah pendekatan dalam merancang suatu bangunan dengan mempertimbangkan berbagai faktor pada tahapan perencanaan, perancangan, pembangunan hingga operasional pemeliharaan yaitu perlindungan, penghematan, pengurangan dalam menggunakan sumber daya alam menjaga mutu melalui kualitas udara bangunan, serta kesehatan para pengguna bangunan secara berkelanjutan. Perencanaan hotel bisnis diharapkan dapat melakukan antisipasi tuntutan mengenai sarana akomodasi maupun mendukung kegiatan beserta tetap memperhatikan lingkungan sekita

    Pengabdian Arsitektur ke Betang Toyoi di Desa Tumbang Malahoi, Kabupaten Gunung Mas

    Get PDF
    Desa wisata mempunyai karakteristik topografi, budaya, dan lingkungan untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Desa wisata berlokasi di Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas mempunyai karakteristik topografi di kawasan tepian sungai dan kekhususan wisata budaya pada permukiman awal. Wisata budaya di Desa Tumbang Malahoi meliputi Betang atau rumah panjang, karak betang dan rumah-rumah panggung. Tujuan adalah mengeksplorasi potensi wisata budaya pada Betang Toyoi dan permukiman di Desa Tumbang Malahoi, Kabupaten Gunung Mas. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan mengumpulkan data-data primer dari observasi bangunan Betang Toyoi dan wawancara dengan kepala adat dan penduduk Desa Tumbang Malahoi mengenai arsitektur Betang Toyoi dan mendokumentasikan kegiatan kunjungan lapangan. Tahap penggalian informasi dilakukan antara lain tahap persiapan yaitu survei awal dan pemetaan lokasi, tahap pelaksanaan melakukan survei dan dokumentasi Betang Toyoi, eksplorasi bangunan Betang Toyoi dan permukiman di Desa Tumbang Malahoi, dan tahap pasca pelaksanaan adalah mendokumentasikan data lapangan Betang Toyoi dan permukiman di Desa Tumbang Malahoi, dan membuat laporan hasil penelitian, serta publikasi ilmia

    KETERIKATAN PADA TEMPAT UNTUK HUNIAN DI TEPI SUNGAI REFERENSI SUKU DAYAK NGAJU DI PALANGKA RAYA

    No full text
    Keterikatan pada tempat pada tataran teoritis telah banyak dilakukan penelitian. Namun sebagai fenomena yang kompleks, masih diperlukan banyak penelitian untuk melengkapi pengertian, analisis, dan metode. Pada tataran praktis, penelitian keterikatan pada tempat berguna dalam proses perencanaan dan perancangan yang berkaitan dengan perumahan dan permukiman, antara lain dalam menjaga aspek-aspek lingkungan, relokasi, resettlement, urban renewal dan mempertahankan local wisdom. Berdasarkan alasan teoritis dan praktis tersebut maka penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini berusaha mengembangkan konsep keterikatan pada tempat pada tataran teoritis secara spesifik dengan memanfaatkan kasus lokal sebagai referensi dan tidak terikat dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu dipilih Suku Dayak Ngaju yang tinggal di tepi Sungai Kahayan Kota Palangka Raya sebagai referensi, dan grounded research sebagai metode penelitian. Sehingga pertanyaan penelitian yang muncul adalah keterikatan pada tempat yang seperti apakah yang dialami Suku Dayak Ngaju yang tinggal di tepi sungai? Tahapan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah: pertama, menemukan budaya bermukim Suku Dayak Ngaju yang tinggal di tepi sungai; kedua, menemukan faktor-faktor yang menyebabkan keterikatan pada tempat Suku Dayak Ngaju terhadap hunian atau kawasan permukiman lama di tepi sungai; dan ketiga, menemukan implikasi dari keterikatan pada tempat yang dialami Suku Dayak Ngaju. Fokus penelitian ada pada tiga faktor yaitu: actor, place, dan activity. Berdasarkan hasil temuan budaya bermukim, teridentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keterikatan pada tempat yang dialami Suku Dayak Ngaju yaitu simbolisme penciptaan, aspek ritual dan kekerabatan yang terkonsepsi dalam benak sebagai orang dayak; yang disebabkan oleh faktor identitas diri, konsepsi makna kegiatan ritual, kewajiban dan partisipasi dalam kegiatan ritual, memori, serta mental dan spiritual. Keterikatan tersebut berimplikasi pada tata ruang hunian dan terbentuknya falsafah baru sebagai identitas. Temuan tersebut menunjukkan aspek budaya sangat dominan mempengaruhi keterikatan, sehingga istilah cultural place attachment dapat menunjukkan model keterikatan yang dialami Suku Dayak Ngaju. Dengan demikian dapat dirumuskan cultural place attachment yang terbentuk merupakan keterikatan secara spiritual terhadap tempat sebagai wadah menerima roh (lahir) sampai roh diantar menuju surga (keterikatan dari roh kembali menjadi roh), terhadap aspek identitas, sosial spritual, supranatural, simbolisme dalam lingkup budaya masa lalu yang terkonsepsi dan terpola dalam pikiran dan benak manusia yang tereproduksi dalam wujud material (arsitektur) dan non material (filosofi). Model place attachment yang muncul merupakan penekanan terhadap suatu proses hubungan antara actor, place, dan activity dalam lingkup cultural bonding. Hasil penelitian berkontribusi dalam pengembangan teori keterikatan pada tempat yang menggambarkan what is Ngaju’s architecture serta pada cara menemukan keterikatan pada tempat melalui pengenalan budaya bermukim

