41 research outputs found

    The Dynamics of Species Composition Stand Structure and Above Ground Biomass of Undisturbed Forest in East Kalimantan

    Full text link
    Dinamika Komposisi Spesies Struktur Pohon dan Biomasa di Hutan Terganggu di Kalimantan Timur. Kajian dinamika komposisi spesies dan biomasanya dilakukan selama 4,3 tahun (Desember 2004 - April 2009) di hutan terganggu Kalimantan Timur. Untuk melakukan kajian di gunakan 6 plot permanen (100x100 m2), yang berada di hutan penelitian Samboja. Semua pohon berdiameter > 10 cm dbh (diukur pada posisi 1,3 m diatas tanah). Pada Desember 2004,tercatat 2143 pohon tersebar di plot tersebut terdiri dari 39 famili, 82 genus dan 111 spesies. Pada pengamatan April 2009 tercatat 2466 pohon terdiri dari 40 famili, 86 genus dan 123 jenis.Sebagian besar spesies yang mendominasi adalah Garcinia nervosa dan Trigonostemon laevigatus tetapi setelah pengamatan pada tahun 2009, keduanya tidak lagi mendominasi. Selama kurun 4,3 tahun terjadi penambahan kepadatan 15,1%, basal area 12,9% dan biomasa 11,6%. Penambahan kepadatan tercatat meningkat dari 357 menjadi 411 pohon/ha. Basal area meningkat mulai dari 20,09 menjadi 22,67 m2 ha-1, sedangkan biomasa meningkat dari 286,3 menjadi 319,4 ton ha-1

    Model Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Pohon Lima Jenis Dipterocarpaceae di Hutan Penelitian Carita - Banten

    Full text link
    Model pertumbuhan lima jenis Dipterocarpaceae dibuat dengan menggunakan model Alder (1980) yaitu Ln Y = a+b (1/A)k dan model-model lain yang tersedia dalam perangkat lunak Curve Expertversi 1.37 yaitu model Hoerl (Y = abXXc), Quadratic Fit (Y = a + bX + cX2 ), Gompertz ( Y = ae –eb-cx). Logistic (Y = a/(1+be-cX) , dan Exponential Association ( Y = a (1 – ebX), dan lain-lain; dimana, Y adalah peubah pertumbuhan diameter (cm) atau tinggi pohon (m); X adalah umur pohon (tahun); e adalah bilangan alam sebesar 2.718; a,b,c,d adalah koefisien regresi. Berdasarkan kriteria simpangan rata-rata relatif (SRR < 10%) dan simpangan agregatif relatif (SAR < 1%), dihasilkan model pertumbuhan diameter pohon dan tinggi pohon untuk masing-masing jenis yang diteliti

    Peran Penguat Partikel Alumina dan Silikon Karbida terhadap Kekerasan Material Komposit Matriks Aluminium

    Get PDF
    Komposit matriks aluminium berpenguat partikulat banyak dikembangkan untuk aplikasi komponen otomotif dan kendaraan taktis militer, karena mempunyai berat jenis yang lebih ringan dibanding logam ferrous serta memiliki performa yang baik seperti kekuatan tinggi, kekerasan tinggi, sifat tahan aus dan koefisien ekspansi panas rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan material komposit matriks aluminium berpenguat alumina (Al2O3) dan silicon karbida (SiC) yang memiliki sifat mekanis yang paling baik. Komposit dibuat dari matriks Al-3Si-9Zn-6Mg berpenguat partikel alumina (Al2O3) dan silikon karbida (SiC), dengan variasi fraksi volume alumina 10% tanpa tambahan SiC, serta dengan penambahan SiC 5% dan 10%. Proses pengecoran dilakukan dengan metode squeeze casting. Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposit dengan penguat alumina tanpa silicon karbida memiliki kekerasan yang paling tinggi yaitu rata-rata sebesar 60,28 HRB, dengan harga impak 0.0383 J/mm2. Dengan penambahan silicon karbida 5 % didapat nilai kekerasan yang lebih rendah yaitu 43 HRB dengan harga impak tetap 0.0383 J/mm2, serta untuk penambahan silicon karbida 10% didapat nilai kekerasan 41,8 HRB dengan harga impak 0.0638 J/mm2. Tidak terjadinya peningkatan kekerasan material komposit alumina dengan penambahan penguat silicon karbida ini disebabkan karena ketidaksempurnaan dalam proses peleburan dan pengecoran, dimana partikel silikon karbida sangat sulit bercampur secara merata dengan aluminium dan alumina. serta timbulnya cacat porositas (void) akibat dari masih terdapatnya udara yang terperangkap di dalam material coran yang tidak sepenuhnya terbuang pada saat proses degassing. Dari analisa struktur mikro terlihat partikel SiC tidak tersebar secara merata dan cenderung untuk mengumpal di satu tempat

    Changes in the Species Composition, Stand Structure and Aboveground Biomass of a Lowland Dipterocarp Forest in Samboja, East Kalimantan

