9 research outputs found

    Struktur Komunitas Landak Laut di Padang Lamun Pulau Kodingareng, Kepulauan Spermonde

    Get PDF
    Sea urchins is marine organism from Phylum Echinoderms which have high economic and ecological value. Therefore, we need data on the current condition of sea urchins, especially those in the Spermonde Islands. Through this research, it is hoped that the community structure and distribution of sea urchins in Kodingareng Lompo Island, Spermonde Islands can be known. The sampling method used was quadrant transects measuring 5x5 meters on 4 plots in the seagrass area on Kodingareng Lompo Island. The data analysis used was species composition, density, relative density, diversity index, and uniformity index. The results obtained show that there are three species of sea urchins, namely Diadema setosum, Mespilia globulus, and Tripneustes gratilla, basen on morphology identification. Diadema setosum is species with the highest species composition value, namely 92%. The density value (0.017 individuals / m2) and the diversity of sea urchins (H '<1) in the seagrass beds at Kodingareng Island are classified as low. It is hoped that the data obtained from this research can become a reference for the management of biological resources in the Spermonde Islands in the future. Landak laut merupakan salah satu kelas dari Filum Echinodermata yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang cukup tinggi. Gonad landak laut telah sejak lama dikonsumsi di berbagai negara dunia, dan bahkan sekarang cangkangnya banyak dijadikan souvenir. Karena itu diperlukan data kondisi terkini landak laut, khususnya yang ada di Kepulauan Spermonde. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui struktur komunitas maupun sebaran landak laut yang ada di Padang Lamun Pulau Kodingareng Lompo, Kepulauan Spermonde. Metode sampling yang digunakan adalah transek kuadran ukuran 5x5 meter pada 4 plot pada daerah padang lamun di Pulau Kodingareng Lompo. Analisis data yang digunakan adalah komposisi jenis, kepadatan, kepadatan relatif, indeks keanekaragaman, dan indeks keseragaman. Hasil yang didapatkan memperlihatkan bahwa terdapat tiga genus landak laut, yaitu Diadema, Mespilia, dan Tripneustes. Diadema sp. merupakan genus dengan nilai komposisi jenis tertinggi yaitu 92%. Nilai kepadatan (0,017 individu/m2) dan keanekaragaman landak laut (H’<1) di padang lamun Pulau Kodingareng tergolong rendah. Data yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk pengelolaan sumberdaya hayati di Kepulauan Spermonde ke depannya

    Perubahan Garis Pantai pada Musim Timur dan Barat kaitannya dengan Karakteristik Gelombang di Pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Detection of shoreline changes needs to be done to determine changes so that supervision and management planning in a coastal area can be carried out, one of which is on the coast of Takalar Regency, South Sulawesi. This study aims to map changes in the coastline in Takalar Regency in different seasons and to see the effect of the waves on these changes. This study uses Landsat satellite imagery data from 1998-2018, and wave data obtained from Copernicus Marine Environment Monitoring Services (CMEMS). The shoreline data extraction was using the combination of single band and band ratio approach while the shoreline change rate calculation was using the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) application. In addition, GeoDa application was used to obtain the regression analysis of the effect of waves on shoreline changes. The results showed that there were similar patterns of shoreline changes between monsoon and west monsoon, although the value were different. Coastal erosion occurs in almost all Takalar coastal area. Some areas that have a high coastal erosion value were the sub-district of South Galesong and Mappakasunggu while the areas that have a high accretion value were the sub-districts of Sanrobone, Mappakasunggu, and Mangarabombang. The waves had a significant influence on changes in shoreline in both the monsoon and west monsoon (P <0.05) with a percentage of 17,2% for the monsoon and 7.3% for the west monsoon which indicated there were other factors that influence shoreline change besides the wave factor on the Takalar Coast. Deteksi perubahan garis pantai perlu dilakukan dalam rangka pengawasan dan perencanaan pengelolaan di suatu kawasan, salah satunya di Pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan perubahan garis pantai di Kabupaten Takalar berdasarkan musim dan melihat pengaruh gelombang terhadap perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan data Citra Satelit Landsat tahun 1998-2018, dan data gelombang yang diperoleh dari Copernicus Marine Environment Monitoring Services (CMEMS). Ekstraksi data garis pantai menggunakan pendekatan perkalian single band dan ratio band sedangkan perhitungan laju perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Analisis regresi untuk melihat pengaruh gelombang terhadap perubahan garis pantai menggunakan aplikasi GeoDa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pola yang hampir sama antara perubahan garis pantai musim timur dan musim barat meskipun dengan besaran yang berbeda. Abrasi terjadi hampir di seluruh Pesisir Takalar. Daerah yang memiliki nilai abrasi yang tinggi yaitu Kecamatan Galesong Selatan dan Mappakasunggu sedangkan daerah yang memiliki nilai akresi tinggi yaitu Kecamatan Sanrobone, Mappakasunggu, dan Mangarabombang. Gelombang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan garis pantai baik pada musim timur maupun barat (P<0,05) dengan persentase 17,2% untuk musim timur dan 7,3% untuk musim barat yang mengindikasikan terdapat faktor lain yang ikut mempengaruhi perubahan garis pantai selain faktor gelombang di Pesisir Takalar