    PENGARUH KONDISI HUNIAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEBERLANJUTAN PERMUKIMAN TEPI SUNGAI STUDI KASUS: KAMPUNG PAHANDUT DAN DESA DANAU TUNDAI DI KOTA PALANGKA RAYA

    No full text
    Permukiman merupakan kumpulan hunian yang penghuninya saling bersepakat baik formal maupun informal untuk membentuk komunitas. Hubungan sosial budaya, kemampuan beradaptasi serta membangun relasi dan kondisi lingkungan fisik pada permukiman seperti hunian dan fasilitas pendukungnya sangat mempengaruhi perkembangan permukiman yang terkendali dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang tinggal berdasarkan pada kearifan lokal (local wisdom). Banyak permukiman yang tidak berkembang atau berkembang tidak terkendali ketika unsur-unsur yang berpengaruh tersebut kurang diperhatikan. Berdasarkan hal-hal tersebut menunjukkan pentingnya penelitian untuk menggali faktor-faktor apa saja yang dapat membuat permukiman tetap mengalami berkelanjutan dan dilain sisi juga mengidentifikasi faktor-faktor lain yang terindikasi akan menghambat perkembangan sebuah permukiman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kampung Pahandut kebutuhan ekonomi menjadi dasar bertambahnya pendatang dan tumbuhnya rumah-rumah baru, sedangkan penghambat keberlanjutan permukiman adalah kondisi kawasan tepi sungai yang semakin dangkal dan menyempit akibat sedimentasi. Di Desa Danau Tundai, pertumbuhan rumah-rumah disebabkan faktor kekerabatan dan Danau Tundai yang kaya ikan, sedangkan faktor penghambat keberlanjutan permukiman adalah jika produksi ikan menurun dan belum adanya inovasi baru. Di Kampung Pahandut jika melihat ketiga aspek keberlanjutan terlihat jelas kegiatan ekonomi yang makin meningkat membuat aspek lainnya yaitu sosial budaya dan lingkungan mengalami kemunduran. Desa Danau Tundai, aspek ekonomi berjalan lambat perkembangannya sedangkan aspek sosial budaya dan lingkungan berpotensi untuk mengalami keberlanjutan sepanjang belum ada perubahan yang signifika

    TIPOLOGI RUMAH TRADISIONAL DI PULANG PISAU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

    Get PDF
    Rumah tradisional sebagai karya arsitektur tradisional Kalimantan Tengah merupakan warisan budaya daerah Kalimantan Tengah yang memiliki nilai-nilai luhur yang mencerminkan budaya setempat yang terjadi pada saat itu dan mempunyai kekhasan dan ciri tersendiri baik dalam bentuk arsitekturalnya maupun filosofi yang dikandung bentuk bangunannya serta mempunyai hubungan yang erat dengan setting sosial budaya masyarakat. Tentu saja tidak menutup kemungkinan bahwa rumah tradisional yang terbentuk mendapat pengaruh dari budaya-budaya dari luar. Ini dikarenakan arsitektur tradisional Kalimantan Tengah mempunyai sikap ramah untuk mau menerima pengaruh-pengaruh luar dengan mencerna pengaruh-pengaruh tersebut sedemikian rupa dalam proses penyesuaian sehingga dalam penyertaan kehadirannya merupakan suatu kesatuan yang harmonis. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi perkembangan dari rumah tradisional di wilayah Kabupaten Pulang Pisau yang berbeda dari kawasan lainnya di Kalimantan Tengah untuk memperkaya tipologi rumah tradisional Kalimantan Tengah selain Huma (rumah) Betang yang sudah dikenal terlebih dulu. Pulang Pisau sendiri berada pada posisi sebelah selatan Provinsi Kalimantan Tengah dan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan yang terkenal dengan Rumah Adat Banjar, dapat dikatakan menjadi pintu masuk bagi budaya baru yang sedikit banyak memberikan pengaruh bagi perkembangan arsitektur tradisionalnya
    corecore