    Full text link
    The dynamics of species composition, stand structure and aboveground biomass were studied over a 4.3-yr period (December 2004 – April 2009) in a lowland dipterocarp forest of Samboja, East Kalimantan. This study was conducted in six permanent sample plots (100 m x 100 m each) distributed over an area of 26.5 ha of Samboja Research Forest. All woody plants = 10 cm dbh (diameter at 1.3 m aboveground) were identified. In December 2004, 2.143 trees were measured in the six plots, consisting of 39 families, 82 genera and 111 species. The condition in April 2009 (after 4.3 yr) was: 2,466 trees, 40 families, 86 genera and 123 species. Most species were found in both occasions. Fourteen new species were registered, which contributed to 9.8% of a net addition of the total number of species found in the six plots. Over the 4.3-yr period, there was also an increase of 15.1% in density, 12.9% in basal area, and 11.6% in aboveground biomass, respectively. The density increased from 357 to 411 trees per ha; the basal area increased from 20.09 to 22.67 m2 ha-1; and the aboveground biomass increased from 286.3 to 319.4 ton ha. The family Dipterocarpaceae was the richest in species (more than 20 species found in both occasions), followed by Euphorbiaceae, Burseraceae, Fabaceae, and Anacardiaceae (more than five species). Most genera (80%) contained just one species, but Shorea with 13 species was the richest. Four families (Dipterocarpaceae, Fabaceae, Myrtaceae and Lauraceae) contained more than 80% of the aboveground biomass in both occasions (75% of them from Dipterocarpaceae family). The increases in species richness and density did not cause any significant differences in the diversity index and diameter distribution. This condition suggested that forest vegetation of the study site maintains its diversity composition and structural features over the period of study

    Cellulolytic Bacteria of Soil of Gunung Halimun National Park

    Full text link
    The population of aerobic cellulolyitic bacteria (ACB) of soil Gunung Halimun National park and its celulolytic capacity were studied.The soil samples were collected from various altitude (500-1500) m asl.Microbial isolation was performed by culture enrichment technique with CMC (carboxymethyl cellulose) as the major carbon sources.The quantitative determination of ACB was performed by growing the microbes on CMC containing media, and utilizing Congored as an indicator.ACB was indicated by formation of clearing zone surrounding growing colony.Cellulytic capacity of each isolates was determined by analysing the ratio of colony and clear zone formation.ACB were quite heterogenous include Bacillus sp., Clostridium sp., Chromobacterlum sp., Enterobacter sp., Moraxella sp. and Pseudomonas sp

    Penentuan Ukuran Optimal Petak Ukur Permanen Untuk Hutan Tanaman Jati

    Full text link
    Petak Ukur Permanen (PUP) merupakan sarana untuk pemantauan dan pengumpulan data pertumbuhan dan hasil tegakan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran optimal PUP hutan tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) sebagai ukuran PUP terkecil yang dapat mewakili keragaman semua parameter tegakan. Sebagai obyek penelitian adalah tegakan jati tua berumur ± 110 tahun. Dasar pertimbangannya adalah ukuran PUP yang cocok untuk tegakan tua pasti bisa menampung keragaman struktur tegakan muda, tetapi belum tentu sebaliknya. Pengumpulan data tegakan dilakukan pada tiga bidang areal sampel berukuran 120 m x 120 m di areal kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kendal, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran PUP optimal hutan tanaman jati untuk pemantauan dinamika jumlah pohon dari waktu ke waktu adalah 90 m x 90 m. Petak inti ukuran 60 m x 60 m yang berada di tengahnya adalah optimal untuk pemantauan riap diameter dan tinggi tegakan. Ukuran PUP optimal tersebut dapat diterapkan pada berbagai kelas umur pada hutan tanaman jati

    Development strategy of Jogja anggur agrotourism during and post-covid-19 pandemic in Bantul, Indonesia

    No full text
    The purposes of this study are to (1) identify the environmental factors that influence the development of Jogja Wine Agrotourism; (2) Formulating development strategies for Jogja Wine Agrotourism during the Covid-19 pandemic and also after the Covid-19 pandemic. Respondents chosen by the researchers were the managers of Agro Jogja Wines, visitors and the local community. The analytical method used is SWOT and QSPM analysis. The results of the study indicate that the internal factors that greatly influence the Jogja Wine Agrotourism are the characteristics of agrotourism, while the weakness is the presence of multiple workers. The main opportunity factor is the increasing demand, while the threat factor for Jogja Wine Agrotourism is the entry of newcomers in the same field. The agro-tourism development strategy that is the main priority based on the QSPM matrix analysis during the Covid-19 pandemic is to maintain and strengthen the characteristics of agro-tourism by providing excellent service and paying attention to health protocols in order to compete with other agro-tourism, while in the post-Covid-19 pandemic, utilizing agro-tourism characteristics. Adding fruit varieties for official certification and increasing wine production so that it can become a wine development area in DIY
    corecore