    Estimasi Cadangan Karbon di Atas Permukaan pada Hutan Mangrove Kuri Caddi Menggunakan Citra Sentinel-2A: Estimation of Above Ground Carbon in Kuri Caddi Mangrove using Sentinel-2A Imagery

    Get PDF
    Ekosistem ini memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah besar pada biomassa tegakan. Dusun Kuri Caddi merupakan wilayah di Kabupaten Maros yang ditumbuhi hutan mangrove. Keberadaan mangrove di dusun ini perlu untuk dijaga dan dipertahankan karena memiliki potensi sebagai penyimpan karbon yang baik dan bernilai ekonomis. Namun cadangan karbon yang saat ini tersimpan pada mangrove Kuri Caddi belum diketahui jumlahnya karena tidak adanya data inventarisasi mengenai hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi cadangan karbon di atas permukaan pada hutan mangrove di Dusun Kuri Caddi, Kabupaten Maros dengan menggunakan citra Sentinel-2A. Nilai cadangan karbon diperoleh dari persamaan regresi berdasarkan data indeks vegetasi EVI dan cadangan karbon aktual. Metode yang digunakan dalam memperoleh nilai cadangan karbon aktual yaitu persamaan alometrik (above ground biomass) dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi polinomial dan uji akurasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks vegetasi EVI menunjukkan korelasi yang erat dengan cadangan karbkn aktual sebesar 82,74% (R2 = 0,8274). Pengestimasian cadangan karbon total menggunakan hasil persamaan regresi polinomial y = 2563,5x2 + 1318,1x + 514,22 dengan akurasi 86% (SE= 6,01). Total cadangan karbon di atas permukaan pada hutan mangrove Kuri Caddi mencapai 2194,95 tonC dengan nilai rata-rata sebesar 66,65 tonC/Ha

    KONSENTRASI MIKROPLASTIK PADA KERANG MANILA Venerupis philippinarum DI PERAIRAN MACCINI BAJI, KECAMATAN LABAKKANG, KABUPATEN PANGKAJEN KEPULAUAN, SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    Mikroplastik di perairan menjadi permasalahan yang cukup serius bagi organisme perairan. Organisme filter feeder seperti kerang memiliki resiko yang cukup besar untuk mengakumulasi mikroplastik ke dalam tubuhnya. Salah satu jenis organisme tersebut ialah kerang manila (Venerupis philippinarum) yang banyak terdapat di Perairan Maccini Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan konsentrasi mikroplastik yang terdapat pada daging kerang manila (Venerupis philippinarum). Pengambilan sampel kerang dilakukan dengan metode sampling acak berlapis (stratified random sampling), sehingga diperoleh sampel sebanyak 118 ekor. 118 sampel kerang manila tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok ukuran panjang cangkang kerang yaitu kelas A (3,11 – 3,86 cm), kelas B (3,87 – 4,82 cm), kelas C (4,83 – 6,01 cm). Pengamatan partikel mikroplastik dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo. Hasil pengamatan menunjukkan sebanyak 61 sampel (51,69%) kerang manila mengandung partikel mikroplastik. Mikroplastik yang ditemukan berbentuk fiber dan fragmen, dengan warna dominan biru, hitam, dan transparan. Ukuran mikroplastik yang ditemukan berkisar antara 0,090 – 4,919 mm. Nilai rata-rata konsentrasi mikroplastik pada masing-masing kelompok ukuran panjang cangkang kerang secara berurutan yaitu 0,6129 item/g, 0,6303 item/g, dan 0,2198 item/g. Kata kunci: Fiber, kerang manila, konsentrasi mikroplastik, Maccini Baji, Venerupis philippinarum

