658 research outputs found

    Penyakit Karat Tumor Pada Sengon (Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen) Di Perkebunan Glenmore Banyuwangi, Jawa Timur

    Full text link
    Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen), salah satu jenis tanaman yang sudah sejak lama diusahakan di kawasan hutan tanaman, hutan rakyat dan perkebunan di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa. Saat ini masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan sengon adalah adanya serangan penyakit karat tumor yang disebabkan oleh fungi Uromycladium tepperianum. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penyakit, gejala penyakit, persentase kejadian penyakit (disease incidence), intensitas penyakit (diseases severity), dan uji pengendalian pendahuluan menggunakan berbagai fungisida sintetik yang berbahan aktif difenokonazol 250 g/l, tembaga hidroksida 82,4 g/l, metil tiofanat 500g/l, propineb 70%, klorotalonil 75%. Selain fungisida sintetik juga digunakan beberapa bahan yang mudah di dapat oleh pengelola yaitu larutan spirtus, kapur campur garam dengan perbandingan 10 : 1 dan belerang campur kapur dengan perbandingan 1 : 1. Penelitian dilaksanakan di areal perkebunan PT. Glenmore, Banyuwangi Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi perlakuan fungisida sintetik tidak efektif sedangkan penggunaan campuran belerang dan kapur dapat mencegah dan mengendalikan karat tumor

    Del Moviment pertorbat d'una corda

    Get PDF

    Uji Aplikasi Beberapa Bioinsektisida Dan Kombinasinya Terhadap Serangan Hama Ulat Kantong Pagodiella SP. Pada Bibit Rhizophora Apiculata Di Persemaian

    Full text link
    Penelitian efikasi beberapa bioinsektisida dan kombinasinya terhadap serangan hama ulat kantong Pagodiella sp. pada bibit mangrove dilakukan di persemaian Kebun Percobaan Kemampo, Sumatera Selatan dari bulan Desember 2001 sampai Maret 2002. Penelitian ini menggunakan rancangan tersarang (nested design) dalam pola acak lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari tiga tingkat interval penyemprotan tersarang dengan sebelas cara aplikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi insektisida mikroba B. thuringiensis var. kurstaki serotype 3a/3b dan B.t. var. kurstaki strain EG 2371 efektif dalam menekan serangan ulat kantong baik secara individual (pertambahan tingkat kerusakan masing-masing sebesar 8,98% dan 14,38%) maupun kombinasi (pertambahan tingkat kerusakan 11,36%). Aplikasi kombinasi insektisida mikroba B. t. var. kurstaki strain 3a/3b dengan ekstrak tanaman mimba juga efektif menekan serangan ulat kantong Pagodiella sp. (pertambahan tingkat kerusakan 14,92%). Kombinasi atau pencampuran kedua insektisida tersebut tidak menghasilkan efek sinergisme, sedangkan kombinasi antara insektisida botani mimba dan sirsak selain efektif menekan serangan ulat kantong Pagodiella sp., juga menghasilkan efek sinergisme

    Penyakit Bercak Daun pada Semai Nyatoh (Palaquium SP.) di Persemaian Balai Penelitian Kehutanan Ciamis

    Full text link
    Bibit nyatoh (Palaquium sp.) di persemaian Desa Pamalayan, Ciamis terserang penyakit bercak daun. Ciri dan gejala penyakit bercak daun pada umumnya sama pada setiap tanaman yaitu terbentuknya daerah yang mati pada daun (nekrosis). Bercak berwarna coklat dengan tepi agak kekuning-kuningan dan kemudian berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Letak bercak pada permukaan daun dimulai dari tepi menuju ke bagian tengah daun. Apabila daun yang terserang disentuh, maka daun tersebut gugur, apabila dibiarkan lama kelamaan daun menjadi kering dan rontok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis patogen penyebab penyakit, informasi yang diperoleh merupakan proses awal untuk mengambil tindakan pengendalian penyakit. Dari hasil uji "Postulat Koch" dan identifikasi, ternyata penyebab penyakit bercak daun bibit nyatoh adalah fungi Colletotrichum sp. Persentase rata-rata kejadian penyakit bercak daun pada bibit nyatoh pada plot pengarnatan I sebesar 96%, plot I I sebesar 96% dan plot III mencapai 100%. Sedangkan rata-rata intensitas serangan penyakit pada plot pengamatan I sebesar 24,60%, plot II sebesar 28,87% dan plot III sebesar 31,45%

    Resilience effects of SGK1 and TAP1 DNA markers during PRRSV outbreaks in reproductive sows

    Get PDF
    The porcine reproductive and respiratory syndrome virus (PRRSV) is a major infectious stressor that causes serious health problems and productivity drops. Based on previous genome-wide analyses, we selected SGK1 and TAP1 as candidate genes for resilience, and genotyped three mutations, including a 3′UTR variant SGK1_rs338508371 and two synonymous variants TAP1_rs1109026889 and TAP1_rs80928141 in 305 Landrace × Large White sows. All polymorphisms affected the reproductive performance in the outbreak, but not during the endemic phase, thereby indicating a potential use of these markers for resilience. Moreover, some genotypes were associated with a stable performance across PRRSV phases. Thus, in the outbreak, the SGK1_rs338508371 AA sows had less piglets born alive (p < 0.0001) and more stillborns (p < 0.05) while other sows were able to keep their productivity. During the outbreak, TAP1_rs80928141 GG sows had less piglets born alive (p < 0.05) and both TAP1 polymorphisms influenced the number of mummies in an additive manner (p < 0.05). Remarkably, TAP1_rs80928141 AA sows had around one mummy more than GG sows (p < 0.01). Resilience to PRRSV could be improved by including the SGK1 and TAP1 markers in crossbreeding and/or selection schemes, as they contribute to maintaining a stable number of piglets born alive and lost, particularly mummies, despite the outbreak.This research and the APC were partially funded by FEDER projects COMRDI16-1-0035-03 and RTI2018-097700-B-I00 from the Spanish Ministry of Science, Innovation, and Universities. M.L. received a postdoctoral grant from UdL-Impuls programme
    • …
    corecore