    PEMBELAJARAN ANAK SEKOLAH DASAR BERBASIS LINGKUNGAN SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN KESADARAN DAN KEPEDULIAN TERHADAP EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN LAKKANG, KECAMATAN TALLO, KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    Environment-Based Learning: a Strategy for Elementary Students Awareness and Concern on Mangrove Ecosystem at Lakkang, Tallo of MakassarAbstract. Mangrove ecosystem are one ecosystem that has important ecological and economic functions for the community. The area of mangrove in Lakkang Village, Makassar, is experiencing continuous degradation due to logging to be converted into ponds and residents area. Awareness to protect the environment as a place to live and a source of community life requires a process that must begin at a young age. Community Service Activities are carried out in the Lakkang Village for class IV and V elementary school students using active-demonstrative teaching methods with stages of activities including: conveying knowledge of the environment of mangrove ecosystems with reading and playing competitions with media images about various types of mangroves and their associated biota and demonstrations mangrove planting. The results of this activity indicate that early childhood in the Lakkang Village requires a form of learning local content about the introduction of the environment, especially mangrove ecosystems. This could be seen from the lack of students' knowledge about the role of mangrove ecosystems for the environment. However, students' interest and enthusiasm were very high in participating in this mangrove ecosystem introduction activity. In addition to delivering the material, mangrove planting activities were also carried out. The results of this activity showed that students were able to understand the mangrove planting procedures delivered by the implementation team. It also showed from the ability of students to plant their own mangroves. However, the results of monitoring showed that mangrove planted by students were not entirely able to survive due to environmental factors. Therefore it is necessary to anticipate steps for subsequent planting activities, namely the need to make a fence and barrier at the planting location to reduce the impact of fishing gear installation by fishermen and waves from ships passing around the planting area.Keywords: Class IV and V elementary school children, mangroves, mangrove planting, Lakkang VillageAbstrak. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang penting bagi masyarakat. Luasan mangrove di Kelurahan Lakkang, Makassar mengalami degradasi secara terus menerus karena kegiatan penebangan untuk dikonversi menjadi lahan tambak dan pemukiman. Kesadaran untuk menjaga lingkungan sebagai tempat bermukim dan sumber kehidupan masyarakat membutuhkan proses yang harus dimulai sejak usia muda. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilaksanakan di Kelurahan Lakkang untuk siswa kelas IV dan V SD dengan  menggunakan metode pengajaran aktif-demonstratif dengan tahapan kegiatan meliputi: penyampaian pengetahuan lingkungan ekosistem mangrove dengan lomba membaca dan bermain dengan media gambar tentang ragam jenis mangrove dan biota asosiasinya serta demonstrasi penanaman mangrove. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa anak usia dini di Kelurahan Lakkang membutuhkan bentuk pembelajaran muatan local  mengenai pengenalan lingkungan khususnya  ekosistemmangrove. Hal ini terlihat dari kurangnya pengetahuan siswa tentang peran ekosistem mangrove bagi lingkungan, namun minat dan antusias siswa sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan pengenalan ekosistem mangrove ini. Selain penyampaian materi, dilakukan juga kegiatan penanaman mangrove, hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa siswa mampu memahami prosedur penanaman mangrove yang disampaikan oleh tim pelaksana, hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menanam anakan mangrovenya masing-masing. Namun, hasil monitoring menunjukkan bahwa anakan mangrove yang ditanam oleh siswa tidak seluruhnya dapat bertahan hidup dikarenakan oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu perlu langkah antisipatif untuk kegiatan-kegiatan penanaman berikutnya, yaitu perlu dibuatkan pagar pembatas dan barrier di lokasi penanaman untuk mengurangi dampak dari pemasangan alat tangkap oleh nelayan maupun hempasan gelombang dari kapal yang melintas di sekitar area penanaman.Kata Kunci: Anak kelas IV dan V SD, mangrove, penanaman mangrove, Kelurahan Lakkan

    PENGEMBANGAN BANK SAMPAH SEBAGAI UPAYA BERSIH PANTAI DAN PEMBERIAN NILAI TAMBAH SAMPAH DAUR ULANG DI PANTAI LOSARI, KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    Pantai dan pulau-pulau kecil berpenduduk di Indonesia umumnya, dan di Sulawesi Selatan khususnya masih belum dilengkapi oleh tata kelola lingkungan hidup yang baik. Contohnya, sangat umum di jumpai di pantai dan pulau-pulau kecil tidak memiliki tata kelola sampah dan limbah yang baik. Banyak pantai dan pulau-pulau kecil kita kelihatan dan menjadi sangat kotor, jorok, dan tidak sehat. Pantai Losari, Kelurahan Losari, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar merupakan salah satu pantai di  Sulawesi Selatan yang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi.  Kelurahan Losari cukup luas and padat serta menghasilkan sampah organic rumah tangga dan sampah daur ulang yang cukup besar.  Sampah organic dan sampah daur ulang ini dapat menjadi potensi yang cukup besar untuk mendapat penghasilan tambahan bagi masyarakatnya.  Penghasilan tambahan ini didapat dari pengolahan limbah organic menjadi kompos dan sampah daur ulang menjadi kerajinan/produk yang bernilai ekonomis (dapat dijual).  Namun, masyarakat belum mengetahui dan memahami teknik pengolahan limbah organic dan limbah daur ulang, sehingga potensi yang cukup besar dari limbah organic dan limbah daur ulang yang dihasilkan oleh masyarakat di Kelurahan Losari belum termanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya.Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk menerapkan teknologi pengolahan limbah domestik  organik dan sampah daur ulang dan mengadopsi teknologi  kepada masyarakat melalui pembuatan berbagai produk/kerajinan tangan dari sampah daur ulang di Kelurahan Losari, Kota Makassar.Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP Unhas, menunjukkan bahwa tingginya tingkat partisipasi masyarakat mengikuti kegiatan ini dan besarnya minat khalayak sasaran untuk membuat berbagai produk kerajinan tangan untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah organic domestic melalui proses composting

    Biologi Reproduksi Gurita, Octopus cyanea Gray, 1948 di Perairan Selat Makassar dan Teluk Bone

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biologi reproduksi gurita, Octopus cyanea Gray, 1849yang didaratkan di Pulau Bonetambung, Kota Makassar, dan di Pulau Burung Lohe, Kabupaten Sinjai. Kajian penelitian ini mencakup nisbah kelamin,tingkat kematangan gonad (TKG), ukuran pertama kali matang gonad, dan indeks kematangan gonad (IKG). Pengambilan sampel dilakukan sejak bulan April hingga Juli 2019. Sampel gurita hasil tangkapan nelayan dari kedua lokasi penelitian dibawa ke laboratorium untuk diukur panjang totalnya (TL, total length), ditimbang bobot tubuhnya (BW, body weight), dan dilanjutkan dengan pengamatan gonad secara visual untuk mengetahui jenis kelamin gurita tersebut. Nisbah kelamin gurita jantan dan betina di P. Bonetambung adalah 2,00:1,00, sedangkan di P. Burung Lohe adalah 1,00:1,44. Gurita betina matang gonad lebih banyak ditemukan selama penelitian dibandingkan gurita jantan di P. Bonetambung. Sebaliknya, gurita jantan matang gonad lebih banyak ditemukan daripada gurita betina di P. Burung Lohe. Gurita jantan matang gonad pada ukuran yang lebih kecil daripada gurita betina pada kedua lokasi penelitian. Nilai IKG gurita jantan di P. Bonetambung berkisar 0,2829-2,7532 dan gurita betina 0,0348-3,1267. Kisaran nilai IKG gurita jantan di P. Burung Lohe adalah 0,4726-2,2254 dan gurita betina 1,1153-3,3597. Secara umum, rerata IKG berdasarkan TKG gurita betina lebih besar daripada gurita jantan, baik di P. Bonetambung maupun di P. Burung Lohe.Kata kunci: biologi reproduksi, gurita, Octopus cyanea, Pulau Bonetambung, Pulau Burung Loh

    ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

    No full text
    Waters of the southearn of Makassar Strait is a region which relatively rich of organic matter because thephenomenon of upwelling along the eastern season. The purpose of this research was to analyze the distributionpatterns and the development of upwelling areas in the southern of Makassar Strait. This study used chlorophylladata and sea surface temperature from level 1 of Modis image for two years (2009 and 2010). The resultshowed that phenomenon of upwelling that occurs in the southern Makassar Strait appears since early June, thestrongest upwelling in August and disapear in October. The upwelling was indicated by declining of sea surfacetemperature and increasing of chlorophyll-a concentration. Analysis of wind direction and speed indicate thatthe upwelling occurs in the southern Makassar strait spread to southwest with and estimated upwelling areaaround 46.000 km2.Keywords: upwelling, Makassar Strait, chlorophyll-a, sea surface temperature
    corecore